Buku Diary

Aku berjalan ke sudut kamar, mendekati lemari. Kepalaku mendongak melihat sebuah dus sepatu yang sudah dibungkus oleh kertas kado di atasnya. Memoriku melayang. Aku segera berjinjit sedikit untuk mengambil benda persegi panjang yang penuh debu. Setibanya dipangkuanku, aku menyibakkan debu-debu tebal dan meniupnya. Ingatanku terlempar ke masa lalu.

Aku membawa langkah menghampiri tempat tidur berseprai pink dan menjatuhkan tubuhku dengan nyaman di sana. Perlahan tapi pasti, aku mulai membuka tutup dus dan melihat banyak sekali surat-surat. Surat itu. Surat yang pernah kubuat untuk bertukar dengan sahabat di masa SMP. Sahabat yang kini sudah jarang berkabar-kabari lagi. Aku mendesah berat.



Sebuah buku kecil dengan cover warna pink mulus tergeletak dengan tumpukan puluhan surat di atasnya. Buku diary-ku. Ujung bibirku tertarik beberapa mili ke belakang, melukiskan sebuah senyum simpul.

Aku langsung mengambilnya dan menatapnya sejenak. Segera kubuka dengan penuh semangat. Lembar pertama berisi biodata seorang sahabat yang sudah kuanggap saudara sendiri. Aku masih ingat bahwa diary itu pemberiannya. Lagi-lagi senyumku mengembang. Aku mulai menyeret lembar pertama dan muncullah lembar kedua dengan curhatan pertamaku. Cerita tentang aku yang kesal karena Mama lebih membela adikku. Tentang aku yang berpikir bahwa Mama tidak menyayangiku. Bahwa aku lebih baik kabur dari rumah dan membawa tabunganku. Cerita polos anak kelas 3 SD. Otakku berputar cepat. Sepersekian detik berikutnya, mulutku terbuka lebar dengan suara “Hahaha” cukup keras dan lama.

Aku melanjutkan membuka lembar berikutnya. Berjarak sekitar 20 hari dari cerita pertama dengan tulisan yang bisa dibilang seperti cakar ayam. Tapi beruntungnya, meskipun jelek, tulisan itu masih bisa kubaca jelas. Curhatan selanjutnya bercerita tentang aku yang sudah merindukan teman-teman di kelas, serta memperkenalkan sahabat baru. Dua orang laki-laki. Aku hanya menanggapi kisah itu dengan senyuman. Senyum rindu akan sahabat-sahabat lamaku.

Jemariku yang panjang kembali menyeret lembar berikutnya. Cerita ketiga itu cukup lengkap mulai dari aku yang punya teman baru, sampai... oh, tunggu. Kenapa ada kisah percintaan di sana? Aku menatap nama seseorang cukup lama. Anak laki-laki itu, yang baru kuanggap sahabat baru di cerita sebelumnya. Ternyata aku sudah memiliki cinta monyet sejak kelas 3 SD. Ya ampun, betapa aku tumbuh dewasa terlalu cepat. Di akhir kalimat, aku menemukan sebuah kalimat dengan tulisan tanganku, “Tapi itu kan terserah *biiip* mau pilih siapa. Kalau aku gimana Allah, krn Allah yg nentuin jodoh.” Dan diakhiri tanda tangan khas anak SD. Aku langsung tergelak dan tertawa terbahak-bahak. Saking puasnya aku tertawa, air mata sampai menitik tanpa disadari.

Aku membuka lembar demi lebar berikutnya. Berbagai macam ekspresi aku keluarkan begitu membaca cerita-cerita yang kutulis sendiri. Aku tertawa melihat betapa polosnya aku dulu. Betapa aku sudah menyukai sahabat sendiri sejak kelas 3 SD. Betapa aku sudah mengenal istilah cemburu, jodoh, dan hal-hal remaja lainnya. Aku tertawa terbahak-bahak. Tak jarang air mataku menetes berkali-kali sampai perutku sakit. Aku tak sanggup menertawakan keluguan tingkahku dulu.

