[Tips] Menghanyutkan Pembaca Melalui Setting

Hai gaes, selamat pagi menjelang siang!

Beberapa hari lalu, aku chatting sama temen kampusku yang bisa disebut Otaku. Oh yes, dia nge-fans banget sama anime. Dan tiba-tiba dia bilang ke aku kalau dia juga lagi suka nulis. Wow! Antara kaget, nggak percaya, sekaligus seneng. Dia membuktikan kalau setiap orang bisa nulis. Padahal ya, dia orangnya males banget nulis. Ke kampus aja nggak pernah bawa binder, cuma catatan kecil. *buat dia yang baca, peace love and gaul yak* :D


Nah, terus apa hubungannya sama postingan ini? Gini. Dia bilang sama aku kalau dia pengin belajar setting. Aku sebagai teman yang baik, yang sebenarnya nggak jago juga bikin setting, mau bantu dia. Nggak cuma dia sih, ada juga beberapa temen yang katanya kesusahan buat deskripsi setting. Jadi dengan modal ilmu dan pengalaman seadanya, aku mau berbagi sedikit tips yang semoga aja bermanfaat. Secara aku nggak bisa bagiin uang, jadi bagi tips aja ya. Yang penting berbagi. Berbagi itu indah, gaes~

Baiklah. Sebelum mulai ngasih tips, kamu-kamu harus tau dulu apa itu setting.


Setting atau latar singkatnya adalah salah satu elemen fiksi yang berisi tempat, waktu, dan suasana. Aku ambil pengertian simpelnya aja ya. Jadi setting ini sangat penting dalam sebuah cerita. Kenapa? Karena setting juga akan mendukung elemen yang lain dalam cerita fiksi.

Nah, jadi, gimana sih bikin pembaca terhanyut melalui sebuah setting? Oke, ini tipsnya.

  • Mainkan imajinasi
Pernah membayangkan sesuatu? Semacam ngebayangin kamu dapet pacar, jalan sama doi, pegangan tangan, ya gitu-gitu deh pokoknya. Kalau ngomongin imajinasi, pasti berhubungan sama membayangkan. Di sini kamu harus pinter-pinter memainkan imajinasi. Karena apa? Karena semakin keren imajinasi kamu, maka semakin keren pula cerita yang akan kamu bikin! Contohnya J.K Rowling. Siapa yang nggak tau sama penulis yang satu itu? Ketujuh novel Harry Poter-nya bisa keren gitu ya karena dia pinter memainkan imajinasinya. Jadi kamu jangan takut dihina gara-gara tukang ngayal, ya.

Aku orangnya tukang khayal. Iya, selalu mengkhayal ini mengkhayal itu. Nggak baiknya mungkin aku susah menerima kenyataan kalau sesuatu yang udah aku bayangkan itu nggak sesuai kenyataan. Tapi baiknya, aku selalu mengkhayal banyak tempat dan suasana untuk sebuah cerita. Banyak cerpen-cerpenku yang setting tempatnya nggak real. Semacam khayalan aja, ngarang gitu. Tapi selama masih logis, it's okay.

Kalau buat aku sendiri, memainkan imajinasi ini lebih ke setting suasana sih. Soalnya aku lebih senang membayangkan suasana. Kalaupun tempatnya nyata (bukan khayalan), ya suasananya aku yang bikin sendiri. Aku yang imajinasiin. Contoh di sebuah kafe. Aku membayangkan di kafe banyak meja yang dikerubungi sofa-sofa. Terus lagi hujan. Terus tokoh utama lagi galau. Di atas meja ada secangkir kopi panas yang asapnya masih mengepul-ngepul.

  • Jangan malas riset
Bagi penulis, jangan pernah malas untuk riset! Riset itu penting loh. Kalau memainkan imajinasi di atas untuk tempat yang nggak real, nah kalau riset, itu untuk tempat-tempat yang nyata ada. Jadi sangat berkebalikan sama tips pertama.

Contohnya, di proyek novel pertama aku ambil setting di Bandung. Aku perlu riset tentang jalan-jalan di Bandung. Terus tempat-tempatnya perlu aku riset juga. Aku pernah ambil salah satu rumah yang akan jadi tempat si tokoh utama tinggal. Kebetulan rumah itu ada di sekitaran kosanku. Jadi aku sering-sering merhatiin rumah itu. Mulai dari warna cat, jendela, keadaan halaman, pagarnya, sampai suasana sekitar. Pokoknya jangan sampai salah karena itu nyata. Makanya, perlu riset.

