Pertemuan dengan Pria Itu




“Aaaaakkkk! Aaaakkkk!”

Suasana tempat parkir Gramedia Merdeka Bandung mendadak riuh-rendah oleh tepuk tangan dan lengkingan-lengkingan suara—yang kebanyakan—perempuan. Kami sudah berdiri dengan rapi sesuai antrean sejak…, aku sih 2 jam setengah lalu. Entah orang lain. MC masih sibuk berceloteh di panggung kecil. Kami, para antrean, sudah megap-megap, panas dan kelelahan karena berdiri cukup lama. Beruntungnya aku datang tidak seorang diri. Renny, yang juga sudah sangat menanti hari itu, menemaniku mengobrol saat kami masih menunggu. Kami juga sempat selfie beberapa pose. Dua lembar roti cokelat sudah habis. Air mineral satu gelas sudah habis kami teguk. Tapi, pria itu belum datang juga. Pria yang sudah kami nantikan sejak 10 hari lalu. Pria yang secara tidak sadar, bisa menginspirasiku dalam segala hal.

“Dia bentar lagi dateng!” Sang MC berteriak histeris sambil menoleh ke belakang, mengintip pada pintu besar gedung Gramedia.

Teriakan para antrean tidak terbendung lagi. Begitupun denganku. Tiba-tiba saja jari-jemariku bergetar sangat hebat sekaligus suhunya menurun. Padahal, suasana di bawah tenda sudah sangat panas dan pengap. Matahari juga tidak berbaik hati untuk bersembunyi di balik gumpalan awan meski untuk sekejap. Keringat sudah mengucur cukup deras di punggung dan pelipis. Tapi, itu semua tidak menyurutkan semangatku untuk ikut menghitung mundur dalam menyambut kehadiran pria itu.

“Kita itung mundur dari dua puluh ya.” Sang MC memberi aba-aba.

Tanpa berniat protes, kami semua berteriak tanpa cemas urat di leher akan putus. “…tiga, dua, satu…… aaaaakkkkk!”

Hening. Pria itu belum muncul.

“Aduh… dia malah nyangkut sama Mbak-Mbak di dalem.”

“Wuuuuuu!” para antrean kecewa. Aku sempat melirik jam. 15:05.

“Yaelah malah ngobrol.” MC mengoceh sendiri.

“Wuuuuuu!”

“Oke kita ulang itung dari dua puluh ya. Dua puluh…”

“…tiga, dua, satu. Aaaaakkkk!” kami semua berteriak ketika pria itu akhirnya keluar dengan senyumannya yang khas—senyum setengah oon. “Aaaaakkkkk! Aaaaakkkkk!”

“Radiiiiitttttt!” terdengar suara berat dari antrean belakang.

“Eh tunggu. Itu yang neriakin nama gue kok cowok ya?”

Kami semua langsung menoleh ke arah si cowok, lalu tertawa bersamaan.

Sementara aku tidak tenang. Degup jantungku mengencang. Keringatku masih menetes di pelipis. Tangan dan lututku gemetar. Senyumku tak henti-hentinya mengembang. Hatiku masih tidak percaya bahwa akhirnya, pria itu, orang yang menginspirasiku selama ini, hadir dengan gaya santainya—kaus cokelat dan jeans dongker—berdiri di depanku beberapa meter. Karena terlalu bahagia, air mata haru itu menetes. Aku segera menghapusnya dan kembali meneriaki namanya bersamaan dengan seluruh orang yang ada dalam antrean. So unbelievable!

“Wiiii, Radit ganteng banget, ya!” seru Renny histeris ketika kami masih berdiri dalam antrean.

“Iya banget. Dia putih juga ya. Jauh banget dibanding foto-fotonya selama ini.”

Tanpa berniat memuji Bang Radit secara berlebihan, sejujurnya dia memang tampan. Rambutnya sudah mulai tumbuh dan tidak lagi botak. Kulitnya bisa dibilang putih untuk ukuran pria. Meskipun kurang tinggi, tapi senyumnya bisa menghipnotis seluruh perempuan yang ada di lingkungan tempat parkir Gramedia, sih, menurutku. Termasuk aku^^

Langkah kami semakin mendekati meja Bang Radit. Tapi keberuntungan tidak berpihak pada kami saat itu sehingga kami mendapat jatah untuk foto bertiga. Tak apa. Tinggal beberapa meter lagi. Jantungku semakin berdegup kencang. Bahkan aku merasakan sakit saking kencangnya. Aku sudah menyiapkan kamera dan buku Koala Kumal untuk ditandatangani. Dalam hati, aku pun menyiapkan beberapa kalimat untuk membuka obrolan singkat dengannya. Kapan lagi ada kesempatan seperti ini? Tak lupa, aku pun menyiapkan mental agar tidak nervous saat tiba di mejanya.