“Aku ini selalu heran setiap anak perempuan ingin moto ngirim srt, atau ngedeketin *biiip*. Dianya mlh ngejauhin. Kayaknya *biiip* nggak suka sama aku habisnya waktu itu *biiip* ngedeketin dan main sama A, B, C, dan D. Aku cemburu. Ternyata *biiip* bukan jodo aku. Dia gak pantas sama aku. Mungkin aku dpt jodo yg lbh baik dari *biiip*.”

Kalau kau ingin tertawa, aku tidak melarang. Itu sedikit kutipan ceritaku yang membuat aku tertawa terpingkal-pingkal.

Tapi, aku tiba-tiba meneteskan air mata untuk beberapa hal yang menyedihkan. Entah di lembar keberapa, aku membaca sebuah cerita. Kisah tentang liburan bersama keluarga dari kantor tempat bapakku bekerja. Kami berlibur ke pantai, aku bermain dengan anak dari kepala kantor yang masih berumur 4 atau 5 tahun. Dia begitu menggemaskan dan sering aku ciumi. Kami sempat kehabisan tempat menginap saat itu sampai akhirnya dapat dengan fasilitas sedang. Malamnya, kami sempat bermain layang-layang sambil berlarian kesana-kemari. Tiba-tiba aku merindukan momen manis itu. Momen yang dulu bahagia tapi setelah aku ingat-ingat, momen itu malah membuatku menangis.

Momen sedih lainnya adalah ketika pada akhirnya, aku harus menerima kenyataan bahwa aku harus berpisah dengan teman-teman SD. Pengumuman kelulusan dan perpisahan sudah dilaksanakan. Barang-barangku sudah dikemas rapi. Waktunya aku berpamitan pada teman-teman. Tak dapat dipungkiri, perpisahan itu dipenuhi oleh derai air mata. Aku menangis karena harus pindah kota ikut orang tuaku. Aku pasti akan sangat merindukan mereka.

Mataku tak sedikitpun berpaling dari tulisan-tulisan di diary. Tulisan yang sudah berubah. Kisah SMP masih berlanjut. Kebanyakan di antaranya adalah—lagi-lagi—tentang cinta monyet. Kali ini bukan pada teman sekelas, tapi pada tetanggaku sendiri. Tak jarang aku kembali terpingkal-pingkal dengan curhatanku sendiri. Bahkan perutku kembali terasa sakit saking tertawa terlalu lama.

Lembaran itu nyaris habis. Aku masih fokus membaca dengan ingatan yang terlempar kesana-kemari. Kali ini kisah tentang sahabatku di kelas 2 SMP. Sahabat yang pernah sekelas di kelas 1 dan akhirnya bisa sangat dekat di kelas 2 karena kami satu organisasi. Sahabat yang sering bertukar surat denganku—surat yang bertumpuk di dus tadi. Kali ini aku tersenyum tipis. Betapa kami dulu sangat konyol sampai harus bertukar-tukar surat padahal tiap hari bertemu. Tapi dengan itu, kenangan kami bisa terus aku ingat jelas sampai detik ini.

Tak terasa, aku sudah menghabiskan satu jam untuk menuntaskan bacaan satu diary utuh. Lembar terakhir ditutup oleh momen yang membuatku terharu, sedih, bahagia sekaligus bercampur menjadi satu.

Cerita itu saat aku masih menjadi anggota paskibra di SMP. Lalu, kami mengikuti lomba dan berlatih bersama senior SMA karena pelatih kami sama. Aku benar-benar bahagia menghabiskan seminggu penuh bersama mereka. Meskipun kami kena marah, hukuman, bahkan tak jarang mendapat bentakan, tapi kebersamaanlah yang membuat kami kuat hingga hari H tiba. Yang membuatku haru adalah ketika perjuangan kami membuahkan hasil yang tidak diduga-duga. Paskibra kami (SMP) meraih juara 2 di tingkat PBBAB se-Priangan Timur. Sementara senior meraih juara pertama dengan tingkat yang sama, se-Priangan Timur. Bagaimana hal itu tidak membuatku terharu? Tapi akhirnya aku meneteskan air mata sedih. Rindu karena momen itu tidak bisa kuulangi lagi.

