[Cerpen] Rasa yang Lain
“Huh,” gadis itu mengembuskan napas panjang. Ia duduk
berselonjor kaki di atas rumput Jepang yang hijau terbentang luas.
Sebuah taman dipenuhi oleh orang-orang berlalu-lalang. Jalan
aspal—yang tengahnya sengaja dipasang batu-batu lonjong halus—dengan lebar
sekitar dua meter mengelilingi taman. Jalan itu dikhususkan untuk orang-orang
yang ingin jogging. Di tengah taman,
ada danau buatan cukup luas dengan air mancur besar di tengahnya. Seratus meter
di sudut kanan dari gerbang taman, ada tempat bermain yang dipenuhi anak-anak
beragam umur.
Tidak jauh dari tempat bermain anak, di dekat bak pasir, gadis
itu berada. Di sampingnya, berbaring seorang laki-laki yang sudah tiba lebih
dulu di tempat itu. Laki-laki humoris, tapi bisa romantis di waktu-waktu
tertentu. Lelaki bermata bulat, dengan lensanya berwarna hitam. Lensa
yang—sesekali—bisa menjadi cermin gadis itu untuk mematut dirinya. Laki-laki
yang dipanggilnya Geo.
“Kamu lama.” Ujar Geo menoleh ke sebelah kiri, menatap
pacarnya yang masih duduk dan megap-megap kelelahan.
Napas Giska memburu. Mukanya memerah dengan rambut ikat
kudanya sedikit basah karena terkena keringat. Gadis itu menengok ke samping
kanan, lalu pupilnya melebar menatap Geo.
Yang ditatap hanya pura-pura tidak lihat. Kedua lengannya
diselipkan di belakang kepala—seperti bantal—dan matanya menatap lurus ke
langit sore. Warnanya biru kejinggaan, hasil semburat cahaya matahari yang
belum sepenuhnya tenggelam. Bibirnya mengerucut, mendendangkan sebuah nada yang
tidak jelas bunyinya. Geo paling senang pura-pura tidak melihat Giska dan bersiul
jika pacarnya itu marah.
Setelah meneguk beberapa teguk air mineral, Giska ikut
membaringkan tubuh di samping Geo. Bahu mereka bersentuhan. Tapi, tatapan
mereka sama-sama terfokus pada langit sore yang terhampar luas. Membuat angan
mereka ikut terbang menembus batas.
Diam-diam, Geo melirik Giska yang masih menatap langit.
Kedua ujung bibirnya tertarik beberapa mili, melukiskan sebuah senyum samar. Matanya
menelusuri wajah Giska dari dahi sampai dagu.
Tidak terasa, dia sudah menghabiskan waktu bersama gadis
pemilik wajah tirus yang selalu tampil natural itu selama 8 tahun. Ia masih
ingat, hari itu, hari terakhir sekolah sebelum ujian nasional...
“Kamu
pulang sama siapa?” seorang anak laki-laki bertanya dengan raut wajah gugup.
“Sendiri.”
“Aku
anter ya?”
Gadis
itu menatap anak laki-laki di hadapannya, tersenyum sejenak, lalu mengangguk
setuju. Beberapa menit kemudian, mereka sudah berada di atas sepeda motor. Anak
laki-laki itu tak mampu menahan rasa bahagianya bisa mengantar pulang gadis
yang sudah disukainya beberapa bulan lalu.
“Kamu
pegangan aja kalau takut,” ujar anak laki-laki itu sambil menoleh lewat spion
kirinya. Spion itu sengaja diarahkan ke wajah anak perempuan agar ia bisa tetap
melihat wajah berbentuk tirus, mata sipit, hidung bangir, pipi yang kurus,
serta bibir tipis yang sudah berwarna merah muda dengan natural.
