[Cerpen] Adera--Lebih Indah
Hai, selamat pagi! Minggu ceria nih. Ini utang posting-an cerita pentalogi yang project pentalogi bulan Maret. Sebenernya udah dibuat beberapa hari lalu. Tapi aku lupa mau posting-nya. Dan lagi emang sekarang udah nggak segaul dulu yang online mulu tiap waktu. Seperti biasa, komentar, kritik dan saran sangat aku tunggu. Tapi lebih baik lagi kalau pakai bahasa yang sopan ya hehe. Happy reading! Enjoy:)
Part sebelumnya di sini. Ini cuplikan adegan terakhirnya.
Aku berdiri dan menjulurkan tangan di
hadapannya. “Anne.”
“Akira.” Laki-laki itu membalas uluran
tanganku dan tersenyum ramah.
Seketika aku terbius oleh senyumannya.
Senyuman itu memberikan kesan maskulin. Senyum ramah tapi tidak berlebihan. Dan
entah kenapa, hatiku tiba-tiba melonjak untuk beberapa detik saja.
***
Bulan demi bulan berlalu sejak pertemuan
pertamaku dengan Akira di bandara. Tidak terasa, dia sudah menginjak bulan
kesembilan tinggal di Indonesia. Dia berniat untuk menetap di sini karena
memang sebenarnya dia orang Indonesia. Entah suatu kebetulan atau memang
takdir, ternyata Akira diterima bekerja di perusahaan yang sudah aku dan Luna
tempati lebih dulu. Hanya saja posisinya di atas kami.
“Serius nih kita mau ke PVJ? Ini malam minggu
lho. Pasti macet banget,” aku melemparkan pandangan pada Akira yang duduk di
balik kemudi. Lalu beralih pada Luna yang duduk di jok belakang.
“Yakin.” Akira mengangguk lalu menatapku
sambil tersenyum. Matanya yang sipit jadi terlihat hanya segaris.
Senyum itu. Hatiku mencelus seketika.
“Iya nggak pa-pa sih Anne. Ini juga masih jam
lima. Nyantai aja,” Luna mencondongkan tubuhnya jadi berada di sela-sela dua
jok depan. Lalu ia menepuk bahuku sambil manggut-manggut meyakinkan.
“Ya udah gue ikut kalian aja.”
Suasana hening beberapa saat. Hanya terdengar
lantunan lagu dari radio yang diputar di dalam mobil. Diam-diam, mataku melirik
Akira yang sedang sibuk menyetir. Lelaki itu memang tampan. Sejak awal aku
sudah terbius oleh senyumnya. Tapi entah mengapa, sepertinya kali ini ia
terlihat semakin menarik. Rambutnya tidak lagi panjang melewati daun telinga.
Tapi kali ini dipotong pendek dan terlihat lebih maskulin. Ia juga tidak
sekurus saat pertama kali bertemu. Mungkin karena sering diajak kuliner olehku
dan Luna. Selain itu, ia pun sudah mahir berbahasa Indonesia. Tidak kaku lagi
seperti dulu. Bahkan, saat berbicara denganku dan Luna, ia menggunakan bahasa
“gue-elo”. Ah... sejak kapan aku jadi memerhatikannya sedetail ini?
“Eh nanti ke salon yuk, Anne!” seru Luna
bersemangat. Lamunanku langsung buyar dan buru-buru aku menoleh ke belakang.
Takut jika Anne menangkap basah aku sedang memerhatikan Akira.
“Kita kan baru nyalon tiga hari lalu, Lun?”
“Poni gue udah panjang nih,” Luna menunjuk
poninya yang sudah menyentuh dagu. “Terus gue juga pengin ngewarnai rambut gue.
Bosen hitam terus.” Kali ini ia memainkan rambut lurus sebahunya.
Harus kuakui kalau Luna memang gila salon. Di
awal bulan, dia bisa seminggu tiga kali pergi ke salon. Mulai dari creambath, meni-pedi, potong rambut atau
poni, atau treatment yang lain.
