Secangkir Cokelat Panas dan Hujan (part 2)
Episode 1, di sini
Pict source: tumblr |
Percayakah kau pada sebuah kebetulan?
Pada hal yang tiba-tiba terjadi dan sepertinya, tanpa campur tangan Tuhan.
Aku tentu tidak. Yang kutahu, semua hal di dunia ini terjadi karena takdir Tuhan.
Tidak ada hal yang bernama kebetulan, termasuk pertemuan kita, di kafe saat itu.
Dan... mari kita buktikan kekuatan tangan Tuhan tentang takdir.
Sambil menikmati lagi secangkir cokelat panas ditemani hujan.
***
Hujan di luar turun cukup deras. Disertai petir dan kilat. Rainy memang sangat menyukai hujan, tapi tidak dengan suasana seperti ini. Ia tidak suka kilauan kilat yang beberapa detik kemudian disusul suara petir. Selain mengejutkan, suaranya yang menggelegar membuatnya ketakutan. Tapi beruntungnya, iasudah duduk di kafe sejak lima belas menit lalu. Saat langit masih mendung, saat belum ada tetesan hujan jatuh sebutir pun.
Suasana kafe kali ini tidak begitu ramai karena ini bukan hari libur. Beberapa pramusaji nampak berdiri siap sedia di beberapa sudut. Takut jika ada pelanggan yang tiba-tiba membutuhkan mereka. Suara musik klasik menggema di dalam ruangan, bahkan hingga ke penjuru sekalipun. Perpaduan suara piano, biola, harmonika, terompet dan beberapa alat musik lainnya membuat sebuah harmoni yang indah, merdu dan menenangkan hati. Terutama bunyi piano, terdengar sangat jelas menggelitik kedua telinga Rainy.
Ia memejamkan mata sejenak sambil menghela napas panjang.
Seperti orang bilang kebanyakan, musik klasik itu bisa menenangkan. Bahkan, bisa memengaruhi kinerja otak karena musik ini memiliki struktur yang lebih kompleks. Ah, sungguh, ia tidak begitu mengerti. Tapi, dari irama alat-alat musik yang terdengar saat ini mampu membuat kegelisahannya sedikit berkurang. Walaupun awalnya ia berpikir musik klasik itu identik dengan emosi tegang dan kekelaman. Tapi ada rasa lain ketika kafe ini memutar lantunan musik klasik.
Sejak pertemuan dua minggu kemarin, Choky tidak menghubunginya. Entah belum, atau mungkin tidak sama sekali. Padahal, saat itu dia begitu meyakinkan akan menghubunginya.
“Mau pesan sekarang?” Rodeo menghampiri Rainy. Ia sudah dekat dengan Rainy sejak setahun lalu. Dan ia sudah dianggap seperti sahabat Rainy sendiri.
Gadis bermata sipit itu menatapnya sejenak, lalu mengalihkan pandangannya pada jam tangannya. Sudah satu jam. Tapi, pintu kafe pun tidak terbuka tanda belum ada pengunjung baru yang datang.
“Boleh,” Rainy mengangguk menatapnya.
“Apa kau menunggu seseorang? Jika iya, aku akan buatkan cokelat panas itu nanti. Saat orang yang kautunggu sudah datang.” Rodeo sepertinya mengerti akan raut wajah Rainy yang gelisah.
Ia pun mengangguk sambil tersenyum. Lagipula, menikmati cokelat panas ditemani hujan deras beserta petir tidak akan membuatnya cukup tenang. Meskipun musik diputar cukup kencang, tapi suasana hujan di luar—terutama petirnya—tetap bisa terdengar.
Menit demi menit bergulir tanpa terasa. Setengah jam berlalu dengan begitu cepat tanpa hasil yang diharapkan. Penantiannya akan Choky benar-benar sia-sia. Choky tidak datang. Dia tidak akan pernah datang.
“Rodeo!” Rainy melambaikan tangan ke arah Rodeo. Lelaki tinggi dengan tubuh tegap dan berisi itu pun menghampirinya dengan cepat.
“Apa kau ingin pesan sekarang?”
“Iya, aku pesan sekarang. Hot chocolate dengan susu yang banyak dan sedikit whipped cream. Tambah sepotong cheese cake bertoping blueberry dan tolong pilih potongan yang whipped cream-nya sedikit, ya.”
Rodeo tersenyum menanggapi pesanan Rainy. Meskipun lelaki itu sudah tahu pesanan cokelat panas favorit Rainy, tapi gadis itu masih selalu memesan dan menyebutkannya dengan lengkap.