Gadis
itu mengangguk, lalu ia memberanikan diri memegang jaket yang dikenakan anak
laki-laki. Tiba-tiba saja lengannya terasa hangat. Ternyata lengan anak
laki-laki sudah menggenggam lengannya dan menariknya agar berpegangan lebih
kuat. Pipinya memerah. Gadis itu menahan degup jantung yang mulai mengencang
secara tiba-tiba. Ia juga menahan rasa bahagia yang berlebihan. Hatinya
mencelus.
“Aku
mau pulang tiap hari sama kamu, boleh kan?” tanya anak laki-laki itu sebelum
pulang ke rumahnya. Mereka baru tiba di depan gerbang rumah anak perempuan.
“Setiap
hari?” hening untuk beberapa jenak.
Jantung
anak laki-laki itu berdetak kencang. Tiba-tiba hatinya merasa resah. Ketakutan
menjalar di sekitar hatinya. Pasalnya, ia baru pertama kali mengantar temannya
itu pulang dan ia langsung meminta untuk bisa pulang bersama setiap hari.
“Boleh.”
Senyum tersungging di wajah anak perempuan.
Jawabannya
membuat anak laki-laki berteriak ”Yes” sambil mengepalkan kedua tangannya. Anak
laki-laki itu terlalu bahagia. Keresahannya terjawab. Lalu, ia mengucapkan
terima kasih, melambaikan lengan sambil tersenyum, dan mulai melajukan motornya
menjauh.
“Kamu kok liatin aku terus?” mata Giska tiba-tiba terarah ke
samping kanan.
Geo langsung mengalihkan pandangannya kembali pada langit,
menghiraukan pertanyaan Giska. Meskipun mereka sudah menghabiskan waktu bersama
bertahun-tahun, degup jantung itu masih tidak bisa normal di saat-saat
tertentu. Saat ia melihat Giska tersenyum, saat ia melihat Giska tertawa, saat
ia ketahuan diam-diam menatap Giska, saat ia mencium kening Giska sebelum
pulang, atau saat-saat lainnya.
Tapi,
mengapa kini rasanya ada yang lain?
“Geo.”
“Ya?”
Kini giliran Giska yang mengalihkan pandangannya kembali
pada langit. Tidak peduli Geo menatapnya. Tiba-tiba lengan kanannya sudah
berada dalam genggaman lengan Geo.
“Aku jenuh, Gis.”
“Maksud kamu?” Giska menatap Geo, pupilnya melebar dengan
dahi mengernyit.
“Aku jenuh sama hubungan kita,” jawab Geo gugup. Lengannya
mengelus lengan Giska yang masih berada dalam genggamannya untuk menghilangkan
rasa gugupnya.
Dada Giska terhantam. Tenggorokannya tercekat. Jantungnya
jadi berdegup bukan karena bahagia, tapi cemas. Pasalnya, belakangan ini mereka
memang sedang sama-sama sibuk. Geo sedang sibuk dengan bisnisnya, baru saja
membuka cabang baru. Sementara ia sendiri sedang sibuk dengan dunia
fotografinya. Apalagi, beberapa minggu ke depan ia akan menggelar pameran foto
kecil-kecilan.
Gadis itu menatap Geo cukup lama tanpa berkedip. Hatinya
berkecamuk. Kalimat yang selama bertahun-tahun dicemaskannya akhirnya terlontar
dari mulut Geo.
“Kamu nggak serius ngomong itu, kan?” Giska mencoba
memaksakan senyum. Meskipun dalam hatinya benar-benar resah. Bagaimana jika ia
sudah memiliki perempuan lain? Bagaimana jika ia memutuskan untuk mengakhiri
hubungan mereka? Bagaimana jika ia lelah untuk terus bertahan?
“Aku serius, Gis. Aku jenuh hubungan kita gini-gini aja.
Mungkin kita perlu break. Atau
putus?”
“Geo!” Giska menarik lengannya dengan kasar. Matanya
berkaca-kaca, siap menumpahkan air mata yang tiba-tiba berkumpul di sudut
matanya. Kali ini, jantungnya berdegup tiga kali lebih cepat dari biasanya. Ia
nyaris bangkit dari tidurnya. Tapi lengan Geo lebih dulu menahannya.