  • Mainkan kosa kata
Namanya jadi penulis, pasti harus terbiasa dong sama kata-kata. Ini juga salah satu trik agar pembaca bisa terhanyut sama ceritamu, gaes. Memang butuh waktu lama sih untuk bisa bikin penggambaran setting yang bagus dengan kata-kata yang pas. Harus banyak berlatih. Tapi, selama kamu nggak menyerah, kamu pasti bisa kok. Bermain kata-kata juga nggak terlepas dari diksi. Menurut KBBI, diksi adalah:

dik·si n Ling pilihan kata yg tepat dan selaras (dl penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (spt yg diharapkan)
Jadi, kalau pemilihan kata untuk menggambarkan setting-nya nggak pas, nanti ceritamu malah nggak enak dibaca. Mengulang kata yang sama dalam penggambaran setting juga ternyata membosankan loh. Pernah baca cerita yang katanya itu-itu lagi? Rasanya gimana? Cukup membosankan ya. Biar nggak membosankan, makanya tiap penulis harus kaya akan diksi. Caranya? Banyak baca. Catat diksi yang menarik. Download kamus thesaurus dan KBBI offline juga buat nambah referensi kata :)

  • Melepaskan kata dari maknanya
Ini juga salah satu trik untuk bisa membuat pembaca terhanyut dalam ceritamu. Tujuannya ya biar gambarannya tidak basi dan hambar. Contoh kalimatnya kayak gini,


Jadi maksudnya, kata yang seharusnya dipakai untuk manusia jadi bisa diterapkan ke benda atau sesuatu yang bersifat mati. Kayak dari kalimatku sendiri, "Tatapan lembutmu mampu menusuk-nusuk hulu hati..." menusuk-nusuk sendiri adalah kata kerja yang biasa dikerjakan oleh tangan manusia. Tapi di kalimatku sendiri diterapkan ke tatapan. Jadi kerasa kan suasana si tokoh? Dia sakit hati saat matanya ditatap "kamu".

  • Perhatikan elemen lain
Elemen yang aku maksud di sini adalah elemen selain setting. Aku ambil salah satu contoh elemennya adalah karakter. Sebut saja si tokohnya penakut. Kalau karakter tokohnya penakut, setting suasana yang mendukung tentu yang gelap, sepi dan dingin. Setting waktunya tentu malam. Atau dini hari juga bisa. Jadi sesuaikan setting dengan elemen yang lain karena tujuan dari setting memang untuk mendukung jalannya cerita.

  • Deskripsikan sedetail mungkin tapi jangan melebihi porsi
Kamu mendeskripsikan setting dengan lengkap, boleh. Misal kamu mendeskripsikan sebuah ruangan. Kamu jelasin ukurannya, benda-benda yang ada di dalamnya beserta letaknya, kamu jelasin warna catnya, dan yang lain-lain. Tapi hati-hati ya, pembaca mungkin bosan dengan deskripsimu yang terlalu berlebihan. Maka dari itu kamu sesuaikan porsinya. Caranya? Kamu bagi jadi dua bagian. Melalui narasi dan dialog. Iya, kamu harus pinter buat menjelaskan setting lewat dialog. Karena kalau sepenuhnya lewat narasi, mungkin kamu nggak akan dikira penulis fiksi. Tapi jurnalis. Tentunya, kalau mau mendeskripsikan melalui dialog, yang dalam scene tersebut ada lebih dari 2 orang ya. Untuk contoh cara mendeskripsikan lewat narasi dan dialog ada di sini.

  • Percaya diri
Ini tips yang terakhir. Percuma kamu udah bikin setting yang bagus, yang mungkin sebenarnya menurut orang udah bisa menghanyutkan, tapi kamu nggak percaya diri. Kamu nggak berani untuk nge-publish itu karya ke media sosial untuk sekadar dibaca dan dinikmati orang. Kamu selamanya akan terkurung sama ketidakpercayaan. Jadi kamu harus percaya sama karya kamu sendiri. Masalah dikritik atau dikomentari orang ya terima aja. Toh naskah tanpa kritikan juga nggak akan ada perubahan untuk lebih baik :)


Oke, kayaknya segitu aja ya tips yang bisa aku kasih di sini. Semoga aja tipsnya memang bener, enggak sesat dan membingungkan pembaca. Hihihi^^ aku tutup postingan ini pakai sebuah qoute dari Kak Alvi Syahrin.


