Garut Punya Cerita

Selamat sore, Blogcha. Aku melewatkan dua hari di sini karena suatu hal. Berhubung aku sedang menikmati sore yang mendung di Garut, maka tempat yang akan kuceritakan hari ini adalah Garut.

Garut adalah salah satu kabupaten di Jawa Barat, Indonesia. Mendengar nama Garut tentu yang ada di pikiranku sendiri adalah alamnya yang indah dengan udara yang bisa disebut sejuk meskipun sesekali terasa dingin. Garut termasuk kabupaten dataran tinggi. Kabupaten ini dikelilingi oleh beberapa gunung diantaranya: Gunung Guntur, Gunung Papandayan dan Gunung Cikuray. Meskipun Garut termasuk daerah dataran tinggi, tapi Kabupaten ini juga memiliki pantai yang tidak kalah indah dengan pantai-pantai terkenal di kota lain. Pantai ini berada di daerah selatan tepatnya di Kecamatan Pameungpeuk. Dua pantai yang paling terkenal adalah Pantai Santolo dan Sayang Heulang. Pantai itu masih sangat indah dan bersih. Pasirnya putih dan air laut yang biru. Ombaknya bisa dibilang besar karena langsung berhubungan dengan laut selatan.


Garut menjadi tempat tinggalku sementara setelah Bapak dipindahtugaskan dari Pangkal Pinang. Sebelum akhirnya menginjak TK, kami pindah ke Bandung. Setelah berkelana selama beberapa tahun di kota orang, akhirnya menginjak bangku SMP, kami kembali dipindahkan ke Garut. Garut bisa juga dibilang sebagai saksi masa-masa remajaku.

Saat SMP, kami tinggal di Garut kota tepatnya Jl. Mawar. Di sana kami masih tinggal di rumah kontrakan. Berhubung kami sering berpindah-pindah, kedua orang tuaku belum ingin membuat rumah dengan alasan takut rumah itu takkan terurus saat kami pindah lagi. Tapi pada akhirnya aku menginjak bangku SMA, kami pun pindah ke rumah kami sendiri. Pada akhirnya kedua orang tuaku memutuskan untuk membuat rumah karena lelah berpindah-pindah.

Aku memiliki teman-teman yang sangat menyenangkan. Meskipun pada awalnya aku kesulitan beradaptasi di SMP karena aku sama sekali tidak punya teman. Maklum, anak pindahan. Tapi akhirnya aku pun mulai berkenalan dengan teman-teman satu per satu. Di SMP aku pernah mengikuti paskibra, salah satu ekskul di sekolah. Awalnya aku tidak yakin akan bertahan di ekskul itu sampai akhir karena aku termasuk orang yang lembek. Tapi entah mengapa di sisi lain aku merasa bahagia di sana. Meskipun sibuk, tapi di sana aku merasa punya keluarga baru. Apalagi jika ada lomba baris berbaris, kami latihan sampai sore bahkan magrib. Kadang meminta dispensasi dari pagi jadi selama seharian kami latihan. Lelah pasti, tapi rasanya aku seperti menemukan pengalaman baru. Jika dihukum senior, kami dihukum sama-sama. Kami dimarahi sama-sama. Di sanalah arti kebersamaan yang aku rasakan. Dan perjuangan latihan itu pun membuahkan hasil. Waktu itu kami pernah mendapat juara 2 tapi aku lupa lomba baris berbaris se-apa. Tentu saja kami merasa senang.

Tapi tidak hanya di paskibra, di kelas pun aku memiliki teman-teman yang sangaatt menyenangkan. Entah mungkin karena masih terbawa jiwa anak-anak, aku masih sering bertengkar dengan beberapa anak cowok saat itu. Sering adu mulut pada akhirnya bertengkar. Satu-satunya kejadian masa SMP yang paling kuingat adalah saat aku jatuh dari meja karena berniat mengejar temanku yang dengan usil mengganggu. Parahnya bukan hanya malu karena ditertawakan teman sekelas, tapi juga tulang di pergelangan kananku retak. Sejak saat itu aku sadar bahwa aku harus segera taubat dari kenakalanku...

