Salah Jurusan? Hmm...

Pict source: Ardan Radio


Selamat pagi, Blogcha. Selamat hari Rabu :)

Entah kenapa tiba-tiba pagi ini aku kepikiran tentang aku sendiri. Tentang jurusan yang lagi aku jalani sekarang, yang sebenarnya bukan keinginanku. Jujur, salah jurusan itu nggak enak banget. Sangat sangat enggak enak. Ngejalanin sesuatu yang bukan keinginan itu memang nggak enak, kan?

Aku yakin, pasti bukan hanya aku yang ngerasain salah jurusan di kuliah. Pasti di luar sana banyak juga yang senasib sama aku, salah jurusan dalam kuliahnya sekarang. Oke, sebenarnya itu bisa dibilang rumit. Kenapa rumit? Karena bertahun-tahun kita berada di tempat yang tidak kita harapkan. Berada di luar sesuatu yang bukan dunia kita. Berada di luar zona nyaman kita.


Aku belajar dari Mbak Rhein yang pernah ngasih kata-kata gini, "Semua orang akan menghadapi kondisi dimana ia tidak berada dalam passion-nya."

Aku juga belajar dari temenku yang juga salah jurusan. Dia bilang, "Salah jurusan itu ibarat kecebur ke laut. Pilihan kita hanya ada dua, tenggelam atau bertahan dan berusaha berenang untuk bisa sampai ke tepi."

Dan suatu hari juga aku pernah nyerah dan nggak sanggup buat terus bertahan. Aku nggak sanggup nerima mata kuliah yang nggak aku sukai. Tapi, saat itu aku malah dapet ucapan yang sebenarnya nyakitin. Kalimat itu datang dari temenku sendiri yang juga dulu dia ikut tes yang sama denganku tapi dia kurang beruntung. Dia bilang, "Wi, harusnya kamu bersyukur bisa masuk ke sana. Di belakang kamu, ada ribuan orang yang mau masuk situ, tapi kamu malah ngeluh dan nggak bersyukur ada di tempat kamu sekarang." dan aku tau, salah satu dari ribuan orang yang temenku bilang itu adalah dirinya sendiri.

Semua kalimat itu bikin aku bener-bener mikir kalau aku nggak bisa terus diem. Aku nggak suka di sini, tapi aku udah terlanjur masuk sini dan nggak ada pilihan lain selain survive dan berusaha menyelesaikan kuliah dengan baik. Aku nggak mau usaha kedua orang tuaku selama tiga semester ini sia-sia. Aku nggak ingin mengecewakan mereka.

Aku masih inget gimana bahagianya kedua orang tuaku saat dapat kabar bahwa aku lulus ke jurusan yang mereka harapkan. Aku masih inget gimana cara mereka meluk dan cium kening aku saat dapat kabar bahwa aku lulus. Aku nggak mau mengganti air mata haru mereka menjadi air mata kekecewaan.

Tapi yang namanya usaha nggak selamanya berhasil. Aku seringkali ngerasa ngeluh lagi untuk bertahan. Memang, kalau inget orang tua rasanya payah banget kalau sampai ngeluh terus. Tapi aku bertahan di tempat yang terlalu sulit. Sampai akhirnya aku dapet pelajaran dari Karei.

Sedikit cerita, selama SMA, dia suka banget sama Kimia. Dia suka sama hitung-menghitung. Dan akhirnya saat memilih jurusan di kuliah, dia memilih Farmasi karena dia ngerasa itu sesuai passion-nya. Ternyata setelah dijalani, di jurusan itu lebih kuat sama teori dan hapalan yang berlawanan banget sama kesukaan dia, hitung-menghitung. Dan dia pun nasihatin aku kalau nggak selamanya yang sesuai passion itu menyenangkan. Dan nggak selamanya yang sesuai passion itu sesuai dengan yang kita harapkan.

Dari cerita dia, aku pun lagi-lagi belajar. Apa yang dia bilang emang ada benernya juga. Salah jurusan nggak akan bikin hidup aku jadi berantakan selama aku bisa survive dan nggak berhenti di tengah. Ya ibarat kecebur ke laut tadi, kalau kita nyerah, ya tenggelam.

Aku juga pernah dapet cerita dari Mama. Jadi ada seorang anak perempuan dia mau masuk jurusan entah apa, aku lupa. Tapi orang tuanya mau dia masuk fakultas Ekonomi. Harapan orang tuanya nggak tinggi-tinggi banget, yang penting anaknya bisa dapet kerjaan layak di perusahaan atau bank-bank. Awalnya si anak nggak mau karena dia nggak suka hitung-menghitung. Sementara yang namanya Ekonomi itu pastinya dominan dengan angka-angka. Dengan sedikit keterpaksaan, anaknya pun mulai ngejalanin hari-hari belajar di sana. Seiring berjalannya waktu, dia mulai terbiasa dengan angka-angka. Dia berusaha survive di sana. Pastinya juga karena doa orang tua dan pilihan orang tua itu (sepertinya) pilihan yang terbaik, akhirnya anak itu lulus dengan IPK cukup baik meskipun nggak cumlaude. Tapi sekarang dia udah jadi pengusaha hijab yang sukses. Produk-produknya udah sampai diekspor ke luar negeri.

Nah dari banyak cerita di atas, (harusnya) aku nggak boleh ngeluh-ngeluh lagi. Bertahan dan berusaha, itu yang harus aku lakuin sekarang. Ngeluh nggak akan bikin aku jadi orang sukses ngedadak. Bahkan gak akan ngembaliin keadaan aku nggak jadi masuk jurusan ini.

Jadi buat kalian yang ngerasa senasib sama aku, jangan pernah takut salah jurusan. Selama kalian bisa bertahan dan berusaha, kalian pasti bisa ngejalaninnya. Ya seenggaknya bertahan dulu lah. Meskipun kalian nggak suka segimanapun dengan jurusan itu, orang tua kalian pasti memilihkan yang terbaik. Apalagi doa mereka pasti doa-doa terbaik buat kalian. Ya, terkadang seseorang perlu menjadi orang lain terlebih dahulu sebelum dia menjadi dirinya sendiri agar dia bisa belajar juga hidup di luar dunianya sendiri.


Inget, di belakang sana, banyak yang ingin ada di posisi kalian saat ini. Kuliah di universitas favorit, di jurusan yang kalian pilih, tapi nggak bisa. Jadi, bertahanlah! Berusahalah! Dan bersyukurlah!



Kalian nggak sendirian, aku juga senasib kok sama kalian. Ayo kita buktikan kalau salah jurusan nggak seburuk yang dibayangkan. Semoga postingan ini bermanfaat ya:)



With love,

You Might Also Like

2 komentar

  1. Iya, Kak. Hidup memang banyak pilihan dan kadang apa yang menjadi pilihan kita itu ngga sesuai sama passion dan impian kita. Tapi itu pasti yang terbaik. Jadi kita harus selalu memperjuangkannya, Kak :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju sama kamu. Pilihan orang tua pasti yang terbaik kok, tinggal gimana kita menyikapinya aja. Toh kalaupun salah jurusan, kita masih bisa ngejalanin passion kita:)

      Delete

Tell me what do you want to tell :)