Duh, rasanya aku banyak utang cerita banget deh sama blog ini. Saking lamanya nggak update, banyak cerita yang udah lalu tapi belum diceritain di sini. Jadinya numpuk dan lupa apa aja yang mau diceritain. Okay berhubung ini bisa nyuri waktu (lagi di kantor), aku mau tell story about my graduation! Yeaaayyy akhirnya wisuda dong aku. Wisudaaaaaaaa! *diperjelas*
Sore ini di rumahku hujan. Aku terlarut dalam layar laptop berjam-jam ditemani kopi instan yang kubeli dari supermarket. Aku jatuh cinta pada Venice, begitu kataku.
Dan, sudah seminggu aku menggarap cerita pendek berlatar kota itu. Nyatanya, membuat cerita--meskipun itu fiksi--berlatar luar negeri itu sangat sulit, ya. Aku tidak bias sembarangan mengarang bagaimana suasana di sana. Aku butuh riset banyak-banyak. Aku mengandalkan Google, mengandalkan Wikipedia--berbahasa Perancis, mengandalkan Google Earth--lengkap dengan tempat-tempatnya. Dan aku masih belum puas. Rasanya aku ingin terbang ke sana untuk bisa merasakan suasananya secara langsung.
Jadi, untuk kalian pembaca setia--semoga memang ada--yang menunggu postinganku di blog, tunggu saja. Aku masih di sini, mencari ide--dan cara--untuk bisa kembali menulis blog. Aku sempat kehilangan ide untuk menulis fiksi. Aku sempat kehilangan semangat untuk menulis lagi. Tanganku sempat lumpuh sementara untuk menulis. Selama berbulan-bulan. Aku kehilangan nyawa pada ceritaku.
Tapi aku tahu, aku dilahirkan untuk menulis, aku yakin itu. Tanganku diciptakan untuk bersahabat dengan keyboard laptop. Otakku dibuat untuk menemukan ide-ide cerita yang berbeda. Dan, jiwaku diciptakan untuk menjadi penulis. Meskipun aku kini sedang menjadi seorang karyawan, tapi aku yakin akan mimpi itu. Aku yakin akan takdir itu. Aku yakin bahwa duniaku memang di dunia tulis-menulis. Suatu saat, aku akan menghabiskan waktuku penuh untuk passion-ku, menulis.
Passion |
Untuk pembaca setia--yang sekali lagi, semoga memang ada--aku tidak menghilang. Aku hanya rehat sejenak. Aku butuh menenangkan pikiran, mencari ide-ide baru, dan kembali dengan jiwa yang lebih segar.
I will be back, soon!
With love,
Di suatu sore di Hari Minggu, aku sedang menikmati blurb dari beberapa novel yang memiliki rating cukup bagus di Goodreads. Atau tidak, aku memilih novel penulis favorit dan penerbit favorit untuk kubaca blurb-nya. Tidak lupa, aku membaca review dari sebagian pembaca untuk membuat keputusan akan membelinya atau tidak.
Ngomongin soal pahlawan, tentunya kita punya pahlawan masing-masing
dalam hidup kita. Buatku sendiri, Mama dan Bapak adalah pahlawan terbaik
sepanjang masa. Posisi mereka di tingkat pertama nggak akan pernah terganti. Tapi,
kamu pernah kepikiran nggak sih selain mereka berdua—dan keluargamu
tentunya—ada banyak pahlawan yang berkontribusi dalam hidup kita? Misalnya aja
tukang jahit yang menjahitkan baju untuk wisuda kita. Atau guru TK yang
mengajarkan kita cara bersosialisasi dengan orang asing selain keluarga. Atau
juga mbak-mbak teller bank yang
membantu kita bertransaksi? Sebenernya, banyak banget pahlawan yang secara
sengaja atau nggak, berkontribusi untuk membantu kita. Dan harusnya sih kita
sadar akan itu.
Awalnya tau tempat ini karena diajakin lunch bareng sama pembimbing PKL waktu di BNI yang super duper baik dan friendly abis. Jadi waktu itu kan aku dan Wawa udah selesai PKL di sana, tapi alhamdulillah kerjaan kami kepake jadi untuk beberapa minggu kami masih suka dateng ke sana buat bantuin. Nah tiba di hari Jumat, Wawa ke BNI buat bantuin Bu Dina, terus aku siangnya nyusul dan kita pergi lunch bareng.