“Kamu mau ke mana?”
“Pulang.”
“Ini,” Geo menyodorkan sebuah benda bulat kecil berwarna
perak mengilap terkena cahaya matahari yang nyaris terbenam. Di tengahnya ada
permata kecil berwarna pink yang juga mengilap. “Nikah yuk?”
Dalam keadaan masih berbaring, Giska terkejut menatap benda
mungil yang dipegang Geo. Benda—yang biasa disebut cincin—itu membuatnya tak
bisa berkata apa-apa dan menegang seketika.
“Kenapa diem? Nggak mau ya?”
Alih-alih menjawab, Giska langsung melayangkan cubitan di
lengan atas Geo. Lelaki itu meringis dan memelototi Giska. Beberapa detik
kemudian, Geo menarik lengan kiri Giska dan menyematkan cincin itu di jari
manisnya.
“Umm, cantik ya.”
“Kok kamu main pasang-pasangin aja? Aku kan belum jawab?”
“Karena aku tau kamu pasti mau,” lelaki itu tersenyum
santai. "Aku jenuh karena hubungan kita gini-gini aja. Aku pengin
hubungan kita berlanjut ke tahap yang lebih tinggi," lanjutnya.
Giska tidak tau, jantung Geo berdetak lebih cepat dari yang
mungkin ia duga. Mereka lalu sama-sama mengalihkan pandangan. Tapi lengan
mereka masih saling menggenggam. Ternyata, rasa itu tidak pernah hilang
meskipun waktu sudah berjalan begitu lama. Ternyata, rasa yang berubah itu
adalah rasa ingin meneruskan hubungan ke jenjang yang lebih jauh.
“Aku seneng,” Giska menggumam. Senyum bahagia terlukis dari
bibir mungilnya. Raut sedih, kesal dan terkejut tadi hilang terbawa desir
angin. Ia ikut menyaksikan kisah bahagia dua orang itu.
Geo menarik lengan Giska, mendekatkan ke bibirnya, lalu
mengecup punggung tangan gadis itu dengan lembut.
Tanpa
kamu bilang pun, pancaran mata kamu udah menunjukkan pendar bahagia. Dan...,
aku merasakan hal yang sama.
***
With love,
38 komentar
Ahh, aku gak ngelewatin sedikit pun kalimat di cerpen ini. Asik Wi bacanya. Aku jadi kebawa suasana dalam cerita ini. Aku juga gak kepikir kalo akhir ceritanya si Geo malah ngajakin nikah. Kirain Geo mau ngajak putus. Romantis juga ya cara Geo ngajak nikah gitu.
ReplyDeleteTulisan Dwi mah udah juara banget. Gak bisa di ragukan lagi deh! :D
Asikan mana sama ketemu mantan pas kamu bukber? Hahaha. Iya romantis dong, sayang penulisnya nggak bisa romantis. Huh.
DeletePlis jangan lebay. Tulisanku masih ada cacatnya juga kali Ri~
Kejadiannya singkat tapi tulisannya jadi lumayan panjang juga. Dengan penjelasan yang emang udah ciri khas kamu ini emang jadi luar biasa, wi.
ReplyDeleteRomantis dan sangat keren :)
Kamu emang udah sering baca novel bergenre kayak gini ya ?
Wah ciri khasku udah ketauan ya Kak. Makasih makasih^^
DeleteSering banget. Novel pertama yang aku baca dulu genre-nya komedi-romance. Ya ada romance-romancenya hehe
hmm, romantis..
ReplyDeletekeren ceritanya :)
Iya, terima kasih
Deleteanjirr romantis banget. Gue kira tdi bilang jenuh mau putus, eh taunya ngelamar. #Kode nih kayaknya minta dilamar. haha. tpi udah2 kuliah dulu mbak, jangan nikah dulu. wkwkwkwkw
ReplyDeletebtw, naskahnya apa kabar mbak ? udah 'dilamar' penerbit belum ?