Aku sudah menaiki beberapa buah anak tangga dan tinggal menunggu 2 antrean lagi. Ya Allah, is this true? Aku berujar dalam hati. Berkali-kali aku menarik napas dan membuangnya dengan tenang. Tapi tidak bisa. Tanganku semakin bergetar mengetahui bahwa Renny sudah menaiki tangga untuk tiba di meja Bang Radit. Yap! Kini giliranku.

Buku milik Renny sudah ditandatangani dan diberikan pada penjaga di ujung panggung.

To, Dway.” Ujarnya ketika dia sudah melihat namaku di atas buku.

“Dwi, Bang.” Aku berusaha merespon. Senyumku tak bisa tertahan.

“Dway aja gak papa.” Bang Radit kembali merespon. Rasanya saat itu jantungku benar-benar berhenti untuk beberapa detik. Lalu kembali berdegup dengan ritme yang sangat cepat hingga tak tertahan lagi. Bahagiaaaaa!

“Sekalian semangatin aku juga, ya, Bang.” Akhirnya aku berhasil mengutarakan permintaan itu. Permintaan untuk disemangati oleh penulis idola secara langsung.

Kita semua bahagiaaa~

He said, "Semangat ya!"

Setelah menandatangani, Bang Radit ikut membubuhkan kata ‘semangat ya’ di bawah tanda tangannya. Dan tanpa diduga, Bang Radit memberikan semangat sambil mengucapkan langsung dari bibirnya. Sungguh, itu melebihi ekspektasiku. Aku berpikir hanya bisa berfoto dan mendapat tanda tangannya saja. Tapi Allah berkata lain. Selain aku bisa ngobrol langsung, aku juga dapat bonus kata ‘semangat ya’ dan ucapan semangat langsung darinya.




Setelah berfoto, kami semua bersalaman. Aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan terakhir. Maka sebelum aku benar-benar turun, tepat setelah bersalaman, aku mengatakan, “Bang, tunggu aku di Gagas Media, ya.”

“Iya, iya,” jawabnya penuh senyum tulus.

Aku turun dari panggung kecil dengan lonjakan bahagia dari hati yang terdalam.

Momen-momen paling bahagia dalam hidup adalah ketika orang yang menginspirasi kita dapat memberikan dukungan secara langsung dan menanti kita untuk berkarier bersamanya.

Setelah perasaanku mulai tenang, aku dan Renny bergegas ke Mc.D untuk membeli Mc. Flurry. Sambil menikmati es krim ber-topping oreo itu, aku menatap lembar pertama buku Koala Kumal yang berisi tanda tangan Bang Radit beserta kalimat penyemangatnya. Senyumku kembali mengembang.

“Ah, aku juga mau disemangatin…” suara Renny membuyarkan lamunanku.

“Kenapa tadi nggak minta?” aku menyendoki es krim dan menaruh buku ke dalam tasku. Aku janji, buku itu akan kujaga melebihi buku yang lain. Karena di sana ada salah satu sumber semangat besarku.

“Lupa. Tadi terlalu grogi.” Dia cengengesan. Aku ikut terkekeh. “Eh Wi, kita ke sana lagi, yuk? Aku belum puas liat mukanya.”

“Yuk! Tapi aku sholat dulu ya?”

Setelah es krim habis, kami gegas menuju lantai paling atas di mana tempat mushola berada. Lalu, kami kembali turun dan menyebrang untuk tiba di Gramedia. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 5 sore. Tapi antrean masih cukup panjang. Mungkin ada belasan lagi giliran. Di pinggir area bawah tenda, banyak remaja-remaja yang mengambil foto Radit dari jarak jauh karena mereka tidak bisa masuk. Sang MC masih semangat berceloteh sambil mewawancarai beberapa pengunjung yang masih semangat mengantre.

Hal yang aku kagumi saat itu pada Bang Radit—sambil menatapnya dari kejauhan, dia sama sekali tidak menunjukkan ekspresi lelahnya. Dia tetap tersenyum menyambut para penggemarnya yang sudah siap untuk meminta tanda tangan dan berfoto dengannya. Padahal, aku bisa melihat jelas matanya sayu kelelahan. Tidak hanya aku, Renny pun merasakan hal yang sama. Dan, ketegaran Bang Radit saat itu membuatnya mendapat nilai tambah di mataku dan Renny.