Stereo, acara drama musikal yang mulai tayang 22 Maret 2015 di NET TV lalu ini berhasil menyesap seluruh perhatianku setiap hari Minggu. Drama musikal ini bercerita tentang sebuah grup vokal yang bernama Stereo di Royal University. Tiap episodenya bercerita tentang masalah persahabatan, percintaan ala-ala anak kuliah, strata sosial, bahkan belakangan ini ada obrolan ringan tentang kesehatan, kayak diet gitu. Pemain inti dari acara ini ada 8 sih menurutku. Pertama ada Indra Aziz sebagai Coach Aziz, ada Tatjana sebagai Dara, ada Pradikta sebagai Vigo, ada Vidi sebagai Alex, ada Priskila sebagai Juwita, ada Angel sebagai Diva, ada Karina sebagai Madam Wati and the last ada Dewi Gita sebagai Bunda-nya Juwita.
Ntah kenapa tiba-tiba kepikiran ide buat ceritain sebuah kisah tentang
teman kecil. Ini bukan patah hati, sih. Tapi nggak tau kenapa pengin aja
masukin cerita ini ke rubrik Dongeng Patah Hati. Jadi ceritanya gini…
Udah jam 11.49 PM. Tapi mata belum juga mau merem. Padahal hari ini udah bener-bener kelelahan tapi banyak hal yang harus diurusin untuk besok. Setelah urusannya selesai, matanya malah nggak mau merem. Jadilah malem ini aku mau curhat-curhat aja di blog. Curhatnya tentang apa? Nggak tau. Gimana nanti deh tangannya ngetik apaan hihi..
"Rumah ini terlalu nyaman untuk ditinggalkan. Keluarga ini terlalu indah untuk sekadar dilepaskan."
Tiga tahun sudah rumah ini berdiri begitu kokoh. Banyak anggota keluarga
yang keluar-masuk sesuka hati. Salah satunya aku sendiri. Memang beberapa bulan
belakangan ini, aku sedang sibuk merantau. Merantau untuk diriku sendiri. Merantau
untuk memperjuangan sesuatu yang memang harus kuperjuangnkan. Dalam hidup, kita
pasti akan dipertemukan dengan dua pilihan sulit. Dan tentu saja kita harus
memilih salah satunya sekaligus mengorbankan yang lainnya. Dan aku sudah
memilih.
Alhamdulillah...
Aku, Wawak, Aida dan Dae saling berpelukan haru ketika sekretaris prodi selesai membacakan hasil sidang yudisium. Ruangan kaprodi seketika penuh sesak oleh ucapan syukur dan tangis bahagia dari 34 mahasiswa yang baru aja menyelesaikan sidang ujian Laporan Tugas Akhir 5 Agustus kemarin.
Ya Allah, terima kasih. Aku berujar dalam hati.
***
Sekitar jam 2 malem, aku udah mulai ngerasa ngantuk nih. Karena takut
tidur di kamar kedua, akhirnya aku tidur di kamar itu bareng Cika yang
udah tepar duluan dan Nurul. Sementara cowok-cowok sibuk ngobrol dan
main PES di lantai. Tapi resenya, pas banget aku mau tidur, Mumuh
tiba-tiba ngebangunin. (Part 1-nya di sini ya!)
He said, "Ka Ka bangun, udah lu gak usah tidur mending selfie-an
lagi aja kita." Oh ya FYI, aku di keluarga dipanggil Tika atau Teteh.
Makanya ada yang panggil Tik, ada yang panggil Ka, ada yang panggil Teh.
Assalamualaikum. Halo, guys! Sebelumnya, aku mau ngucapin Minal Aidzin Wal Faidzin ya. Mohon maaf atas semua kesalahanku baik yang sengaja maupun enggak. Meskipun kita belum pernah ketemu secara langsung, tapi aku yakin pasti aku punya salah baik itu sengaja atau enggak. Nah, akhirnya bisa bikin postingan lagi. Kali ini, aku mau berbagi cerita tentang lebaran yang sekaligus juga liburan kemarin. So please, stay here ya guys!