Nggak woles ekspresinya hahaha.
DeletePlis ini bukan kode Wil. Aku masih muda, masih jauh mikir ke sana-___-
Huaaaaa kata kakak editor masih dirundingkan sama editor lain. Aku masih harap-harap cemas banget nih.
so sweeettnya Geo,,, kirain jenuh beneran,,, gak nyangka ternyata maksudnya itu pengen ngajakin ke hubungan yang lebih seriussss,,, huaaa romantis banget apalagi sambil mandangin langit gitu
ReplyDeletekonfliknya sedehana,, tapi menarik,,, nice shortstory^^
Huaaaa Kak Zhie pasti pengen cepet ada yang lamar yaa :p
DeleteMakasih Kak :)
sweet momen banget, dwi. Sukses banget bikin aku beberapa kali mendesah berat :)
ReplyDelete8 tahun.. hmm kok mirip ya sama hubungan aku, bentar lagi mau 8 tahun, udah jenuh juga sama hubungan yang gini-gini aja, pengen kek Geo sama Giska keknya seru.
Oh, iya... aku suka banget alurnya dwi.. keren banget :)
Hahaha pasti jadi inget pacar. Lulus sidang jangan langsung lamar Kak, kerja duluuu. Udah 8 tahun, pasti udah banyak suka dukanya ya. Keren iihh :D
DeleteMakasih makasih Kak Bay^^
romantis banget dwiiii~~~
ReplyDelete:D
keep writing, ditunggu cerpen lainnya yah
izin folowyaaa
Iya cuma ceritanya yang romantis, aku enggak haha.
DeleteOke sip sip, Fuj^^
Boleehh, aku udah follow lebih dulu ya
ah ka dwi nih.. tanggung jawab ah.. gua jadi nge hayal yang engga2 nih.. tapi kalimat yang 'nikah yuk' itu aga gimana aja yaa hehe
ReplyDeletejago deh, sering baca novel romance pastiiii.. aaah sial dasar geo main ajak kawin aja, kerja dulu woy ! uda punya apa cari duit aja masi lontang lantung.. huh.. cuma bekal cincin doan gausa belaguuu~ ah emosi kan..
emang baca tulisan nya ka dwi mengobrak abrik emosi pembaca nya sih (Eaaa terbang~)
Ngekhayal punya pacar terus langsung dilamar gitu ya Do? Hahaha maaf, biasanya kalimat-kalimat gitu emang agak sensitif.
DeleteNovel baru beberapa yang dibikin tapi belum ada kepastian. Huh. Eh, ketauan kan bacanya nggak serius. Ada keterangan loh Geo dan Giska itu sibuk apa :p
Obrak abrik kayak apa aja~
dwi tanggung jawab deh dwi :3
ReplyDeleteneechan jadi galau baca cerita ini :3
rasanya minta dilamar sama ... *abaikan yang di wasap*
wi , nikah yuk! :v
Hahaha cieee yang kepengin nikah muda :p
DeleteGih minta dilamar sama........ Itu tuh.
sweet banget.
ReplyDeletelagi ngebayangin jadi giska ceritanya.
Jangan dibayangin aja Fah, dijalani~
DeleteGak tahu napa dan bagaimana Dwi bisa romantis mulu. Gak abis-abisnya. :) Pasti biki para jomblowan dan jomblowati plus single-singlean pada galau bacanya. Ngabibita, gitu. yahm baguslah, tahap lanjut untuk nikah. Dengan cara yang sempat twist pula.
ReplyDeleteBTW, sekadar saran, maaf, ada bagian yang gadis itu diganti dengan anak perempuan. Apa gak inkonsisten?
Pun meneguk beberapa teguk air mineral, bisa ganti kalimat lain? Dwi selalu suka yang detail. Tapi abaikan jika sudah merasa pas dengan kalimat itu. Cuma sekadar masukan saja, maaf.
