[Cerpen] Adera--Bahagia Bersamamu Part II
Selamat pagiiii. Selamat weekend ya. Oh iya, aku masih punya utang cerita nih. Sebenernya cerita ini harusnya selesai di Maret kemarin. Tapi kan kemarin aku sok sibuk gitu ya, jadi baru kesampean sekarang terusannya. Oke deh tanpa berlama-lama, happy reading! Ditunggu kritik dan masukannya:)
Adera: Bahagia Bersamamu II
By Dwi Sartikasari
Aku hendak melontarkan jawaban tapi ponselku
berdering lebih dulu. Perhatian kami langsung teralih pada layar ponsel—yang
tiba-tiba menyala—yang tergeletak di atas meja. Kuraih ponsel dan kubuka isi
pesan masuknya.
Hai, apa
kbr? Udh lama nggak ktmu, ya... Aku
melebarkan pupil melihat nama si pengirim. Julian. Laki-laki yang sudah
meninggalkanku begitu saja demi perempuan lain. Apa maksudnya menghubungiku
lagi?
Deg. Aku menatap Akira—yang masih menatapku
santai—dan layar ponsel secara bergantian. Hatiku didera keresahan tiba-tiba.
Ke mana seharusnya aku melabuhkan hati?
***
“Siapa?” tanya Akira setelah melihat
ekspresiku yang bingung.
Aku menatapnya sejenak, lalu kembali menatap
layar ponselku. Kutekan layar beberapa detik di atas pesan tadi hingga keluar
menu-menu pilihan. Kusentuh pilihan delete
message, yes. Segera kutaruh ponsel di atas meja.
“Nggak penting,” balasku.
“Hmm..., jadi gimana?” tanya Akira dengan
raut wajah cemas.
“Yes I
want,” jawabku dengan pipi yang langsung memanas. Bahkan sepertinya
memerah. Kulihat Akira ikut tersenyum senang atas jawabanku.
Akira
Akhirnya berakhirlah keresahanku. Anne
ternyata memiliki perasaan yang sama denganku. Setelah menunggu beberapa saat
karena ada sms masuk, dia menjawab pertanyaanku dengan kata yang masih
terngiang. Yes I want. Seperti terjun
dari gedung berlantai tinggi dan tertahan oleh trampolin di bawahnya. Aku
merasa senang dan bebas.
Hatiku hilang di dasar samudra cinta
Kutemukan kembali saat kau menyinari hidupku
Bagiku kaulah yang membuat dunia indah
Mewarnai hari-hariku sempurnalah jiwaku
Bahagia bersamamu
“Makasih, Anne. Aku seneng ternyata
penantianku nggak sia-sia.”
“Kir?” Anne menatapku ragu.
“Kenapa?”
Anne menghela napas sejenak sambil membuang
muka. Lalu dia kembali menatapku. “Aku
juga seneng,” senyumnya tersungging lebar membuat perasaan ini membuncah tidak
karuan.
***
Anne
“Cie lengket-lengket aja nih kalian,” celetuk
Ergi yang tiba-tiba duduk di sampingku. Istirahat makan siang sudah berjalan
sejak sepuluh menit lalu. Aku dan Akira memutuskan untuk makan siang di kafe
dekat dengan kantor kami.
“Lebay kan. Gue jadian sama dia aja udah
lama.” Akira menimpali celetukan Ergi. Lelaki itu hanya menyeringai lebar dan
menyomot keripik yang tergeletak bebas di meja kami.
“Kalian udah makan?”
“Lagi nunggu makanan dateng. Lo pesen aja.
Makan bareng,” ujar Akira santai.
“Nggak ah. Gue nggak mau ganggu yang lagi
pacaran. Dah...” Ergi bangkit dari duduknya sambil mencomot—sekali
lagi—keripik. Dia lalu berjalan mendekati kursi satu-satu yang berderet
bersampingan dengan meja memojok. Biasanya, kursi-kursi itu ditempati oleh
orang-orang yang datang sendiri atau jika penuh.
Aku hanya menatap Akira dan laki-laki itu
menggeleng sambil tertawa. Aku pun ikut menertawakan tingkah Ergi yang tidak
jelas. Kami kembali mengobrol santai sambil menunggu makanan datang.
“Hai kalian,” Dita—partner kerja
Akira sekaligus rekan kerjaku juga—menghampiri kami sambil menyapa.
“Hai Dit, sendiri?” tanyaku.
“Iya sendiri gue.”
“Gabung aja di sini,” sambar Akira.
“Nggak pa-pa?” Dita menatapku seakan meminta
persetujuan.
“Ah, iya nggak pa-pa gabung aja,” jawabku
ringan. Tapi rasanya ada sesuatu yang mengganjal di hati. Mungkin, itu hanya
perasaanku saja. Aku mengembuskan napas panjang.
***
Cuaca Sabtu kali ini benar-benar cerah. Tapi
sayangnya tidak secerah perasaanku. Belakangan ini Akira sedang disibukkan
dengan pekerjaannya. Bahkan, semalam pun dia mendadak membatalkan janji denganku
untuk hari ini. Ini adalah kali pertama
kami batal pergi karena urusan pekerjaan. Sesibuk itukah?
“Ya udah, kan masih ada gue sama Dion. Lo
jangan bete gitu ah,” Luna berusaha menghiburku saat kami sedang makan siang.
“Iya, kami kan bukan patung, Anne.” Dion
menimpali kalimat Luna.
Aku menatap mereka bergantian. “Iya makasih
ya. Tapi tetep aja gue sebel. Apalagi Dita juga ikutan lembur.”
