lebih baik sahabat [part 5]

part sebelumnya

"eh ia iel, tadi kamu bilang mu brngkat brg ify. mu kmana dia?" tanya alvin.
"oh itu. dia mu sekolah disini ama kita" jawab iel.
"sekolah bareng?" tanya alvin dan rio barengan.
"iia. kalian kenapa ? biasa aj deh" kata iel.
"hhee . gak papa ko" kata alvin sambil senyum2 . jelas2 alvin seneng karena ia memang suka ify.tapi rio keliatannya biasa aja.

***

Dayat dan Sivia datang menghampiri Gabriel, Alvin dan rio.
“hai Dayat” sapa Gabriel.
“hai juga iel” sapa Dayat balik.
“ada apa day?” tanya Rio.
“ini, aku cuma mu kasih tau aja kalo bakalan ada pertandingan basket 3 minggu lagi.”
Sivia yang dari tadi hanya melihat obrolan Dayat, Gabriel, dan Rio hanya diam saja. Mungkin Karena Sivia tidak terlalu dekat dengan Gabriel dan Rio. Mereka berbeda kelas. Sivia dan Dayat kelas VII-C, sedangkan Rio, Gabriel dan Alvin kelas VII-A.
“serius day?” tanya Alvin yang sangat antusias mendengar kata ‘pertandingan basket’.
Dayat mengangguk yakin.
“di mana Day?” tanya gabriel.
“di sekolah tetangga” jawab Dayat lagi.
“kamu mu ikutan kan?” rio mengajak Dayat secara tidak langsung.
“gak tau deh io,” dayat murung dan mukanya keliatah sedih.
“loh, ko gitu day?” tanya Alvin yang mukanya juga keliatan sedih.
“adek aku lagi sakit, sedangkan ibu dan ayah belum pulang” jelas Dayat pada rio dengan muka yang sedih.
“tapi kan kita udah jadi kesatuan tim Day” kata Alvin.
“kapan mereka pulang Day?” tanya Rio.
“mungkin sebulan lagi” jawab Dayat.
Mereka semua terlihat sangat berfikir serius. Termasuk Sivia. ‘bagaimanapun, Dayat harus ikut bertanding’ kata Rio dalam hati.
“mmh…. Day” sivia sedikit membuka mulutnya untuk berbicara.
“apa?” tanya Dayat.
“adek kamu aku yang jagain aja gimana?” sivia menawarkan bantuan pada Dayat. Karena Sivia tau, kalau Dayat, Rio, Gabriel, Alvin, dan Cakka sudah menjadi satu kesatuan tim yang kuat. ‘apa jadinya kalu salah satu dari mereka hilang, mereka gak akan kuat’ kata Sivia dalam hatinya.
Dayat terlihat sangat berfikir keras.
“boleh juga tuh Day” tambah Rio menambahkan.
“iia . idenya bagus tu vi” Gabriel menyetujui idenya Sivia.
“kamu serius vi” tanya Dayat pada Sivia ragu-ragu.
“ya iya lah Dayat. Aku serius mu bantu” Sivia meyakinkan.
“mmh… ya uda kalo gitu. Aku setuju” Dayat menyetujui tawaran Sivia.
“yee”. Rio Alvin dan Gabriel terlihat sangat senang.
“yauda kalo gitu besok pulang sekola kita latihan” ajak Gabriel selaku kapten tim basket.
“oke” semua menyetujui.

[bel pulang berbunyi]

