Ini Pengalamanku, Mana Pengalamanmu?

Hallo Blogcha! Assalamualaikum, selamat malam.

Tadi pas aku udah beres posting di kompasiana, ada yang request aku sharing tentang pengalaman aku pas masuk kuliah gitu.

Jadi, postingan kali ini aku bakalan sharing tentang pengalaman, perjuangan, dan ceritaku saat masuk kuliah. Dikhususkan buat Dek Ona yang request :)

Well, let's begin!

Cerita ini dimulai ketika aku sedang sibuk mempersiapkan UN. Sebelum sibuk UN, aku dibuat cemas oleh pengumuman SNMPTN undangan. Tapi nyatanya, bukan hanya aku. Teman-temanku pun merasakan hal yang sama. Kami semua dibuat cemas oleh pengumuman SNMPTN.

Alhamdulillah, aku saat itu bersekolah di sma favorit di Garut, sma 1 Garut. Meskipun aku tidak termasuk siswi yang pintar. Tapi juga tidak termasuk siswi yang malas.

Berhubung saat itu sekolahku berakreditasi A, jadi sekolahku mendapat jatah banyak untuk undangan. (lupa berapa persen). Tentunya bagi mereka yang bisa bertahan dengan nilai di atas 50% selama 3 semester.

Tapi saat itu aku mengalami yang namanya dilema. Di satu sisi, aku ingin lolos SNMPTN undangan. Tapi di sisi lain, universitas tujuanku tidak memperbolehkan untuk lintas jurusan. Aku sudah mengincar Universitas Padjadjaran sebagai kampusku kelak dengan jurusan Akuntansi. (lebih keinginan mama. Tapi, jurusan Komunikasi & Sastra yang aku mau pun sama-sama ips). Tapi saat di sma, aku berada di jalur ipa. Dan saat itu aku benar-benar dilema.

Hari itu, beberapa hari sebelum UN, ketua kelasku mengikuti rapat tentang SNMPTN. Tentunya rapat tentang penentuan siapa saja yang akan dicalonkan sekolah untuk bisa mengikuti undangan.

Setelah ketua kelasku masuk kelas, aku dan teman-teman langsung menghampirinya. Dia meminta kami duduk dan memperhatikannya saat menyebutkan nama-nama siswa di kelas kami yang lolos tahap 1.

Dia pun mulai meyebutkan satu per satu nama dari kami. Dan dia berhenti setelah menyebutkan 5 nama. Sudah? Hanya 5? Kami semua bertanya-tanya. Dia mengangguk lemas. Sepersekian detik kemudian, kami semua mulai menangis, saling berpelukkan. Aku memeluk temanku, menangis. Dia pun menangis di bahuku. Rasanya pahit. Baru tahap 1 pun kami sudah gagal... Dan sedihnya, di kelas kami hanya ada 5 orang saja, sementara di kelas lain lebih banyak dari kami.

Itu kegagalanku yang pertama. Tapi memang nilaiku turun di semester 4 lalu. Aku sadar, saat itu aku memang terlalu banyak main.

***

Singkat cerita, UN pun selesai. Masih ada waktu sekitar 1 bulan setengah untuk SNMPTN tulis. Aku pun mengikuti les intensif di salah satu bimbingan belajar di dekat sekolahku. Berhubung jurusanku selanjutnya adalah ips, aku pun mengambil intensif jurusan ips. Satu bulan setengah berkutat dengan ratusan soal ips. Hal baru bagiku. Awalnya meyenangkan, tapi semakin dekat dengan tes, aku malah semakin merasa jenuh. Mungkin, itu.bisa disebut sebagai titik jenuh belajar.

Setelah menjalani try out berkali-kali gagal, akhirnya 2 kali try out terakhir aku berhasil mencapai target. Aku pun senang. Semoga saat tes tulis nanti, aku bisa mencapai lebih dari ini. Doaku saat itu. Aku benar-benar ingin masuk Fikom. Meskipun aku tidak bisa berbicara di depan orang, tapi aku punya kemampuan menulis dan membaca keadaan sekitar.

SNMPTN tulis pun dimulai. Setelah belajar full 1 bulan setengah, ditambah doa dan usaha lainnya, hari itu adalah pertempuranku yang sesungguhnya. Fikom, Unpad. Semoga rezekiku di sana. Harapku.

Setelah selesai SNMPTN tulis selama 2 hari, aku dapat bernapas lega, sejenak. Meskipun sebenarnya beban itu tidak hilang. Hasil SNMPTN masih membuatku harap-harap cemas.