“Loh, Dita kan emang partner Akira di kantor, ya nggak pa-pa Anne. Lo jangan negative thinking. Nanti malah yang lo
pikir macem-macem, kejadian lagi. Nggak mau kan?”
Aku menggeleng cepat. Suasana kembali hening
beberapa saat. “Dita udah punya pacar belum sih?”
“Kurang tahu gue. Nggak pernah lihat dia
dijemput juga sih.”
Aku kembali mendengus panjang. Ribuan bayangan
negatif kembali merasuki pikiranku. Bagaimana kalau Akira menyukai Dita?
Bagaimana jika sebaliknya? Bagaimana jika mereka ternyata memiliki perasaan
diam-diam? Bagaimana jika mereka mengalami cinta lokasi? Bagaimana...
“Hei.” Dion mengibaskan telapak tangannya di
wajahku, membuyarkan lamunan. “Baru aja Luna bilang, jangan mikir macem-macem.”
“Nggak kok...” jawabku tidak yakin.
***
Aku berjalan menuju ruangan Akira sembari
memegang pelipis kanan. Rasanya aku tidak sanggup lagi bekerja hari ini. Aku memutuskan
untuk pulang dan pamit pada Akira. Dan jika tidak sibuk, aku ingin dia
mengantarku.
Handle pintu sudah kupegang lalu mulai terdorong
perlahan. Akira ternyata sedang sibuk di depan layar komputer. Di sebrang
mejanya, kulihat Dita sedang menulis. Tapi dia sambil menceritakan sesuatu.
Matanya sesekali menoleh pada Akira. Dan lelaki itu pun sesekali memperhatikan.
Beberapa detik kemudian, mereka tertawa meskipun tidak saling melihat. Ada
sesuatu yang membuatku memutuskan untuk kembali menutup pintu dan pergi.
Segera kututup pintu dan mulai melangkah
menjauhi ruangan Akira. Semakin cepat, cepat dan cepat. Mataku memanas.
Kepalaku semakin pusing. Hatiku berdebar menahan—sepertinya—rasa cemburu. Atau
emosi. Atau kesal. entahlah.
“Loh, katanya mau bareng Akira?” suara Ergi
membuat langkahku terhenti.
“Dia sibuk. Gue duluan Gi.” Aku kembali
melangkahkan kaki tanpa sempat menoleh lagi pada Ergi. Aku takut jika tiba-tiba
air mataku menetes di hadapannya.
“Tapi Anne...”
14 komentar
jadi ini semacam 2 orang pertama yg bergantian? hehe bagus. mungkin cerita berikutnya bisa ditambahin hal hal manisnya, kalo mereka gak putus sih. kayak sesuatu yg dilakukan akira buat anne yg sweet gt hehe.
ReplyDeleteIya bang, pov yang bergantian gitu.
DeleteNah, cerita manisnya udah aku sisipin di awal banyak-banyak hehe. Tapi nanti kalo bisa aku masukin.
Makasih masukannya ya
bagus cerpennya, cerbung deh kayanya ya. harus baca dari awal biar mengerti . jadi terhanyut bacanya. bagaimana diposisi anne yang tentu saja pikirannya jadi kalut dan jadinya berprasangka buruk karna melihat akira yang sebegitu terihat akrabnya dengan dita. ditampah lagi melihat tatapan mata mereka berdua seperti menyiratkan sesuatu. :(
ReplyDeleteIya kak kayak pentalogi cerpen gitu hehe.
DeleteSebenernya terinspirasi dari kisah nyata kok ini. Makanya mencoba buat dihayati juga.
brarti ini part 4-nya ya...kurang 1 lagi...gak sabar pengen tau endingnya....
ReplyDeleteitu jangan2 akira flirting..jangan2 kejadian yang dulu keulang lagi ke anne...ah pokoknya ditunggu endingnya deh... :D
Ini masih bagian dari part 3 mif, soalnya part ini agak panjang jadi dibagi 2 gitu hehe.
DeleteOke selamat menunggu ya:)
Huaaaaa keren dwi.. topcer deh paling jago di suruh bikin beginian bwahaha lanjutan nya di tungguuuu~
ReplyDeleteMakasih makasihhh, nggak jago juga sih, masih belajar :D
DeleteOke siap siaapp
Ini udah part empat...panjang juga yah cerbungnya... jadi ketinggalan nih... gak ngerti jalan ceritanya krn gak baca dari awal .. hmm... tapi keren dwinya bisa mengembangkan cerita fiksinya ... nama tokohnya juga keren Anne dan Akira...
ReplyDeleteDibaca aja kak kalo sempet :D
DeleteIya makasih yaa
bagusss cc Dwiii...ini ceritanya nggak kayak sinetrn tapi jadi aku pinin tau yg selanjutnyaaa..hihihi..coba deh ikutan event event lomba yg sering aku post di fb cc..banyak kesempatana dan peluang untuk kamu :)
ReplyDeleteAku kan bukan penulis skrip sinetron kakmey hahaha..
DeleteIya tapi kadang temanya yang bikin mentok. Nanti aku coba deh. Makasih infonya kak:)
Jadi di Part ini mulai timbul benih2 cemburu yang nyata yaaak..
ReplyDeleteAh Anne jangan pulang sendirian, gue mau kok disuruh nganterin.. biar si Akira sibuk sama Dita gak apa-apa..
Iya gih Bang anterin. Kasian Anne udah jeles abis tuh sama Dita...
DeleteTell me what do you want to tell :)