“Baik. Wait for a moment, Dear.” Dia bergegas meninggalkan Rainy untuk mengerjakan pesanannya. Seperginya Rodeo, Rainy langsung terhanyut dalam novel yang baru dibelinya. Ia tidak ingin menghabiskan menit demi menit dengan sia-sia lagi.
Rainy tidak menyadari seseorang sudah berdiri di hadapannya dengan tubuh yang menjulang dan sedikit berisi.
“Hai,” sapanya mengganggu konsentrasi Rainy membaca.
Ia mendongak dan menemukan Choky di sana. Rainy terkejut, bingung, sekaligus senang. “Eh, hai,” ia membalas sapaannya dengan tenang. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa jantungnya jadi berdegup lebih cepat dari biasanya. Semoga, warna mukanya tidak berubah merah...
“Boleh duduk?”
“Tentu.” Rainy langsung menutup novelnya dan dimasukkan ke dalam tas vintage-nya.
Choky menarik sofa yang masih bersembunyi di balik meja kayu di hadapan Rainy. Lalu dia mengempaskan tubuhnya dengan nyaman di sana. Setelah dia menghela napas, dia menatap gadis di hadapannya dengan serius dan mulai membuka mulut.
“Rainy, aku minta maaf karena tidak menghubungimu beberapa waktu lalu. Aku lupa menaruh kartu namamu saat aku sampai di rumah. Sungguh, aku benar-benar menyesal.”
Saat itu juga Rainy merasa hatinya senang tidak karuan. Entah mengapa, sejak pertemuan dengannya dua minggu lalu, ia jadi sulit mengontrol debar jantungnya sendiri. Bahkan, sepertinya kali ini ada tambahan letupan kembang api kecil dalam dadanya.
“Oh, tak apa. Kupikir kau memang tidak ingin bertemu denganku lagi.”
Obrolan mereka terhenti sejenak karena Rodeo datang sambil membawa dua pesanan milik Rainy. “Cokelat panas dengan susu yang banyak dan sedikit whipped cream. Serta cheese cake dengan toping blueberry dan whipped cream yang juga sedikit. Silakan,” dia menaruh kedua pesanan itu di hadapan Rainy.
“Thank you, Rodeo,” gadis itu menyunggingkan senyum dan Rodeo pun mengangguk sambil membalas senyumnya.
“Ingin pesan sekarang?” tatapannya beralih pada Choky.
“Aku memesan cokelat panas yang sama dengannya,” dia mengedikkan kepalanya ke arah Rainy. “Beserta black forest tanpa ceri dan tolong tambahkan cokelat batang dipisah,” lanjutnya sambil menatap Rodeo.
Rodeo mencatat pesanan Choky dan menyebutkan ulang. Setelah diyakini pesanan pelanggannya tidak salah, Rodeo langsung berpamitan pada mereka.
“Apa kabar?” Choky menatap Rainy. Ia baru menyadari bahwa tatapan Choky sangat meneduhkan. Apalagi dipadukan dengan hujan yang sudah berubah gemericik dan suara musik yang masih terus diputar.
“Aku tentu baik. Kau sendiri?”
“Aku tidak begitu baik. Kupikir, kau tidak baik karena kehilangan kabarku. Tapi ternyata kau baik-baik saja, ya?” wajahnya berubah sedikit murung.
“Eh, bukan begitu.”
Choky lalu menyunggingkan senyum usil. “Rainy, aku tahu kau tidak baik. Apalagi kau berharap untuk dihubungi tapi aku tidak menghubungi. Iya kan?”
Rainy gelagapan, bingung harus menjawab apa. Kalimat Choky langsung memojokkannya dan membuat gadis itu hanya bisa mengatakan satu kata. Iya.
Ia pun hanya tertawa renyah menanggapi kalimat lelaki di hadapannya. Dan Rainy merasakan wajahnya memanas dan memerah dalam sekejap. Semoga Choky bisa melihat jawaban gadis itu dari sana.
Ia pun hanya tertawa renyah menanggapi kalimat lelaki di hadapannya. Dan Rainy merasakan wajahnya memanas dan memerah dalam sekejap. Semoga Choky bisa melihat jawaban gadis itu dari sana.
Rainy memotong cheese cake miliknya dan memasukkannya ke mulut. Ia memejamkan mata menikmati cheese cake yang melumer di dalam mulut. Perpaduan rasa krim keju, butter, yoghurt, whipped cream dan blueberry benar-benar sempurna. Terasa begitu nyaman di lidahnya.