Dan... sejatinya nggak ada karya yang bagus. Yang ada hanya yang disukai dan tidak disukai.

Sampai jumpa lagi di tips-tips absurd berikutnya. Bye~


With love,

You Might Also Like

36 komentar

  1. Wah... Nice posting nih Dwi... ini yang perlu gue pelajari untuk coba bikin fiksi... Gue nggak terlalu pandai menghayal untuk sebuah novel fiksi sih. Gue lebih suka cerita kenyataan lucu disekitar. Nonfiksi. Tapi, biasanya kalau gue bikin naskah drama juga fiksi. Dan Alhamdulillah naskah drama komedi buat lomba sukses meraih juara... dua *terharu* #ehem #sombongdikit :v

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mengkhayal itu masih gratis Dul, jadi manfaatkanlah~

      Cielah selamat yak selamaaatt! Traktiran dulu dong kan menang:D

      Delete
  2. Sankyuuu kakak tipsna,
    menurut saya imajinasi akan lebih 'main' bila menulis sambil mendengarkan musik yang themenya sesuai dengan cerita yang akan ditulis.
    Menurut saya sebgai pembaca novel fantasi, penulis novel fantasi pilihan kata(diksi)nya banyak banget segudang, awal pembukaan novel tsb membuat hati penasaran dengan kelanjutannya. Pilihan kata di awal paragraf kadang membuat aku terkagum kagum, sayangnya aku engga tau artinya, leh :v

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sama-sama ya.

      Setuju. Makanya aku tiap hari denger lagu karena suka tiba-tiba berimajinasi apa... gitu.
      Iya sih fantasi kan genre yang kadang nggak ketangkap sama kenyataan. Makanya diksinya juga harus keren biar pembaca bisa ikut masuk ke dunia yang dibuat penulis.

      Delete
  3. Pernah nyoba nulis fiksi (yang ternyata susah sekali). Nice tips deh, Wi.

    Kayaknya imajinasi bakalan menjadi lebih tajam kalo sering2 melakukan riset, soalnya dengan riset akan dapet banyak hal2 baru. *edisiSokTau

    Setuju sama penggunaan diksi. Emang kudu pinter dalam pemilihan kata, biar yang baca nggak bosan. Pengulangan2 di beberapa postingan aja bikin bosen, apa lagi dlm satu cerita. Duh, kok jadi sok yes gini.

    Pokoknya gitu deh. Gue bukan penulis. Tapi tau mana tulisan yang enak dibaca, mana yang masih kurang. Soalnya gue pembaca, hehe. Bingung, ya? Jangan bingung..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tiap orang punya kelebihan genre nulisnya kok Bang, nggak perlu bisa semua :D

      Iya bisa jadi, tapi imajinasiku lebih sering dateng kalo lagi ngelamun.

      Haha enggak kok, iya paham. Pembaca sama kritikus beda. Kritikus baca buku untuk mencari kesalahan demi kritikan. Tapi pembaca baca buku untuk dinikmati.

      Delete
  4. aaaa Wii. makasih tips-tipsnya. sangat bermanfaat. iya, brbagi itu indah, kapan-kapan bagi-bagi uang lagi. hehe.

    riset emang perlu banget tuh. aku butuh beberapa hari untuk itu *gda yg nnya.

    request tips ttg EYD dong Wi :D makasii

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha bagi-bagi uang? Iya nanti kalo aku udah kaya pake banget ya Mut.

      Aduh kalo soal EYD mending kamu donlot ebooknya aja, di file grup facebook ada kok dari Mbak Roh :)

      Delete
  5. kirain pas awal gue baca judulnya ini bakal menghanyutkan pembaca ke kali ciliwung.eh ternyata salah. haha. btw, bagus nih tipsnya. tapi terkadang ketika gue mau mendetailkan suasana setting malah kebablasan, jadinya ga fokus ke cerita. :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kali CIliwung-____-

      Pasti jadinya malah kayak reporter ya? Hahah, iya itu perlu dilatih terus biar terbiasa. Kalo udah terbiasa pasti enggak kok. Bisa mengatur sesuai porsinya.