Aku mendesah panjang. Mataku masih menatap diary itu lekat dan perlahan menutupnya. Aku segera menyadarkan diri dan menarik ingatan dari masa lalu. Senyumku kembali tersungging.

Jika ada yang bertanya tentang momen paling bahagia untukku, tentu aku akan menjawab hari ini. Aku yang berada di hari ini, jam ini, menit ini, saat ini, adalah aku yang terbentuk di masa lalu. Aku yang memiliki momen bahagia dan sedih dengan paket lengkap. Aku mungkin pernah terluka, pernah menangis sedih, pernah kecewa. Tapi di balik itu, Allah senantiasa memberiku kebahagiaan—obat atas semua luka.

Aku bersyukur hingga saat ini aku masih hidup, masih memiliki orang-orang tersayang—tentu saja menyayangiku, dan masih bisa mengingat kenangan masa lalu.

Karena sejujurnya, orang yang paling terluka adalah orang yang tidak mempunyai kenangan.
***



With love,

You Might Also Like

47 komentar

  1. bisa termasuk dalam kategori "cinta monyet yang terlalu cepat. kelas 3 SD udah cinta monyetan sama 'biiip", udah ngerasa cemburu juga. Pasti lucu banget kalo ingat kejadian itu.

    Setuju banget. Kita jadi sampai kayak sekarang karena bentukan masalalu. Tanpa masalalu kita gak bakalan kayak gini.

    Jujur, awalnya aku bingung maksud dari "biiip" eh setelah baca ulang ternyata itu disensor. Baru paham. Tenyata aku lugunya sampai sekarang -___-

    Oh, iya.. sukses yang GA-nya, dwi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak kecepetan banget, lucu jadinya kalo inget itu hahahaha.

      Yaelah Kak Bay... Masa mikirnya lama kayak gitu. Takutnya ada temen SD yang baca nanti ketauan dong.

      Aamiin, makasih Kak Bay.

      Delete
  2. hwaa bagus ceritanya.
    aku malah udah lupa buku diaryku sekarang kemana.
    mbak masih nyimpen sampe sekarang malah. keren.. keren...
    kayaknya sindrom buku diary itu hinggap di semua kalangan anak SD ya mbak.
    adekku yang masih SD aja punya buku diary.
    padahal dia cowok haha.
    pernah sekali aku curi curi baca, eh isinya cinta-cintaan
    hwa dasar anak SD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih Latifah :D
      Iya habisnya seru banget kalo dibaca lagi. Bikin ngakak bangeeettt

      Oh iya? Aaakkk itu lucu banget cowok nulis diary tentang cinta-cintaan.

      Delete
  3. Punya diari cuma kala SMP, tapi kala vakum sekolah setamat SD punya diari juga. dan isinya cinta-monyet. Uhuk.
    Ya, momen yang membahagiakan kadang berada di masa lalu kala kita menjadikannya sebagai kenangan, bahwa masih ada hal baik yang pernah dialami.
    Dwi beda generasi, sih, jadi anak sezaman itu lebih cepat matang daripada zamanku. Iyalah, zamanku yang namanya kamera itu hal langka. :)
    Semoga menang, ya, Giveaway-nya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya lucu banget Mbak punya buku diary gitu :3

      Hehe iya kita beda generasi Mbak, aku juga zaman SD masih langka sama yang namanya kamera.

      Aamiin, makasih Mbak :)

      Delete
  4. haloo salam kenal, komen perdana :)
    duh, quotes terakhir ngena sekali "karena sejujurnya orang yang terluka adalah orang yang tidak mempunya kenangan". Namun terkadang kenangan juga membuat hati terluka, loh.

    mengenang kenangan membuat hati langsung berdesir; bisakah kembali ke waktu lagi? namun berujung dengan senyum kecil

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Handiko, salam kenal juga. Makasih kunjungan sama follownya ya. Udah aku follow back :D

      Iya sih, tapi lebih tersiksa lagi nggak punya kenangan. Kalo luka, mungkin pas suatu saat bisa dikenang malah bikin ketawa-ketawa.