Padahal menurutku, rambutnya sudah cantik alami. Cocok dipadukan dengan
wajahnya yang oval dan kulit yang putih.
“Nanti gue gimana?” tanya Akira.
“Ya udah gue temenin lo. Gue nggak akan
nyalon kok,” aku menatap Akira. “Nggak pa-pa ya Lun?” aku kembali menoleh pada
Luna.
Ia terlihat sedang menimang-nimang. “Ya udah deh,”
jawabnya beberapa detik kemudian.
“Makasih Anne. Lo penyelamat gue banget.”
Tangan kiri Akira langsung bersarang di ubun-ubun kepalaku. Mengacak-acak
rambutku dengan semangat. Senyumnya kembali tersungging tapi tatapannya masih
terfokus pada jalanan.
Speechless. Aku merasa pipi dan hatiku menghangat
secepat kilat.
***
Saat kutenggelam dalam sendu
Waktu pun enggan untuk berlalu
Kuberjanji tuk menutup pintu hatiku
Entah untuk siapapun itu
Semakin kulihat masa lalu
Semakin hatiku tak menentu
Tetapi satu sinar terangi jiwaku
Saat kumelihat senyummu
Entah bagaimana cara Akira membuatku merasa
nyaman berada di dekatnya. Sejak aku ditinggal pergi oleh
lelaki-yang-disebut-Luna-cowok-iblis itu, aku membatasi diri dengan laki-laki
siapapun, kecuali keluargaku. Aku butuh waktu untuk menyembuhkan luka dan
merapikan hati yang sudah ditinggal pergi oleh pembuatnya tanpa pamit. Tapi,
semakin dirapikan, hati ini malah semakin hancur dan berantakan. Tak seorang
pun kuiizinkan masuk untuk ikut merapikan. Tiap kali ada yang berusaha untuk
membantu, aku—secara diam-diam atau terang-terangan—malah meninggalkannya
sambil membawa puing-puing hati yang telah hancur.
Sampai akhirnya seorang laki-laki datang
dengan caranya sendiri. Aku tidak sadar bagaimana cara lelaki itu masuk,
menembus benteng pertahananku, lalu menyusun kepingan-kepingan hati itu menjadi
kembali utuh. Tentu saja tanpa kesadaranku. Atau mungkin, aku yang saat itu
sedang lengah karena terlalu lelah. Entahlah.
“Sendirian aja? Luna mana?” Akira datang
tiba-tiba sambil menepuk bahuku. Lalu ia duduk dan menyandarkan punggungnya di
sana. Wangi tubuhnya langsung menggelitik rongga hidungku, membuat efek jantung
berdebar lebih cepat dari biasanya.
“Dia lagi mandi,” balasku.
Akira tidak menanggapi kalimatku. Dia malah
mengangguk-anggukkan kepalanya menikmati irama musik yang mengalun dari speaker di ruang tamu rumah Luna.
Beberapa menit kemudian, dia bangkit dan memutar posisi tubuhnya jadi
menghadapku.
“Luna bilang lo udah nggak nangisin si cowok
iblis itu ya?” tanya Akira sambil mengangkat sebelah alisnya.
Aku terdiam beberapa saat. “Hm?”
“Nggak usah pura-pura deh.”
Aku menyeringai.
“Gue pernah ada di posisi lo, Anne. Malah
kayaknya gue lebih parah. Mantan gue pergi secara tiba-tiba tanpa pamit. Dua
bulan kemudian, dia baru ngehubungi dan minta maaf. Juga ngasih kabar bahwa dia
akan married tiga bulan lagi.”
“Kir? Serius?” tanyaku tidak percaya. Mata almond-ku terbelalak menatapnya.
Ia menangguk mantap. “I’m serious. Antara kesel, kecewa, emosi, sedih, nggak tahu deh
gimana perasaan gue saat itu udah nggak jelas lagi. Gue sempet drop dan efeknya
nilai gue turun drastis.” Akira menghentikan kalimatnya sejenak. Ia menghela
napas dan mengembuskannya.