Dan saling memegang lengan atau tangan? "Tapi lengan mereka masih saling menggenggam." nah itu membingungkan, lengan dan tangan 'kan ada bedanya. Sekadar masukan atas apresiasi karya saja, Dwi. Maaf jika bikin jleb dan tak berkenan. :)
Tapi sayang itu cuma ceritanya aja Mbak. Penulisnya sama sekali nggak bisa romantis. Ahaha ahaha.
DeleteOh iya itu sebenernya aku bingung sih kebanyakan si gadis. Makanya aku ganti. Tapi nggak masalah ya Mbak, yang penting konsiten?
Oh I see, meneguk beberapa teguk. Pemborosan katakah?
Eh iya, harusnya tangan Mbak. Makasih buat masukan sama kritiknya. Makasih banyaaakk :))
It's better than just "Cerpennya bagus."
Jujur ya Dwi...aku bangga kenal km. Gmna yaaa.. Km yuh jago bgt bikin cerpen. Q baca sampai tuntas cerita geo giska ini. Bagus bgt endingnya malah ngajakin nikah aku kita putus hahaha
ReplyDeleteDwi emg pinter deh nerangkai kata. Tp bener yuh kata mak roh ada bberapa part yg msy dperbaiki ;l)
Makasih banyak Kak mei, aku juga belum sepenuhnya jago. Masih harus banyak belajar :))
DeleteIya makasih ya Kak, nanti aku belajar lagi kok.
*gleek..
ReplyDeleteMulai deh yang punya pacar galau, berkhayal bisa seperti itu :3
Iya aku emang suka berkhayal Ziz~
Deleteem, cerita ini kayaknya lebih ke pengharapan mungkin...
ReplyDeleteatau terilhami dari kisah nyata...
meski ceritanya main di daya keujut..tapi untuk pembaca blog...ini cukup bagus....
setidaknya pembaca punya waktu untuk terhentak dengan endingnya...
Pengharapan? Nggak kok bukan Wi.
DeleteIya makasih ya. Udah baca sampe beres.
setiap baca postingan kak dwi pasti isinya cerpen dan cerpennya ituuu gawl banget. gawl karena kata - kata yang dirangkai menjadi kalimat itu bisa sekece dan sedalem itu..
ReplyDeleteaaah, good job kak dwi :)
Nggak juga kok Ki, isinya macem-macem cuma mungkin kamu kebagian pas promo cerpen.
DeleteMakasih yaaaaa^^
Ahhhh, aku terpesona dengan kamu mbak dwi...kalau baca cerita beginian pasti deh aku langsug kebawa suasana di dalam cerita..asyik banget. walaupun belum pernah merasa seperti itu secara langsung, tapi aku bisa membayangkan secara detail suasana di dalam cerpen itu :D
ReplyDeleteBelum pernah? Iya nanti ada saatnya kok kamu ngerasain rasanya ngelamar cewek~
DeleteBtw makasih ya Restu
Hehehe jago banget dah bikin cerpennya. Mungkin kalo sering diasah bakalan lebih baik. :D Buat ceritanya, serius, aku awalnya kasian sama si Giska. Eh ternyata diajakin nikah. Hihi bagus bagus..
ReplyDeleteMakasih Kak, iya pasti aku terus belajar kok^^
Deleteeeeeeeeeeeeeeeeehhhh busetttt kirain putus, ternyatahhhhhh wowuwuwowowowow sweetttt bener kak dwiii~~ udah kaget, lah ternyata geo ngasih cincin, jadi pengin :|
ReplyDeletenikah yuk :| gitu endingnya huahahaha
semoga kak dwi cepetan juga :D undang undang ya :D hihihi
Uwooo ekspresinya Vin, excited bangeeett hahaha. Cie mau dikasih siapa sih?
DeleteCepetan? Semoga waktunya pas aja nanti:) hihi iya diundang, tapi janji dateng ya
Romantisnye -_- :( andai aku bisa seperti itu wuaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
ReplyDeleteIni cuma fiksiiii kok, coba aja ngelamar gitu ke cewek :D
DeleteTell me what do you want to tell :)