Udah jadi tradisi kalo di bulan ramadhan, pasti ada yang namanya buka bareng. Mulai dari temen SD, temen SMP, temen SMA, temen kuliah, sampe temen kerja. Pas udah masuk bulan ramadhan, aku udah ada invitation di grup Line dari temen SMP. Ya, apalagi kalo bukan reunian satu angkatan sambil bukber. Acaranya sih outdoor di sekolah, terus ada hiburan, bazar, firework, dan macem-macem. Sayang, aku nggak bisa ikut karena ada urusan yang belum selesai.
Alhamdulillah, puasa udah masuk hari kesepuluh kedua. Bulan Juli juga
udah hari ketiga. Nggak kerasa, ya. Waktu jalannya cepet banget. Banyak momen
indah yang aku lewatin gitu aja untuk dibagiin di blog. Nggak dilewatin sih
sebenernya, cuma di-pending. Soalnya
belum sempet aku post karena ya… meskipun kuota ada, tapi waktunya yang nggak
ada. So now, here I am. Aku mau
ceritain beberapa hal yang belakangan ini aku alami.
Huraaaaaa! Today is June 18, 2015. It means, today is our 2nd anniversary. Yeyeyeee... jadi tadi pas saur, aku liat tanggal di HP. Eh pas nyadar ternyata ini tanggal 18 Juni 2015.
Time passes by so quickly. Enjoy the moment while we can. Because one day, it'll just be memory.
Beberapa hari lalu, aku dapet chat Line yang isinya capture-an makanan dari temenku, Dae. Kita ini pecinta kuliner banget ya, jadi kalo ada info makanan gitu pasti langsung share. Dia ngajakin buat ke tempat makan yang makanannya dia share itu. Setelah dipertimbangkan, aku setuju dan kita mulai tentuin hari. Tapi, berhubung orang di grup kami nggak cuma aku dan Dae aja, tapi juga ada beberapa temen yang lain, akhirnya aku memutuskan buat ngajak yang lain. Ya mau ikut atau enggak gimana ntar. Yang penting ajakin aja dulu. Lagian aku juga tau mereka pasti sama setresnya karena bikin Laporan Tugas Akhir. Refreshing bentar nggak papa lah :)
Sebagai seseorang yang suka nulis, dapet momen-momen yang pas buat nulis
ternyata bisa bikin mood naik loh, guys. Tiap orang pasti punya momen
tersendiri yang menurut mereka enak buat dijadiin nulis. Momen ini bisa dari
segi waktu, dari segi suasana, atau segi apa pun. Nah, nggak cuma
penulis-penulis hebat aja yang punya momen pas buat nulis. Aku juga punya dong.
Dan, ini beberapa momen favoritku untuk nulis.
imgbuddy.com |
Kisah patah hati yang kedua ini berawal ketika aku nonton konsernya
Yovie & Nuno secara gratis. Bukan konser juga sih sebenernya, mereka yang
jadi bintang tamu itu. Ceritanya bisa dibaca di sini. Aku nge-fans banget sama Dikta. Sebenernya udah
lama, sih. Tapi sempet hambar karena jarang liat doi juga. Setelah doi
muncul lagi di acara drama musical di
Net, perasaan nge-fans biasa aja itu
berubah jadi biasa banget. Terus semakin berubah jadi luar biasa waktu bisa
liat doi secara langsung dan nyanyiin 10 lagu.
Suara
jeritan orang-orang di ruangan melengking ke berbagai sudut. Beberapa perempuan
sibuk berlarian keluar sambil menenteng high
heels dan membawa berkas-berkas penting. Sebagiannya bahkan ada yang
membawa laptop. Api masih berkobar di sudut ruangan dan mulai merambat ke loker
kecil berisi folder-folder dan perlengkapan alat tulis kantor. Beberapa pegawai
pria mulai memegang APAR dan mengarahkannya ke kobaran api. Asap putih bercampur
asap hitam mulai mengepul di ruang divisi keuangan.
Semua
berawal dari info seminar yang disebarin Oyos di grup “One Heart”. Iya nama
grup itu semacam jargon iklan motor. Tapi, aku dan temen-temen juga sepakat
namain itu alasannya karena kita selalu sehati dan biar terus sehati. Oke,
lanjut ke cerita. Oyos nyebarin info seminar dari Djarum Foundation bertema "Speak with Confidence" tentang Public Speaking gitu.