“Kenapa kau menutup matamu?” tanya Choky bingung. Matanya masih menatap Rainy dan sekilas menatap cheese cake.
Rainy menyunggingkan senyum. “Maaf aku terlihat sedikit aneh. Tapi, aku selalu memejamkan mata saat menikmati suapan pertama makanan kesukaanku. Tidak hanya makanan, sih, minuman pun begitu. Itu bisa membuatku semakin menikmati makanan dan minumannya.”
Choky menatap Rainy dengan kagum. Kepalanya mengangguk-angguk paham. Mulutnya membulat mengeluarkan bunyi “Oohh”.
“Aku baru sadar ternyata kau memilih tempat duduk yang sama dengan pertemuan pertama kita. Apa itu artinya kau merindukanku?” tanya Choky tiba-tiba setelah dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kafe.
Lagi-lagi Rainy merasa tertohok oleh pertanyaan Choky. Untung saja cheese cake di mulutnya sudah habis. Jika belum, bisa dipastikan gadis bersyal pink-ungu itu akan tersedak.
“Menurutmu?”
“Iya. Kau pasti merindukanku, kan? Karena aku pun merasakannya, Rainy,” Choky menyunggingkan senyum. Rainy memerhatikan gerak tubuh Choky jadi seperti salah tingkah. Ternyata Choky pun bisa salah tingkah, meskipun berusaha disembunyikan. Kali ini Rainy berusaha menahan senyum.
Tidak, ia tidak merasa Choky hanya mengucapkan kalimat itu tanpa rasa. Ia bisa melihat keseriusan lelaki itu merindukannya dari sorot matanya. Sorot mata yang meneduhkan.
“Baguslah kalau kau mengerti,” balas Rainy dan ia pun jadi ikut-ikutan salah tingkah.
Sungguh, ia merasa seperti anak SMP yang sedang jatuh cinta pada kakak kelas idolanya atau teman sekelasnya. Norak, mungkin. Tapi inilah yang orang bilang bahwa setiap orang akan terlihat norak saat mereka jatuh cinta. Dan, Rainy menikmatinya.
--To Be Continued--
***
With love,
25 komentar
Rainy lagi jatuh cinta sama Kevin, sip nih.. semoga cintanya tak buta..!
ReplyDeleteSelamat ya..!!
Oh iya, ide cerita romantis ginian dapat darimana. Setahuku, seseorang itu tak jauh menulis sesuatu dari pengalamannya sendiri. Apakah benar kalau.... oh tidak. Tidak boleh menyimpulkan apa yang tak benar... ups..maaf just kidding.. tapi aku yakin, adik lancar menulis, katanya mengalir, diksinya juga, tidak monoton. Adik banyak baca novel ya? Atau sering lihat sinetron gitu?
Oh iya,.. konfliknya juga keren.. dengan penyelesaian kliamaks jatuh cinta..
cieee komennya Agha so sweet banget hehehe
Deletetapi emang benar, Dwi jago pilih kata dan mampu membuat cerita mengalir santai tapi kesannya dapet banget
suka sama penjabaran setiap tokohnya
RAINY, RODEO dan Kevin eheeemm
sepertinya Rainy menyukai Kevin, moga endingnya gak nyesek yaaaa
hehe
Eh maaf bukan Kevin, tapi Choky namanya. Part 1nya Choky soalnya hehe
DeleteBukan kok bukan pengalaman pribadi, gak tau ide suka tiba-tiba dateng aja tanpa permisi. Tiba-tiba kepikiran buat cerita 2 org baru ketemu terus ngobrol karena sebuah cokelat panas gitu kak. Kalo novel iya lumayan banyak, masih yang segenre sih romance jg. Biar kelatih dulu nulisnya :D
Makasih kak agha...
Haha makasih kak mei..
DeleteEh maaf itu bukan kevin, harusnya Choky. Maklum buatnya udah lama jadi lupa nama tokohnya hehe *gak patut dicontoh*
Ditunggu part 3nya kalo gitu :)
oke.. you are welcome :-) terus berkarya...
Deletejadikan novel aja bagaimana, serru banget nih..
iyaaa aku bingung hahahaa
DeleteNanti dipertimbangkan lagi ya kak agha..
DeleteMaaf kak mei, lupa hehe
Sepertinya rainy (rainy = artinya hujan kan yak) suka ma kevin.
ReplyDeleteSampe malu2 tp mau gitu sikapnya.
Yach mudah2an endingnya kevin gk mengenalkannya ma pcrnya, trus rainy jd ma rodeo.