      Delete
  5. Buset, kelas 3 esde udah jatuh cinta dwiwiwiw??? Aku smp aja masih belajar nerbangin layangan.

    Bener juga yah, apa yang kita dapat hari ini terbentuk dari apa yg kita lakukan di masa lalu. Sukses buat GA nya dwiwiwiwiw.... :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. HAHAHAH iya makanya aku ngakak sendiri sekarang bacanya Om. Cie yang bisa nerbangin layangan~

      Iya dong bener Om, bahagia masih ada di hari ini. Hihi makasiihhh :D

      Delete
  6. ah setuju bangetttt kak, orang yang paling terluka adalah orang yang tidak punya kenangan.

    Buku diari emang paling ampuh buat flashback ke masa-masa yang udah lewat. Baik masa manis dan pahit. Jadi kk udah nulis semenjak SD yaaa, gak heran udah hampir menyelesaikan novel. Laah dari kecil udah terlatih nulis :3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi iya Lis aku udah mulai suka nulis dari SD. Nulis diary ini. Nggak tau gimana kalo temenku nggak ngasih buku ini mungkin sampe sekarang aku nggak bisa nulis :)

      Delete
  7. kelas 3 sd aku masih ngelap ingus Wi. belum trlalu ngerti yg gitu2an :p :v hehe.

    kita sama. sama-sama suka nulis diary. Diary it emng bermanfaat sbagai bntuk untk mmbekukan knangan.

    apa yg kita dapat hari ini tntu saja trbentuk dr masa lalu. setuju banget itu. sukses buat GA-nya ya Wi :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener Mut ngelap ingus? Hahaha

      Aih, aku suka kata-katanya. Membekukan kenangan. Boleh nih kayaknya aku masukin ke cerita. Izin yaakk :D

      Makasih makasih Muthi :))

      Delete
  8. Kelas 3 SD sampai skrng (kelas 3 SMP), belum pernah nulis diary. Mungkin ini karena gue cowok kali ya, kayaknya kalo nulis diary itu rasanya gimana gitu.

    Ceritanya ada yg lucu. :D

    Sukses buat GA-nya!!! Semoga menang lagi!! :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iya itu cowok nulis diary rasanya gimana ya...

      Lucu bikin aku nangis Ham. Aamiin, makasih ya :D

      Delete
  9. CIe kelas 3 SD... gua udah mulai tertarik dengan lawan jenis pas TK, tapi baru kenal dengan cinta dan penembakan pas kelas 5 SD. Telat ya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha aku sih TK masih normal, nggak kenal gitu-gitu. Temenan aja biasa Dul

      Delete
  10. Ckckck 3 eSDe? Ckck udah cemburu-cemburuan? Ckck udah ngomongin jodoh? Hahaha dwi..dwi.. Itu kebanyakan nonton sinetron atau kebanyakan baca komik percintaan? :p

    Tapi iyasih.. Hal-hal kek gitu kalo diingetin kembali bisa bikin kita senyum-senyum sendiri. :D
    Aku juga punyaaa donggg... Tapi bukan diary (banci banget kalo anak lagi punya diary saat SD, nah kalo SMP baru punya diary #ehh). Punyaku dalam bentuk album foto zaman dulu.. Suka ketawa kalo buka albumnya. Haha :D

    Gudlak GA-nya dwi! :v

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iyaaa polos banget Abang Erick. Itu aku masih terlalu lugu...

      Bukan cuma senyum, ketawa ngakak aku mah! Oh iya biasanya angkatan lama suka punya album foto yang gayanya itu... Nggak nahan :D

      Delete
  11. cinta monyetmu pas kelas 3 sd? cepat sekali -__-
    gue setuju sama quotes terakhir "orang yang paling terluka adalah orang yang tidak memiliki kenangan" karena kenangan itu adalah mesin waktu yang nyata :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Bang, nggak tau kenapa ya-_-

      Sip, tanpa kenangan, ingatan seseorang gak akan bekerja kayaknya...