      Delete
  6. Sama tambahan tips lagi ya. Kalimatnya yg pendek2, jadi pembaca ga ngos2an kalo baca :) (tipsnya mbah dahlan iskan). Kalo gue sendiri, jarang nulis cerita fiksi, jadi ga perlulah setting2an tempat dulu.hihi. Yg paling sering gue lakuin sih ya pemilihan diksi. Itu penting banget.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener Zim, maksimal itu kalau nggak salah dalam 1 kalimat ada 12 kata. Itu maksimal. Kasian juga kan pembacanya sesak napas-_-

      Good, nulis dari yang paling dimengerti aja genre-nya. Buat yang lain bisa nyusul kok.

      Delete
  7. Wewwsss Kak dwiii cucookk.. berarti itu ada bermain dengan majas majas gitu ya kak dwi, yang menggunakan kata-kata untuk manusia tapi di gunain ke benda, majas personifikasi atau apa gituh ya?

    waaaaa, pas bet vina lagi kepo sama yang namanya setting .. huahhaah
    terimakasih kak dwi udah mau berbagi.. hihiu :D

    with love,

    Elvina Yanti :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bisa, asal jangan majas hiperbola aja haha.

      Setelah ini bikin fiksinya ya? Katanya lagi kepo, berarti nanti mau bikin dong~

      Eh ngikutin aja pake with love with love :p

      Delete
  8. wow tips yang super dwi .... :D

    tapi ketinggalan satu, saya mau nambahin.... "showing, dont telling" ini ni menurut saya paling penting, karena kebanyakan orang nulis fiksi itu bercerita bukannya menunjukkan kejadiannya. contoh:. "ayah marah saat aku pulang larut malam"...disini penulis menceritakan kalau ayah marah, gitu doang, ndak ada menariknya. sebaiknya ditunjukkan dengan kata "muka ayah memerah, lantas ia membanting asbak sekeras-kerasnya saat aku pulang larut malam" lihat,,,,, ada perbedaan kan ? hehhehe....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku bukan Mario Teguh, Bang :D

      Oh iya bener. Showing don't telling itu penting banget. Soalnya kalo telling memang terkesan flat dan hambar. Kalo showing, perasaan pembaca bisa teraduk-aduk.

      Makasih Bang tambahannya.

      Delete
  9. keren tipsnya, bermamfaat bagi yang mau nulis.
    Blogwalking :) baju eksklusif pamma --------------> pammadistro.blogspot.com

    ReplyDelete
  10. yaaakkk semoga besok 2,3,5 tahun lagi dwi nggak hanya bisa bagi2 ilmu ke pembaca tetapi juga emas #eh

    mengenai riset setting sepertinya memang "wajib" ya dwi.
    kecuali settingnya cerita dongeng :-D
    lucu ya kalau nggak ngerti tentang bandung, eh bikin setting bandung entar janggal ceritanya.
    kalau aku biasanya riset nggak harus datang ke kotanya, minimal pakai google buat nyari info tentang lokasi kota tsb.

    dan pendeskripsian harus diselingi dengan penggambaran aktivitas tokoh atau percakapan ya biar nggak monoton?

    btw banyak event2 antologi indie, dwi...
    kamu cucok deh ikutan :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, doain aja Kak Ina :D

      Iya wajib banget. Dongeng juga wajib riset kok, jangan sampe cerita dongeng tapi ada ponsel. Kan nggak logis-_- bener, aku juga pernah bikin setting di tempat yang belum pernah dikunjungi. Banyak riset lewat internet aja sama buku.

      Tentu Kak, kalo cuma dialog, pembacanya kabur nanti hihihi.

      Iya nih aku belum aktif lagi event antologi. Ntar deh dicoba-coba lagi.

      Delete
  11. Nice posting Wi ...
    Eh nggak nggak, aku bukan komen itu doang kok wkwk :p

    SUMPAH ! Aku sebelumnya emang pengen nanya tentang ini ke kamu Wi. Eh ternyata kamu malah buat tips nya. Thank you udah buat tips yang sangat bermanfaat kayak gini. Kamu emg pinter baca pikiran orang hahaha

    Kalo imajinasi aku kadang banyak yang di pikirin Wi. Cuma terkadang masalahnya waktu ngerangkai kata-katanya yang susah. Kayaknya aku butuh kamus thesaursus sama KBBI deh. Biar gak susah lagi ntar. Aku juga butuh banyak belajar lagi sama kamu Wi. Sebelum kamu jadi penulis terkenal terus susah di hubungin hihihiii :p