“Tapi gue sadar kalau nangisin dia, meratapi
kepergian dia, sama sekali nggak bikin dia mengubah keputusannya. Nggak akan
bikin dia balik lagi sama gue.”
Aku masih memerhatikannya dengan serius.
“Akhirnya gue berusaha buat ikhlas. Iya,
ikhlas adalah satu-satunya jalan yang bisa gue lakukan saat itu. Ikhlas
ngelepasin dia, ikhlas ngerelain orang yang udah nemenin gue bertahun-tahun
buat pergi dengan pilihannya.” Laki-laki itu melukiskan senyum di akhir
kalimatnya.
Aku merasa tertampar dan tidak berkata
sepatah kata pun.
“Lo sih enak. Ditinggal yang lama, datang
yang baru. Gue, waktu itu, bener-bener nggak ada orang baru.”
Aku memutar bola mata, berpikir, mencoba
mencerna maksud dari kalimat yang diutarakan Akira. Orang baru? Siapa?
Laki-laki itu lalu tertawa ringan sambil
mengacak-acak rambutku. “Lo lemot ah,” ujarnya.
Dan kau hadir merubah segalanya
Menjadi lebih indah
Kau bawa cintaku setinggi angkasa
Membuat kumerasa sempurna
Dan membuatku utuh
Tuk menjalani hidup
Berdua denganmu selama-lamanya
Kaulah yang terbaik untukku
Aku menatap Akira dengan senyum tertahan.
Perasaan aneh ini kembali bergejolak di dalam dada. Lagi-lagi, jantungku
berdebar lebih kencang dua kali lipat. Darahku berdesir hebat. Pipi ini terasa memanas.
Bahkan mungkin sepertinya memerah. Semoga Akira tidak melihatnya.
Rasanya sudah lama sekali aku tidak merasakan
perasaan seperti ini. Aku lupa kapan terakhir kali merasakannya. Tapi
lama-kelamaan, menikmati perasaan ini rasanya menyenangkan. Terlebih jika
sedang bersama Akira.
Kini kuingin hentikan waktu
Bila kau berada di dekatku
Bunga cinta bermekaran dalam jiwaku
Kan kupetik satu untukmu
***
Thank you for reading yaa. Tiga cerita lagi masih dalam proses. Ditunggu komentarnya biar karyaku lebih baik lagi :)
With love,
21 komentar
Yang pertama cerita ini keren juga karena terinspirasi dari sebuah lagu. Hahahaha.. keren..kerenn.. bisa dikembangin juga. :3
ReplyDeletewah berarti si akira tau dong kalo dia suka sama akira. duhh akira-kira jadian gak ya.. :3
Yang pertama makasih, kak :D
DeleteAkira-nya yang suka sama Anne, tapi dia nggak tau Anne suka apa nggak kak. Kan dia bilang ada org baru. Yang dimaksud orang baru tuh ya Akira.
Sepemikiran saya akira mungkin tahu kalo selama ini anne diam-diam merhatiin dia. Mungkin.
ReplyDeletePenasaran pengen baca kelanjutannya lagi
Hmm.. coba kita liat gimana kelanjutannya ya~
DeletePertama-tama ane mau bilang kalau tuh lagu ane suka banget. waktu masih ngeband dan ngisi di salah satu Kafe Semarang, tuh lagu sering banget kita bawain. kereen...
ReplyDeleteyang kedua, ceritanya keren. walaupun plottingnya udah nggak asing lagi sih, cerita tentang cinta antara partner kerja. tapi tulisannya yang terinspirasi dari lagunya Adera rasanya benar-benar asik untuk dibaca. kata-katanya juga tersusun rapi. indah banget.
Tapi, ane penasaranm endingnya gimana tuh? jadian nggak si Akira ama Anne?
Emang itu lagu keren banget. Cocok buat yang baru move on.