      Delete
  12. ternyata gaul banget ya Wi diary jaman dulu ketemu dan beruntungnya cerita2 jaman dulu yang udah kelupaan jadi keinget lagi..
    nostalgia mendadak tuh pastinya, cengar cengir inget jaman masih polos..

    dan mungkin momen bahagianya km sebenernya juga yang orang lain harapkan.. apa yang masih bisa kita rasain sekarang dan apa yang udah pernah kita lewatin dari dulu sampai sekarang..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya dong aku kan gaul Bang. Emangnya kamu~
      Bikin ngakak pula. Ngakak banget.

      Iya alhamdulillah. Sangat patut buat disyukuri ya Bang

      Delete
  13. gue yg ngakak elo beneran mau kabur dr rumah mbak ? cuma karena nyokap lebih sayang adek ? haha dasar Korban sinetron. wkwkwwkk

    terus skrg masih aktif diisi nggak tuh mbak ? diary gue aja ntah kmana -_- terakhir liat pas smp, itupun isinya cuma isi binder yg gambarnya kartun, krena waktu itu kita sering tukeran binder, bukan buat diisi, tapi buat di tuker kertasnya. haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Willy nggak sopan ngetawain! Iya begitulah. Tapi aku nggak pernah nonton sinetron kok. Nggak pernah kelewat-_-

      Ya udah habis mau apa yang diisi coba? Eh kalo isinya isi binder gitu ya namanya binder, bukan diary. Aku juga suka tukeran isi binder. Kayak harvest, adinata, gitu-gitu kan?

      Delete
  14. ah, dwi, kalau baca buku diary masa kecil tu emang malu sendiri bacanya. masih mending kalau dibaca sendiri sih, pernah loh buku diary aku dibaca mama. jadi dia tau aku suka sama anak tetangga hihihi malu banget sampek kupecahin gelas -_-

    btw aku juga ikitan giveawaynya! semoga berhasil ya wiii

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iya sama Fuj. Lucu ya.
      Eh serius pernah dibaca Mama tapi respon kamu sampe pecahin gelas? Wah agak serem juga ya-_-

      Iya good luck buat kita ya! Hihi

      Delete
  15. ahhh diary anak ceweee, gemesin nih pasti kalo gue pegangg, boleh engga gue baca baca? haha,

    jadi inget gue pernah punya diary, isinya tentang gue di traktir makan sama temen - temen, gue juga nulis siapa - siapa aja yang pernah bayarin gue beli jajan, biar suatu saatu gue bisa traktir dia makan dan jajan, sumpah absurd banget diari gue haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah iya dong anak cewek pasti punya diary, kebanyakan. Jangan lah namanya diary. Ya pribadi-_-

      Hhaha itu diary ya? Bukan catatan utang? *eh

      Delete
  16. Diary ya ?
    Gua kira buku utang (LoL)
    Masa masih kelas 3 SD dibilang kecepetan ?
    Keponakan Gue masih 0 besar udah nembak
    -True Story-

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya itu buku diary-___-

      Ah serius? Ya mungkin aku sama dia beda zaman kali ya. Zaman dulu kan rasanya masih temenan aja umur segitu..

      Delete
  17. Ciee yang lagi bernostagila hhe

    Anak kecil itu kalau curhat kadang suka apa adanya, makanya pas kalau udah gede di baca-baca lagi, kadang suka geli, apa bener itu yang gue tulis hha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iya geli banget emang. Namanya juga anak kecil, polos banget :))

      Delete
  18. Wuahahah kelas 3 SD udah kenal yang namanya cinta. Aku kapan ya? Udah lupa kak :D

    Iya paling lucu deh kalo udah baca buku diary gitu, pasti bakal keinget lagi dan serasa mengulang lagi momen itu ya kak :)

    Btw, kakak sampai sekarang masih nulis diary nggak ka?

