“Boleh duduk sini?”
Setahun hilang kabar, setahun
berusaha mati-matian melupakan, kini semuanya pudar. Benteng yang sudah
kubangun setinggi mungkin tiba-tiba roboh tanpa sisa. Suara itu menghancurkan
semuanya. Suara bariton yang sangat aku rindukan. Suara yang masih bisa
kudengar meski earphone menutupi
lubang telinga.
Aku gegas melepas earphone dan menatap sosok
jangkung-berotot itu di hadapan. Tubuhnya masih saja menjulang, kontras dengan
tubuhku yang tinggi normal dan kurus.
Di akhir bulan lalu, aku sama One Heart baru aja ketemuan buat ngejalanin suatu ritual yang dimulai sejak tahun kemarin. Namanya ritual tukar kado. Jadi, tahun kemarin kita ngadain acara ini tepat di tanggal 30 Desember kalau nggak salah, soalnya tanggal 31-nya aku mau main. Di acara kemarin, tadinya kita mau karoke, terus makan sambil tukeran kado. Semua rencana berjalan mulus sampai akhirnya tepat di hari H, aku dapet telepon kalo adekku sakit dan masuk RS. Mama minta aku pulang saat itu juga. Well, I have no choice. Jadi aku nurut untuk langsung pulang ke Garut.