Tak terasa akhirnya sesi booksigning berakhir. Bang Radit bangkit dari duduk dan berlari menuju mobilnya yang sudah parkir di sana—dengan sebelumnya mengucapkan terima kasih pada semuanya. Perlahan-lahan, Alphard hitam itu melaju menuju gerbang keluar. Aku mendesah melepas kepergian Bang Radit dari sana. Dalam hati, aku merapalkan banyak kalimat-kalimat harapan beserta doa.

Semoga ini awal perjumpaan kita, Bang. Semoga suatu hari nanti, sesegera mungkin, kita akan bertemu lagi dengan profesi yang sama. Penulis di Gagas Media Group. Semoga aku bisa mengikuti langkah kariermu. Sukses di dunia kepenulisan dan perfilman. Dan saat pertemuan kita di profesi yang sama nanti, aku harap Bang Radit nggak lupa kalau aku adalah orang yang pernah kamu doakan untuk mengikuti jejakmu. Someday, I can.

Hari itu, di Gramedia Merdeka Bandung, 15 Februari 2015, pukul 17:10, semangatku kembali terbakar. Semuanya berubah membaik. Bahkan sangaaaat baik.

Thanks Bang!



With love,


You Might Also Like

23 komentar

  1. Ngiri deh, pengen juga ketemu bang radit. hiks

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya semangat deh semoga bisa ketemu juga ya sama Bang Radit:)

      Delete
  2. yang biasanya cuma ditonton di tipi sama sosmed akhirnya bisa ketemu langsung ya Wi. Energinya pasti berasa banget... semangatnya juga, tapi biasanya kalo udah terlalu lama ntar nyusut sendiri.. jadi biasa-biasa aja.

    Ya, mumpung masih on fire, buruan di revisi lagi aja... barangkali mau coba masukin tulisan ke gagas media.

    gue juga waktu di semarang pengen dateng, tapi rame banget... jadi males, lagian udah pre order ttd plus kaos juga hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berasa banget Bang!!! Iya ini masih berproses sih biar terus fokus :))

      Iya doain aja Bang semoga next time bisa tembus Gagas Media, meskipun dengan editor yang sama huhu.

      Cie tau deh yang udah punya kaos sama buku berttd mah~

      Delete
  3. Selamat ya bisa ketemu sang idola. Jadi pingin disemangatin juga..

    Perasaan pas disana gimana bergetar?, keringat dingin?. Tapi nggak sia-sia kan nunggu bang radit datang. Pas liat di tv bang radit persis kayak yg kakak gambarkan..

    Aku tambahin minyak biar semangatnya tambah terbakar.. Semangat ya....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya makasih Ki, semangat ya semoga bisa ketemu idola juga!

      Iya banget. Gemetar, deg-degan, seneng, ah campur aduk pokoknya. Aslinya ganteng dan putih banget :))

      Hahaha, thank you!

      Delete
  4. 2 jam setengah? wuiiiih gilak lama banget.. Kakak dwi postingan kayak gini juga showingnya tetep bagus ya. nggak berlebihan dan bisa dibayangkan..

    Cewek kalau ketemu idola bisa sampai nangis gitu ya.. aku waktu itu ke seminarnya aja nggak se heboh itu kok -__-

    Mudah mudahan beneran jadi penulis gagas yaa kakak dwi. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha iya Kuh, lama banget kan bela-belain demi Bang Radit. Makasih makasih :D

      Aamiin. Yap, that's we are and we proud of it. Kalo cewek nggak heboh, siapa yang bakal ngeramein dunia ini?

      Delete
  5. gimana ga terbakar semangat, ketemu langsung sama idola :D nah mumpung lagi semangat, pergunakan dengan baik :D tapi jangan terlalu terbakar semangat, nanti yang ada bt sendiri hehe =D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak bener, seneng banget! Haha siap siap. Dimanfaatkan dengan baik nih.

      Delete
  6. wih selamat ya bisa ketemu idolanya (idolanya gue juga sih hehehe), penulis raditya dika emang bisa mengispirasi banyak orang untuk membuat buku berawal dari blognya,gue juga sangat mengidolakan dia,dan dia adalah sumber inspirasi gue.

    semoga lo bisa ngikutin jejaknya bang radit ya jadi penulis terkenal.
    oh iya doakan gue juga ya semoga gue bisa jadi penulis juga hehehe :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya makasih Mi :D wah kita punya idola yang sama ternyata. Kebanyakan blogger emang ngeidolain dia, sih..