Terus aku baca ke bawah lagi, OMEGE. Guest
star-nya Yovie & Nuno! Ternyata seminar ini gratis buat beberapa
universitas, salah satunya Unpad. Ah, awalnya sih aku emang niat mau nonton guest star-nya aja, apalagi Dikta
hahaha.
Hujan itu… sepertiganya hanyalah air yang
jatuh, sedangkan duapertiganya adalah kenangan yang bertumbuh.
Hujan itu… seperlimanya hanyalah dingin
cuaca, sedangkan empatperlimanya adalah kerinduan untuk bisa bersama.
(Menghitung
Hujan by @zenitsia)
“Jika selama seminggu tidak ada satu pun buku yang Anda baca, dan satu tulisan pun yang Anda tulis, lupakan cita-cita Anda.” –Stephen King
Semua berawal dari quote yang
dibuat sama beliau. Aku jadi kepikiran, belakangan ini aku emang lagi ditugasin
buat fokus sama BAB demi BAB tugas akhir. Sejenak aku lupain bikin cerpen, ikut
lomba cerpen, dan revisi naskah demi deadline
lulus secepatnya. Lantas, kalo aku nulis tapi nulisnya laporan tugas akhir,
masuk kategori “tulisan yang Anda tulis” nggak ya? Ah, semoga aja iya. Aku
masih punya cita-cita mau jadi penulis hebat, kok…
"Aduh, apaan sih kok macet banget masih pagi juga." aku ngedumel dalam hati karena takut telat ke kampus. Bukan, bukan karena ada kelas. Udah jadi mahasiswa tingkat akhir nggak ada mata kuliah lagi kok selain nyusun LTA (Laporan Tugas Akhir). Tapi aku takut dosen yang bersangkutan keburu kabur. Kan bahaya.
Taunya aku baru inget kalo hari itu adalah hari pertama wisuda Unpad gelombang III, di bulan Mei. Tiba-tiba aku ngerasa hopeless. Baiklah, aku mau cerita sedikit tentang kesulitan menjelang penyusunan LTA.
Mungkin dari judulnya pembaca ngira kalo aku penggemar Korea. Tapi kenyataannya, panggilan Oppa ini bukan untuk cowok-cowok boyband atau aktor Korea. Itu panggilan buat Karei. Jadi gini awalnya...
Waktu itu aku sama Karei lagi ngomongin apa ya, lupa. Tiba-tiba aku panggil dia Opa. Opa ya, not Oppa. Terus dia bilang, "Nggak papa dipanggil Oppa. Bahasa Korea-nya Oppa kan Kakak."
www.igre123.com |
Dio
Gue
berjalan menyusuri bangsal rumah sakit. Wangi obat berpadu jeritan tangis
pasien membuat bulu kuduk merinding. Koridor belok. Suasana mendadak hening.
Mata gue menjalar memandangi satu per satu nomor kamar yang sudah ditunjukkan
petugas di resepsionis. Ritme degup jantung gue mengencang ketika langkah kaki
mulai mendekati nomor kamar yang mau gue tuju. 153, 154, 155, 156, 157, dan
berhenti. Gue berhenti di depan kamar bernomor 157. Mata gue mendapati sandal
yang tak asing lagi. Sandal rumah bergambar beruang warna putih favorit Keli.
Finally Im come back. Ya ampun! Postingan ini udah berjarak jauh banget dari postingan sebelumnya. Iya sama postingan ini... maafin aku ya udah membuat jarak di antara kalian. *ngomong sama postingan*. Jadi nih masih dengan tema makan, kali ini aku akan ngelanjutin beberapa tempat rekomendid yang lain, yang pernah aku cobain di Bandung. Oke let's check it out.
Udah akhir bulan lagi aja. Bulan Maret selesai. Besok udah April. Hmm, bulan kemarin sih aku lagi sibuk-sibuknya PKL di BNI. Boro-boro sempet nengok blog, yang ada nyampe kosan pengen langsung tepar karena lembur terus tiap akhir bulan. But I have no choice. Beruntungnya, pembimbing PKL-nya baik banget, lingkungan PKL-nya juga mendukung. Udah gitu, orang-orang di sekitarnya ramah-ramah bikin betah. Alhamdulillah PKL udah selesai awal Maret kemarin. Udah ada sedikit waktu luang buat kembali nengok blog yang sempet diabaikan. "Diabaikan" loh ya, bukan "Terabaikan". Aku sengaja menelantarkan blog karena aku sempet ngambek. Sempet kesel sama dunia tulis-menulis. Sempet... patah hati. Alasannya udah aku tulis di sini. Tapi untung sekarang udah sembuh dan mulai membaik.