DeleteMakasih makasiihh.. Ditunggu aja yaaa
mungkin orang baru itu memang benar si Akira lho Anne, aduh kok gak "ngeh" sih, hahahhaa
ReplyDeleteDwi kamu emang jago bikin beginian, ini kelajutan yg lalu kan?
kalau aku baca sih emang si Anne mulai suka sama Akira, pun sebaliknya
cuma masalah waktu aja hahaha
Iya ya Anne bikin gemes :D
DeleteIya kak lanjutannya, kita liat selanjutnya gimana ya kak...
wah akhirnya lanjutannya muncul jugaa... hmm ga kebayang lah kalo jadi akira, pacar menghilang dan kembali datang cuma ngabarin mau nikah, itu mantannya kampret banget. Lanjutan lagi kakak, dari yg kemarin udah seneng banget sama ceritanyaaa, kereen.
ReplyDeleteIya emang jahat banget ya-_- maaf lama nih hehe
DeleteMakasiihh lanjutannya udah ada ya
Lanjutannya dikemas apik banget yee wik. Sukses bikin mata pembaca fokus di tulisan lo ini. Kejteeeh.
ReplyDeleteDan gue ngestuck pas akira cerita tentang masa lalunya yang pahit gak terkira. Kenapa? Karena tetiba gue ngebayangin nya kalo gue sedang berada di posisi tersebut. Inget si patjar dengan segala yang udah dia lakuin yang banyak orang bilang "ah gamungkin dia bakal macem-macem ato nyakitin. Gak mungkin". Inget si patjar dengan raut wajah sedih dan air mata yang mengalir jatuh gitu aja tiap kali gue buat masalah bukannya minta maaf malah ngajak putus. Rasanya gak mungkin yaa. Tapi jadi kebayang di posisi akira atopun anne. Alamaaak.
Ditunggu kelanjutannya wiiik
Makasih makasih ciill...
DeleteAduuhh jangan sampe dong. Ini hanya fiksi, semoga gak mengalami yaa hehe.
2 adegan yang manis manis nih. biasanya bentar lagi bakal ada konflik antar karakter. ditunggu konfliknya. karena kalo ga ada konflik, cerita cinta ga bakal seru hihihihi :D
ReplyDeleteHmm.. gimana ya? Tunggu aja konfliknya yaa :D
DeleteJadi Akira sebenernya tau kalo Anne tuh naksir dia ya? Ya ampun Anne, peka dong peka! *teriak sambil banting meja*
ReplyDeleteGak tau mau ngetik apa lagi. Pokoknya cerpennya keren! Ditunggu lanjutannya kak >,<
Anne ngegemesin ya :3
DeleteMakasih makasih lia, dibaca yaa
Renyah kayak kue ya kaka...
ReplyDeleteIya ini terbatas karena cerpen sebenernya. Semoga someday bisa dijadiin novel deh biar nggak singkat :D
Haha kan biar seru bersambung-bersambung...
Ternyata akira juga pernah ditinggalin tiba2 sama mantan. belum apa2 udah sama nasibnya kayak Anne.
ReplyDeletetulisannya rapi, bagus deh.. bacanya jadi enggak keganggu sama typo, cuma saran gue.. ini cerpen gak ada tulisan part-nya, seandainya ada pembaca bukan blogger masuk ke blog ini pasti bingung. soalnya judulnya tiap postingan juga beda.. cuma ada 'Adera' di depan..
itu kalo dari gue, postingan selanjutnya bacanya ntar ya, lagi ada urusan lain hehe
Ya namanya juga cerita Bang. Berusaha mempertemukan tokoh utama.
DeleteAlhamdulillah, makasih. Oh iya ya? Jadi yang baca kebingungan gitu. Oke baiklah. Aku simpen kalo mau bikin cerita beginian lagi.
Ditunggu Bang~
permisi kaka".
ReplyDeletemaaf sebelumnya, Ini gk bisa di Copas ya?.
ada tugas Suruh cari cerpen ini.
Dan kebetulan Blog yang saya cari" ketemu. kendalanya gk bisa di copas ini kaa.
Terima kasih
Iya blognya emang nggak bisa dikopas, email aja
DeleteTell me what do you want to tell :)