Wah masih bersambung yaaak.
Nulis crita fiksi kyk gni mnrtku lebih susah dibanding non fiksi.
Hrs kuat imajinasi ma kreativitasnya.
Iyap bener banget kak ina. Makanya dia dikasih nama rainy karena mamanya suka hujan. Then, dia pun sama. Eh bukan kevin namanya, choky harusnya :(
DeleteHaha iya ditunggu aja..
Bener kak, selain imajinasi, harus buat riset juga buat faktanya. Nggak boleh ngarang semuanya.
Kok gue bingung ya? Choky sama kevin itu sama? Atau cuma salah ketik, harusnya choky malah jadi kevin. Atau gimana nih. Bingung bangt.Tapi kaget juga pas baca komen di atas, kok mereka bisa paham gitu. Apalagi kata "kevin" cuma itu paragraf itu doang.
ReplyDeleteGue angkat tangan soal yang beginian, gak bakalan bisa bikin kek gini. Kamu kere
Eh salah ketik kak bay. Lupa itu haha
DeleteIya makasih ya kak, kamu mungkin genre kuatnya di pelit ya?
Aku juga sama kayak Bayu, bingung sama Kevin itu siapa. Mungkin karena nggak baca yang part 1 kali ya. Ini kehebatan kamu, aku nggak baca yang pertama aja bisa hanyut dalam cerita. Imajinasiku melayang-layang. Dan asli kamu keren dalam hal beginian. Penggunaan kata yang sempurna, cuma sedikit koreksi lagi penggunaan kata yang berulang jadi kelemahanmu. Tapi keseluruhan ceritamu keren. Buat senyum-senyum sendiri haha. Ditunggu lanjutannnya yaa.
ReplyDeleteHehe iya maaf itu salah nama. Harusnya choky, bukan kevin.
DeleteIya makasih ya, makasih juga komentarnya. Ill try to fix it. Oke, ditunggu part lainnya yaa
Rainy suka malu2 yah orangnya, tinggal bilang ajah kalo kangen. Haha tapi wajar kalo malu karena itu pertemuan kedua.. Masih awal2 PDKT :D
ReplyDeleteAsik nih, suka sama ceritanya. Apalgi pas dialog lagi makan.
Haha iya bener, apalagi cewek yang baru awal pdkt biasanya suka gensi gitu..
DeleteIya makasiihh yaa
ceritanya kaya air kak, menghayutkan. keren ditunggu lanjutannya :)
ReplyDeleteWah makasih ya ditsa :)
DeleteOke oke ditunggu aja..
Romantis banget ceritanya,
ReplyDeleteMau donk diajarin nulis keg begini. ..
keren....
Makasih kak.. Hehe itu tinggal ikutin teori dan latih terus. Banyak baca juga biar banyak simpanan diksi.
DeleteSweet banget ini ceritanya..
ReplyDeleteSuka deh, penjabaran tokohnya juga keren. Sama kayak apa yang di bilang dede penggunaan bahasa yang berulang bisa jadi kelemahanmu, bisa buat orang bosan. Tapi secara keseluruhan ceritanya sweet banget..
Nice post :)
Iya kak wiwi makasih yaa :)
DeleteSip makasih juga buat komentarnya. Aku coba buat benerin..
Akhirnya lanjutannya keluar lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii ^^
ReplyDeleteCuma sweet momentnya kurang wah dibanding cerita awal sih.
Baru 2 kali bertemu, mereka berdua udah sedeket itu yaa.
Dan kenapa aku menganggap Choky itu cowok pembual yang ulung?
Mungkin karena pengalaman #eh -_-
Ditunggu lanjutan nyaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Iya alhamdulillah, tapi agak bingung juga ngelanjutinnya gimana. Soalnya emang nggak niat ada lanjutannya hehe
DeleteMaaf ya mungkin terlalu sederhana.. Tapi pasti diusahain buat nulis lebih baik lagi kok
Ya kalo obrolan udah nyambung kadang gitu sih. Langsung nyaman *pengalaman juga*
kamu dan rainy sama-sama suka cokelat panas :D .
ReplyDeleterodeo kelihatannya sering memperhatikan rainy ya, sampe apal pesenannya.
gue menduga kelanjutannya rainy akan jatuh cinta sama rodeo karena choky datang sebentar lalu pergi :D
Iyaaaa karena cokelat panas itu enak :D
DeleteHmm.. buat memastikan perkiraannya bener apa nggak, coba baca aja part 3-nya yaa..
Tell me what do you want to tell :)