Menginjak bangku SMA masih terasa sama menyenangkannya. Tapi karena SMA-ku saat itu sudah termasuk sekolah RSBI, angkatanku adalah angkatan pertama yang pulang sampai setengah 4 sore dengan 15 lebih mata pelajaran. Awalnya terasa sangat melelahkan. Buku-buku menumpuk banyak dalam tasku. Belum lagi waktu pulang sekolah yang bisa dibilang sore. Tapi akhirnya semester pertama bisa dilewati dengan sukses. Aku pun mulai akrab dengan teman-teman sekelas. Wali kelas kami pun sangat menyenangkan. Papih Oci, keep gokil ya!^^

Yang namanya masa SMA tentu tidak bisa terlepas dari kisah romance. Naksir kakak kelas, sering melewati kelasnya agar bisa bertemu, tapi saat bertemu malah kabur karena malu. Atau diam-diam minta nomornya dari teman yang mengenalnya, lalu mengiriminya pesan singkat dengan identitas palsu agar tidak ketahuan. Tapi pada akhirnya dia pun tahu bahwa penggemar rahasianya adalah aku. Belum lagi jika teman-teman sekelas tahu dan saat dia melewati kelasku, teman-teman langsung heboh tidak karuan. Tapi akhirnya cerita itu tidak bertahan lama karena kakak kelas itu sudah punya pacar. Atau dia malah menyukai adik kelas yang lain. Selalu ada cerita cinta di masa SMA. Tapi jika kuingat sekarang, entah mengapa aku malah menertawakannya. Padahal dulu aku sempat menangisinya...

Di SMA pulalah akhirnya aku menemukan sahabat-sahabat terbaik sampai sekarang. Sebut saja Kudis, Onge, Ciciw, Ambu. Meskipun kami sekelas dari kelas 1, tapi kami mulai akrab dan dekat di kelas 2. Sejak saat itulah kami mulai sering menghabiskan waktu bersama. Duduk pun satu deretan. Dan kalau tidak ada guru, kerjaan kami di kelas adalah duduk melingkar di belakang kelas, bawa camilan, dan akhirnya mengobrol sambil mendengarkan lagu dan foto-foto. Ah, aku merindukan saat-saat itu, Teman. Dan yang paling mengesankan di kelas 2 ini adalah saat study tour. Aku merasa sangat kompak dengan teman-teman sekelas. Aku merasa kami seperti keluarga utuh.

Menginjak kelas 3, aku dan sahabat-sahabatku masih sering bermain. Biasanya markas kami adalah rumah adys. Dan di kelas pun kami masih sering melakukan kebiasaan seperti kelas 2, tapi intensitas mengerjakan tugas mulai ditambah, sedikit sih. Ternyata kelas 3 adalah masa-masa menegangkan. Aku masih sekelas dengan teman-teman. Jadi kami semua sekelas dari kelas 1-3. Kami mendapat wali kelas yang baik, tapi beliau sangat tegas. Beliau mengajar biologi saat itu. Dan cara mengajarnya membuat kami selalu deg-degan. Dua jam pelajaran rasanya berjalan sangaaat lama. Bahkan deg-degannya melebihi saat menaiki roller coaster (padahal belum pernah naik). Dan rasa lega menjalar begitu saja ketika jam pelajaran usai dan beliau berjalan meinggalkan kelas kami. Tapi biarpun begitu kami semua sayang beliau. Bahkan saat perpisahaan, kami menangis karena semua yang telah beliau usahakan untuk kebaikan kami. Bunda Elin, jangan lupa doakan kami terus, ya.

Akhirnya masa SMA pun berakhir dengan menyisakan kebahagiaan yang dihiasi tangisan. Aku tahu, masa-masa indah itu takkan pernah terulang. Tapi memorinya akan terus tinggal, bertahan.
Setelah aku lulus tes, akhirnya aku pun pindah ke Bandung untuk melanjutkan kuliah. Tentu saja kali ini tanpa keluarga. Tiap kali aku pulang ke Garut, rasanya cerita-cerita masa lalu itu kembali teringat dalam benakku.
Masa-masa penuh luka dan tawa.

Pict source: google

With love,

Dwi Sartikasari

You Might Also Like

0 komentar

Tell me what do you want to tell :)