Haaaiii, akhirnya bisa pulang
lagi ke rumah di dunia maya. Setelah sekian lama menghilang dan pergi dengan berbagai macam alasan. Hihihi... Banyak hal yang lagi sibuk aku lakukan di bulan
ini, dan kali ini ada beberapa kejadian penting yang bakal aku bawa ke sini.
Oke, jangan kelamaan opening nggak penting deh ya. Let’s see. Btw, I truly miss blogging, writing, spending my time with keyboard on laptop:(
Gimana cerita part 1 kemarin?
Apa?
Belum baca? Ya ampun, coba baca dulu yuk di sini. Biar nyambung gitu
nanti...
tapi kalau udah baca, oke dilanjut aja ya. Let’s
go...
Setelah
difotoin sama penjaga wahana
Dunia Lain, kami memutuskan
untuk sholat asar karena waktu udah menunjukkan
pukul 4 lewat. Alhamdulillah, taman bermain sebesar itu punya
mushola yang
cukup besar, bersih dan wangi juga. Pokoknya nyaman aja. Selain itu,
toiletnya
juga bersih dan nyaman. Jadi sebanding lah.
Haaaiiii. Finally I'm here! Huh. Akhirnya bisa dapet mood juga buat nulis. Sebelumnya emang mood aku berantakan banget gara-gara... Umm, mood breaker. Tapi untungnya sekarang mood-nya udah baikan. Gara-gara mood breaker itu juga sih, hehe... Karena masalah yang mengganjal di hati udah sembuh dan hilang. So, ini postingan pertama setelah mood kembali baik. Check this out, guys~
***
Sebenernya aku males sih bikin postingan ini. Nggak tau, rasanya belakangan lagi badmood aja. Yes, I'm a moody author. Aku emang semangat banget dalam hal nulis. Tapi, giliran mood udah rusak, hih. Nggak usah ditanya. Bisa sampe 3 hari nggak nulis. Emang jelek banget sih punya sifat moody-an itu. Meskipun emang dapet mood jeleknya sedikit, tapi kan tetep aja kesiksa.
Gadis berambut pirang lurus sebahu sedang tidur dengan berbalut selimut tebal. Matanya merah—sedikit sipit dengan kelopak yang membengkak—hidungnya pun merah. Angin musim dingin berhasil membuatnya tidak beranjak sedikit pun dari tempat tidur. Tidak, sebenarnya bukan hanya itu alasan yang membuatnya terus meringkuk sepanjang hari.
Ia mencoba bangkit, duduk menyilang kaki dan menyisihkan selimut tebal ke kakinya. Pandangannya langsung teralih pada jendela besar di samping tempat tidur. Butiran salju mulai turun setetes demi setetes, seperti gerak lambat—dengan bantuan angin—lalu menepi di beberapa tempat. Di jalanan, di pepohonan, di danau, bahkan di jendela kamar gadis itu. Sepersekian detik berikutnya, gumpalan es kecil itu mencair lalu menghilang tak berbekas. Hanya..., meninggalkan bekas luka.
Malam itu aku lagi ngedit-ngedit
naskah karena terlalu mentok buat nulis tulisan baru. Tapi, waktu aku buka
twitter, ada postingan dari BloggerEnergy tentang yang dapat award bulan Mei kemarin. Karena aku
penasaran, oke akhirnya aku buka blog BE lewat HP. Nggak tau kenapa, opening-nya bikin aku ngerasa agak miris
gitu. Jargon iklan rokok, “nggak ada lo nggak rame” itu nggak berlaku bagi
komunitas kami. Meskipun yang sering muncul itu-itu aja, tapi kami masih bisa
tetap berdiri kok. Biar sedikit yang penting solid. Aku memang nggak tau dulu
BE kayak gimana. Tapi, membernya lumayan banyak. Hanya saja, sekarang yang aku
sering liat di grup atau twitter ya itu-itu lagi. Nggak pa-pa, mungkin mereka
sibuk dengan dunia nyatanya. *stay
positive*