      Aamiin. Sip kita saling mendoakan aja ya.

      Delete
    2. iya siapa sih yang gak kenal. dia kucing aja kenal kok (kucingnya bang radit). :D semua blogger ketika membuat buku kayanya terinspirasi dari dia deh.

      Iya mba, Amin.

      Delete
  7. akhirnya menemukan orang yang ngatain kalo tadit itu ganteng, biasanya banyakan bilang dia tuh kontet, cupu, kayak homo lah *peace radit
    aku juga ngidolain bang radit ini, tapi sampe sekarang belum kesampean buat ketemu sama beliau, semoga lain waktu bisa ketemu sama dia hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Bang Radit emang ganteng kok, Yud. Putih lagi. Adem liat doi lama lama haha.

      Aamiin, semoga cepet ketemu dan bisa lebih semangat nulisnya ya.

      Delete
  8. keren moodboosternya, tanda tangan dari penulis sekelas Raditya Dika, terus juga disemangatin, pastinya senang sekali. "Itu siapa yang neriakin, cowok y?" lucu sekali, hehe..

    ReplyDelete
  9. waaaah kereeen. pengen jugaaa. doain gue yaa semoga dapet pengalaman kayak lu juga. dan doain supaya kita bisa sama-sama berkaris jadi penulis terkenal kayak bang radit yaa :D

    ReplyDelete
  10. Astaga buka ni blog jadi down bgt
    udh foto breng sama radit
    kapan w bisa foto sama artis di bls mention sama artis aja udh seneng bgt apa lagi ketemu

    ReplyDelete
  11. Sesi booksigning Koala Kumal juga pernah mampir ke Pekanbaru, sayangnya aku gak ikut. Permasalahannya sama seperti bbang Edotz, rame banget. Ikutan beli buku yang PO pun gak sempat waktu itu, rame banget sampe web toko onlinenya aja sibuk.

    Sampe sekarang aku belum baca Koala Kumal. Kurang gaul banget.

    ReplyDelete
  12. Sumpah ngiri banget! Enak ya, bisa ketemu langsung, dapet tanda tangan, dan dapet ucapan semangat lagi dari idola. Pasti berasa banget tuh bahagianya :D

    Gue juga ngidolain Radit. Siapa sih, anak muda zaman sekarang yang nggak ngidolain dia. Waktu dia ke Bekasi, gue nggak sempet ngeliat, rame banget soalnya. Hufft.. jadi gue nggak dapet kata-kata penyemangat dari dia :(. Lagian juga, waktu dia ke Bekasi, gue belum beli bukunya sih wkwk :D

    Untungnya, gue dapet buku koala kumal, TTD, plus kaos dengan cara yang lain. Dari Giveaway yang BE adain. Gue seneng banget, walaupun belum ketemu orangnnya secara langsung, yang penting udah punya tanda tangannya :D

    ReplyDelete
  13. Sissss, headernya makin unyu aja. Itu baru ya?? Aku baru liat. behehehe...

    Waaahhh, asyik banget bisa liat Radit secara langsung dan mana ada ttd session juga foto bersama. Dulu aku juga pernah, tapi cuman ikutan talkshownya aja di kampus, Salatiga. Tapi aku nggak punya nyali buat ngajuin pertanyaan dan dipanggil ke panggung buat fto bersama. Ahhh, aku rapuh saat itu. wkwkwkwkw

    yah, seneng dong ya bisa deketan sama Radit macam itu..dia juga idola akuhhhh :D SELAMAAAAAAAAAAAAATTTT!!

    ReplyDelete
  14. wah, fans radit garis keras nih.

    mumpung lagi semangat, buat tulisan yang bnyak aha.

    moga kesampean jadi penulis besar yg bisa menginspirasi bnyk org!

    beruntungnya bhsa poto breng penulis favorit. ya gapapa lah ya walau potonya berempat. yg penting bisa satu frame sama idola.

    btw tulisannya enak. gk tw knapa. nyaman aja dbcanya.

    ReplyDelete
  15. Wah, udah dapat tanda tangan, foto, dikasih semangat lewat tulisan sama kata-kata lagi sama Bang Radit, keren banget!

    Oh iya, semoga cita-citanya jadi penulis bareng bang Radit bisa tercapai. Yuk, kita sama-sama meniti cita menuju penulis besar!

    ReplyDelete

Tell me what do you want to tell :)