Cakka berlari menuju kelas VII-A. disana masih ada Rio, Gabriel dan Alvin yang masih mengobrol dengan Shila. Pasalnya, Rio dan iel adalah panitia lomba madding. Tapi Alvin, hanya menunggu Rio dan iel.
“misi” cakka di luar sana (di pintu kelas).
Semua mata di dalam kelas tertuju pada pintu kelas.
“hei ka. Masuk” ajak Shila.
Cakka masuk ke kelas dan duduk di antara mereka berempat.
“ada apa? Ko kayaknya capek amet” tanya Alvin bingung.
“ada perlu ama Shila” kata cakka sambil masih terlihat ngos2an.
Rio, Alvin dan Gabriel yang mengerti langsung keluar kelas. Cakka dan Shila memang sudah pacaran sejak 1 bulan lalu.
“ada apa sih ka, ko kayaknya penting banget ya” shila membuka pembicaraan.
“gue….” Cakka terlihat bingung.
“kenapa? Bilang aja”
“gue….”
“kenapa cakka? Bilang cepet” bujuk Shila.
“gue mu pindah shil” akhirnya cakka berkata juga.
“kemana?” tanya Shila masih santai.
“gue harus pindah ke Batam” cakka berkata ragu.
“serius cakka?” Shila kaget. Bahkan sangat kaget. Lalu, Shila duduk dengan lemas. Mendengar apa yang dikatakan Cakka tadi. Ia merasa tak percaya dengan berita kesedihan yang sangat mendadak itu.
“maaf shil” Cakka menghampiri Shila. Shila terlihat sangat sedih. Ia mulai mengeluarkan air mata.
“shil, gue pindah karena tugas papa pindah kesana” cakka berusaha menjelaskan.
“tapi kan biasanya juga lo gak pernah ikut papa” shila berkata sambil terisak.
“iia shil. Gue tau, tapi ini demi kebaikan gue dan hubungan kita juga” kata Cakka mencoba menenangkan.
“apa baiknya buat hubungan kita?” shila menekankan perkataanya.
Cakka diam. Ia tak tau apa yang harus dikatakannya. Sebenarnya ia ingin melihat Shila lebih dewasa. Itu saja. Karena Shila itu anak manja. Maka dengan perginya ia ke Batam, ia ingin melihat perubahan Shila.
[sementara di luar kelas, Alvin melihat Shila yang sedang menangis terisak]
“ngapain lo vin?” tanya rio berbisik.
“sssttttt” Alvin meletakkan telunjuknya di mulutnya. “Shila nangis” tambah Alvin.
“nangis?” tanya rio dan Gabriel berbarengan.
Alvin mengangguk.
"kenapa?" tanya rio lagi.
"auk. ga kedengeran" jawab alvin lagi.

[di kelas, cakka-shila].
"emang gak bisa ya, kamu tinggal disini?" tanya shila berusaha menahan kepergian cakka.
cakka mengangguk. "kayaknya gak bisa shil"
shila terdiam . lalu dia pergi keluar kelas. alvin yang akan mengintip lansung tertabrak shila.
"auu" rintih alvin.
cakka mengejar shila keluar kelas. tapi saat di pintu, cakka tertahan oleh alvin.
"adda apa cak?" tanya alvin. rio dan gabriel yang sedang duduk di kursi depan kelas langsung menghampiri cakka.
"gak da apap ko." jawab cakka seakan menyembunyikan sesuatu.
"lo mu boongin kita cak?" tanya iel mengancam secara gak langung.
"beneran" cakka meyakinkan. tapi mukanya tak bisa menembunyikan sesuatu.
"shila gak mungkin nangis kalo bukan lo yang bikin dia nangis" alvin mulai terpancing.
"beneran" cakka mulai membentak. cakka menyembunyikan kepindahannya karena ia tak ingin melihat sahabat tim basketnya kecewa. karena ia juga tau, kalau ia sudah menjadisalah satu bagian kekuatan tim basketnya.
"ka, mending lo jujur ama kita. kita gak bakalan marah ko" rio menengahi.
"bener io, gak ada apa2" cakka masih ragu.
"ka..." rio terdiam. "plis cerita" lanjutnya.
cakka terlihat sangat bingung. beberapa saat suasana itu hening. tapi akhirnya, cakka bercerita.
"gua mu pindah" kata cakka merasa bersalah.
"hah?" serontak alvin, gabriel, dan rio kaget.
"seriusan? lo lagi gak becanda kan ka" kata rio masih tak percaya.
cakka hanya mengangguk sambil menunduk.
"tapi cak, ini konyol" tambah iel masih tak percaya pula.
"gue tau, tapi gue juga harus ikut bokap gue pindah. (sebenarnya ini hanya alasan boongan. alasan aslinya : cakka hanya ingin melihat shila dewasa. hanya itu. cakka trlalu syg shila).
"kappan?" tanya alvin.
"mungkin 3 ato 4 hari lagi" kata cakka.
"ceppet amet ka. ko ngedadak gitu?" tanya rio makin kaget.
cakka hanya mengangkat bahu.
"terus gimana ama tim basket kita?"
"itu yang gue bingung" cakka terlihat patah semangat.
"plis ka, pikirin ini baik2" rio menepuk2 bahu cakka lalu berlalu dari tempat itu menuju tempat parkir sepeda. diikuti alvin dan iel.
tinggalah cakka sendiri di tempat itu. ia bingung.


^^apa yang akan cakka lakukan?
^^bagaimana dengan nasib tim basket mereka dan nasibnya shila?
^^masih ada kejutan untuk iel. apakah itu?


**tunggu part6**

You Might Also Like

0 komentar

Tell me what do you want to tell :)