    Eh Wi, udah beli E-book nya raditya dika belum? Kalo belum, coba beli Wi. Isinya keren banget. Dia ngejelasin dari awal persiapan ide menulis sampe cara ngasih naskah ke penerbit. Sekalian nambah referensi buat kita nulis.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Awas aja kalo iya-_-

      Wah keren Ri, aku cenayang. Bisa lah buat tambahan sampingan. Apaan sih-_-

      Iya bener, wajib download tuh biar kamu bisa meragamkan kosa kata. Thesaurus sama KBBI itu udah paling klop deh kalo nyatu. Kayak aku sama doi gitu Ri. Hahahah :))

      Belum ih pengeeenn tapi belum ada uang. Ntar deh nunggu ada rezekinya. Biasa, ke Rumah Buku aja. Kamu udah beli ya?

      Delete
  12. tipsnya keren wiiiiiiiii
    akhirnya pertanyaanku ke km terjawab sudah dengan keluarnya postingan ini hahaha
    aku bookmark loh :p #ga nanya

    mau nyoba-nyoba lagi deh bikin fiksi. dan menurutku yang paling sulit tu ngolah diksi aaahhh -_____- gimana caranya biar pembaca merasa terhanyut ckckck
    tapi kalau sering berlatih dan belajar juga sering baca, mungkin bakalan bisa yah ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nih sekalian jawab pertanyaan kamu, semoga membantu Ji hehe. Wah boleh, boleh banget.

      Pasti bisa kok, terus latihan Ji, jangan ngerasa gampang puas dan sempurna. Kalo perlu minta kritikan aja :)

      Delete
  13. Tatapanmu menusuk-nusuk ulu hati... Aku malah memainkan imajinasi di sini. Jadi, bayanganku, kamu lagi mentatap seseorang lalu matamu keluar-keluar dan memanjang sampai menusuk hati orang lain. hehehe.

    Tipsnya sangat membantu, Dwi. Sering2 bikin ginian yaaa... Eh, btw headernya baru kayaknya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yakali Bang matanya jadi manjang-___- serem amat.

      Iya kalo ada yang perlu aku share, nanti aku share kok. Iya waktu itu nyoba bikin header tapi gagal, jadi ganti lagi aja pake yang lama hehe

      Delete
  14. Bagi gue permainan kosa kata yang paling utama. Soalnya kunci utama tulisan keren itu yang nggak ngebosenin. Gue sebenernya pengin bikin buku, sih. Tapi masih latihan nulis di blog. Bagus, postingannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener, kalo nggak pinter mainin kata yang ada pembaca jadi bosan. Semangat semangat, pasti bisa!

      Delete
  15. Nice tips nih. Detail banget, jadi gak membingungkan pembaca tuh :)
    Thank you.

    ReplyDelete
  16. Keren nihhh kak Tipsnya hahhaha
    thxxx yaaa kak Dwiii, bagi bagi tips yang lain lagi kak :D

    Jujur ya kak aku tuh kalo berimajinasi masih belum total, ah seharusnya aku lebih banyak belajar lagi untuk lebih berimajinasi biar tulisannya makin kece kayak ka Dwi :D

    oh iya bagian untuk mendeskripsikan secara detail juga masih belum sepenuhnya aku kuasai :( pokoknya aku masih harus banyak belajar lagi nihh hehehe

    Ditunggu yaaa kak tips yang lainnya gituu, pokoknya tips apa aja deh yang berhubungan dengan dunia kepenulisan :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya insyaAllah kapan-kapan ya :))

      Kalo soal imajinasi nggak bisa diajarin, harus dilatih Fat. Sering-sering aja berkhayal. Tapi awas kelupaan sama dunia nyata ya. Siap, kalo ada yang mau ditanyain tanyain aja hehe.

      Oke next time.

      Delete
  17. kalo males nulis karna ga punya waktu gmn?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggak usah nulis Mas. Halangan nulis itu banyak, kalo kalah sama halangan apalagi males, ya udah enggak usah :))

      Delete
  18. Kalau enggak salah , itu salah satu twitnya kampus fiksi ya?

    weessss keren deh tipsnya, aku juga suka tampilan blognya, cewek banget :3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya makasih udah mampir :)

      Semua tipsnya atas pengalaman kok. Kalau penjelasan tentang melepaskan kata dari maknanya iya, itu yang dijelaskan di twitnya Kampus Fiksi hihi

      Delete

Tell me what do you want to tell :)