Oh iya, selain mengandalkan tes tulis, aku pun mengikuti dua tes tulis lainnya. Yang pertama, smup D3 Unpad dan ujian mandiri UIN Bandung. Bahkan mama sudah mencari universitas swasta jika pada akhirnya tidak ada rezekiku di univ negeri.

Setelah selesai SNMPTN tulis, aku beristirahat sehari. Lalu aku kembali belajar untuk tes smup Unpad. Kenapa aku memilih D3? Karena pada saat itu biaya smup S1 benar-benar mahal. Sementara di rumah, orang yang harus dibiayai pendidikannya bukan hanya aku. Ada kedua adikku. Akhirnya aku memilih pilihan pertama Akuntansi. Dan Fikom di pilihan kedua.

Sebenarnya, Akuntansi bukan sepenuhnya keinginanku. Karena sepertinya aku tidak ada bakat untuk hitung-menghitung. Aku lebih tertarik untuk masuk Fikom. Tapi mama meyarankanku ke sana. Karena sesuai dengan saran saudaraku, prospek kerja dari jurusan Akuntansi itu luas. Dan memang, aku pun pernah belajar Akuntansi, ternyata tidak begitu sulit.

Kali ini, saat tes smup, aku mendapatkan tempat tes di kampus Unpadnya sensiri. Tepatnya di Graha Sanusi. Sore itu aku mencari lokasi ke Unpad bersama Bapak tercinta. Sebelum masuk gerbang, aku berdoa dalam hati, semoga ada rezekiku di sini. Semoga ini akan menjadi kampusku kelak.

Alhamdulillah. Tingkat kesulitan soal smup tidak sesulit SNMPTN. Aku pun bernapas lega dan mengucapkan hamdalah.

***

Usahaku belum selesai. Aku harus mengikuti les bimbingan singkat di UIN untuk menghadapi soal-soal ujian di sana. Soal-soalnya tidak hanya mata pelajaran biasa. Tetapi juga tentang keagamaan. Arab gundul, fikih, sejarah islam, dll. Saat hari pertama bimbingan, itu juga merupakan hari dibukanya hasil SNMPTN tulis.

Aku sudah sangat berharap malam itu aku mendapatkan keberuntungan. Aku akan menangis karena terharu, lulus.

Sekitar pukul setengah 7 malam, aku sudah siap di depan laptop sambil mencoba membuka situs SNMPTN. Namun berkali-kali gagal. Sepertinya banyak sekali yang membuka situsnya. Hingga sekitar pukul setengah 8, situsnya pun bisa kubuka.

Aku terus mengucapkan basmalah. Mama duduk di kasur di hadapanku. Adikku duduk di sampingku.

Mataku mulai mencari kata diterima/tidak diterima. Dan........ Kalimat di sana saat itu benar-benar menamparku begitu kencang. Kalimat itu membuatku merasa terdampar jauh dan tak sanggup bangkit kembali.

Ini kegagalanku kedua kalinya. Air mataku langsung jatuh bercucuran. Mama langsung menghampiriku, memelukku, dan mencium keningku. Mama dengan bijak menasihati, "Mungkin itu bukan rezeki teteh. Coba introspeksi, sejauh mana usaha teteh selama ini? Mungkin karena usahanya belum maksimal." ucapan mama membuatku semakin terisak. Harapan masuk unpad tinggal 1 lagi. Smup.

***

Singkat cerita. Tes UIN pun berlangsung dengan jumlah 300 soal. Sudah kubilang, di UIN aku harus mengerjakan soal bahasa arab, fikih, dan yang lainnya. Saat itu aku sudah benar-benar tidak semangat. Aku terlalu lelah menghadapi tes terus-menerus. Akhirnya aku pun keluar kelas dengan asap di atas kepala saking panasnya. (oke itu bohong). Keesokan harinya, aku pun pulang ke Garut meninggalkan Bandung dengan sejuta kenangan.

***

Hari itu adalah pengumuman smup Unpad. Aku sudah menunggu sejak jam 6 pagi. Semoga aku bisa mengakses situsnya lebih cepat. Aku sudah benar-benar tidak sabar.

Sebelumnya, mama bertanya, "Teh, kalau keterima di Unpad sama UIN mau ambil dimana?"

"Unpad aja Mah. Dari dulu kan pengin di Unpad."

"Tapi kan D3?"

"Nggak papa Mah. Bisa ekstensi kan?"

Mama pun mengangguk, setuju. Aku pun langsung kembali ke kamar, mengecek situs smup. Aku mencoba memasukkan nomor peserta dan tanggal lahirku. Padahal saat itu, tampilannya masih tampilan untuk pengumuman smup S1, tapi karena aku sudah sangat penasaran dan beberapa orang sudah update twitter tentang kelulusan D3, aku pun mencobanya.