Source: http://totallytaylor-gifs.tumblr.com |
Desember 2010
“Sayang.”
Ergi tiba-tiba mendekapku dari samping. Ia menyisipkan rambut coklat sebahuku
ke belakang telinga.
Aku
menatapnya hambar. Entah ke mana perasaan itu. Perasaan yang menguatkanku
bertahan selama setahun dengannya. Aku sendiri tidak tau sejak kapan rasa ini
berubah. Yang jelas, belakangan ini, Ergi tak lagi bermakna di mataku.
“Aku sayang sama kamu.” Itu kalimat yang gue denger dari Nadin, tepat
seminggu setelah gue nembak dia. Gue diem sambil tatap dia bingung. Dia balik tatap
gue sambil menyisipkan rambut panjangnya ke belakang telinga.
Gue mencondongkan tubuh,
mendekati wajahnya, bangkit dari duduk sedikit, lalu mendaratkan bibir di
keningnya. “Makasih udah sayang sama aku.”
Nadin nggak bisa jawab. Dia hanya menganggukkan kepalanya sambil
tersenyum. Matanya menyipit.
***
“Aaaaakkkk! Aaaakkkk!”
Suasana tempat parkir Gramedia Merdeka Bandung mendadak riuh-rendah oleh tepuk tangan dan lengkingan-lengkingan suara—yang kebanyakan—perempuan. Kami sudah berdiri dengan rapi sesuai antrean sejak…, aku sih 2 jam setengah lalu. Entah orang lain. MC masih sibuk berceloteh di panggung kecil. Kami, para antrean, sudah megap-megap, panas dan kelelahan karena berdiri cukup lama. Beruntungnya aku datang tidak seorang diri. Renny, yang juga sudah sangat menanti hari itu, menemaniku mengobrol saat kami masih menunggu. Kami juga sempat selfie beberapa pose. Dua lembar roti cokelat sudah habis. Air mineral satu gelas sudah habis kami teguk. Tapi, pria itu belum datang juga. Pria yang sudah kami nantikan sejak 10 hari lalu. Pria yang secara tidak sadar, bisa menginspirasiku dalam segala hal.
Haaiii! Aku seneng begitu bisa buka blog lagi meskipun versi mobile. Aku seneng bisa nulis lagi meskipun ngetik biasa dari henpon. Rasanya aku udah gak layak bilang diri aku sendiri sebagai penulis amatir. Yang namanya penulis, kerjaannya kalau nggak nulis ya baca. Terus aku apa? Aku ngapain? Udah lama nggak melakukan dua kegiatan itu. Sebenernya aku juga bingung mau nulis apa. Terlalu banyak momen-momen yang perlu diabadikan di sini. Karena kalo nggak salah, terakhir nulis di blog itu Desember lalu. Itu pun nulis cerpen, bukan cerita keseharian. Tapi better late than never ya. Meskipun sangat ngerasa bersalah udah ngebiarin diary ini sampe busuk, tapi bukan berarti gak ada kesempatan buat kembali membersihkan sama tulisan-tulisan baru. Halah, opening-nya nggak jelas banget ya. Okedeh kita langsung aja pergi ke main story. Yuk yuk.
Bulan Februari ini identik dengan yang namanya Hari Kasih Sayang. Aku emang nggak ngerayain hari itu toh agamaku juga ngelarang buat umat-Nya ikut ngerayain. Tapi ngomongin tentang sayang, aku jadi inget sama kisah masa lalu yang--lagi-lagi berakhir tragis. Entah kenapa, sebelum jadian sama Karei, kayaknya aku banyak banget mengalami kisah-kisah percintaan yang dramatis sendu melow abis. Mungkin dari situ juga tercetus ide cerpen melow romance yang sering aku bikin sekarang. Oke balik ke cerita. Let's begin.