    Sukses ya kak GA nya, duh aku belum kepikiran mau ikutan GA ini dengan cerita apa :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya terlalu cepet kayaknya tuh-_-

      Sekarang nulisnya di word aja. Selain penghematan kertas, juga takut lupa naro bukunya di mana ntar hehe.

      Aamiin, ayo ikutan aja Fat!:)

      Delete
  19. pertama kali liat buku diary nya, jadi inget buku diary nya temenku atau saudaraku. mirip dan persis banget malah..

    aku suka quote nya di bagian akhir.. memang kenangan itu......

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh iya Kak? Hihi lucu ya._.

      Kenangan itu... Hmm...,

      Delete
  20. cieee kelas 3 sudah tau cinta-cintaan, haha.
    kalo aku sih kayanya kelas 3 SD itu wajar sih udah main cinta-cintaan.
    aku juga gitu sih, balas-balasan surat, titip-titip salam, kalo ketemu langsung diem-dieman, kalo lewat depan rumahnya kadang-kadang ngintipin jendela kam...tunggu dulu tadi aku ngomongin apa? aku mendadak lupa, ya tuhan aku amnesia!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cie kamu nostalgiaan ya Dis? Bener tuh, giliran ketemu diem. Eh tapi kalo temen sekelas aku malah friendzone. *eh

      Delete
  21. sebelumnya, aku ngucapin terima kasih banget yaa Kak udah mau menuliskan sedikit cerita bahagianya buat ikutan give awayku sama Lilis hehe.

    mulai dari awal aku baca aku ga henti-hentinya ketawa kak. mulai dari cinta monyet pas di kelas 3 sd. ternyata kak Dwi sudah mengenal cinta-cintaan, cemburu, dan sebagainya sejak kelas 3 sd ya wkwk. aku dulu pas kelas 3 sd masih asik main kelereng sama temen-temen Kak, tapi sempet suka juga sih sama temen sekelas hehe.

    aduuh, bahagia banget yaa bisa menang lomba juara 2 paskibraka gitu. itu membuktikan kalau setelah kita berusaha pasti ada kebahagiaan yang datang. tapi sayangnya semua itu gabisa diulang dan hanya menjadi kenangan bahagia.

    nyess banget baca kata-kata yang terakhir Kak. memang kita sekarang menjadi seperti sekarang ini berkat semua kenangan yang pernah kita lalui. misal aja kalau kita tidak punya kenangan entah itu kenangan bahagia atau kenangan menyedihkan, ahh.. gabisa bayangin lah.

    semoga menang yaa Kak, sekali lagi makasih udah mau ikutan berpartisipasi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Rey sama-sama, aku kan ikut meramaikan aja. Ikut berbsgi cerita hehe.

      Puas banget kayaknya kamu-_- ya gimana kan pikiran polos anak SD. Susah dikontrol haha. Tapi ya udahlah ya, itu kisah udah lama banget dan nggak serius.

      Yap, bener banget. Setiap usaha nggak akan pernah sia-sia.

      Aamiin, makasih makasih :)

      Delete
  22. ih keren banget postingannya bikin aku merasa terbawa dalam suasana masa lalunya pean, hmmm aku suka kata mutiara yang terakhir karena kita ada dibentuk oleh masa lalu juga :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha iya makasih udah mau baca meskipun agak panjang nih postingannya.

      Delete
  23. hehehe, pas baca ketawa ketiwi kak.
    soalnya hampir mirip sama aku pas sd suka nulis diary dan cinta - cinta monyet gitu.
    ih, kalo inget geli banget :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama aku juga^^
      Iya masa kecil yang membahagiakan itu salah satunya menulis diary. Ngakak banget! :D

      Delete
  24. Masa sih ada tugas suruh bikin diary? Kok lucu hahaha. Iya enak banget nulis diary tuh, beban jadi kerasa plong. Iya nggak sih?

    Punya diary ibarat punya kamera, bisa membekukan setiap momen :)

    ReplyDelete

Tell me what do you want to tell :)