Kata pertama yang keluar setelah loading adalah LULUS dengan tulisan berwarna merah. (sebelumnya aku pernah posting tentang ini). Aku shock. Benarkah? Apa ini bohong? Aku lulus? Serius? YaAllah, masa sih? Ribuan pertanyaan berkelebat dalam otakku.

Aku menunggu loading selesai. Dan jelas sudah, semua pertanyaanku terjawab sudah. AKU LULUS! Aku langsung berteriak memanggil mama dan bapak. Mereka berdua langsung masuk ke kamar. Aku langsung menunjukkan pointer mouse ke arah kata lulus dan kartu pesertaku.

Mama dan bapak terdiam sejenak mencoba mencerna, lalu langsung memelukku. Menciumi kepalaku berkali-kali. YaAllah... Belum pernah aku melihat mereka sebahagia ini. Belum pernah aku melihat mereka menangis terharu karena aku selama ini... Aku dipeluk mereka secara bersamaan. Mereka menciumi kedua pipiku dan keningku secara bergantian. Berkali-kali mereka mengucapkan kata syukur, begitu pun aku. Rasanya ini seperti mimpi...

Semua usaha dan doaku terjawab sudah. Ternyata, rezeki memang di sini, di Akuntansi - Unpad.

Aku langsung mengabari teman-temanku. Mama pun langsung menghubungi keluarga. Mungkin ada yang berpikiran ini lebay, tapi buatku, itu adalah hal terindah yang pernah aku alami.

Biasanya, kesuksesan yang diraih setelah berkali-kali gagal lebih terasa bahagianya.

Setelah aku selesai daftar ulang dan membayar semua biaya, aku mendapat sms yang berisi bahwa aku diterima di UIN jurusan Manajemen Keuangan Syari'ah. Padahal, jurusan itu adalah jurusan favorit juga. Dan saat ini, sistem ekonomi syari'ah sedang dibutuhkan. Tapi apa boleh buat, memang rezekiku ada di Unpad :)

--END--

***

Okay, kira-kira gitu deh pengalaman gagalku ikut SNMPTN. Tapi gagal bukan berarti kita nggak bisa bangkit, kan?

Jujur, aku pernah ngalamin yang namanya jenuh. Tapi kalau kebanyakan ngeluh jenuh, kapan kita majunya? Ya nggak?

Sebenernya sih, aku agak berat juga kuliah di Akuntansi. Prospek kerja memang menjanjikan, tapi mata kuliah yang berat selalu bikin aku banyak ngeluh. Apalagi, sekarang aku udah nemu passion-ku, ternyata bukan di Akuntansi.

Ah tapi kalau inget kebahagiaan orang tua saat aku lulus dulu, rasanya bodoh kalau aku kebanyakan ngeluh karena salah jurusan.

Nasi memang udah jadi bubur. Tapi bukan berarti kita pasrah aja makan bubur itu, kan? Kita bisa campur bubur itu pakai sosis, tambain daging, dimix dengan hal-hal lain biar tambah enak.

Yap. Aku juga udah terlanjur masuk di jurusan ini. Nggak gampang. Di luar sana, banyak yang berharap ada di posisi aku. Jadi seorang mahasiswi Akuntansi di universitas negeri favorit. Tugas aku sekarang, gimana caranya biar aku bisa bertahan 2 tahun lagi dan mencapai nilai memuaskan. Lulus dengan memuaskan. Anggap aja, belajar di sini nambahin pengalaman aku untuk nulis nanti.

Seorang akuntan yang juga penulis terkenal dengan bukunya yang best seller. Beuh... Keren nggak tuh? Hihi...

Ya udah ya, segitu aja dulu sharing pengalamannya. Udah lewat tengah malem nih... Uas Senin masih menanti. Semoga dilancarkan uasnya, amin.

Senang bisa berbagi dengan kalian, Blogcha. Semoga bermanfaat dan inspiratif ya.

Assalamualaikum. Selamat malam :)

With love,

You Might Also Like

19 komentar

  1. Mbak dwi emang bener bener nggak nyerah , dan bener kata mbak " gagal bukan berarti nggak bisa " Tapi gagal adalah awal sebuah kesuksesan .dan jangan menyerah sebelum berhasil (y) .

    Mungkin mbak dwi rezeki nya di unpad dan cocok . :D
    selamat ya mbak dwi bisa di terima di sana . semoga bisa diterima di lain tempat lagi dan sukses :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo nyerah mah, sering banget kepengen Bib.. Tapi lagi-lagi, kalo inget orang tua, semuanya berangsur lenyap.

      Iya sepertinya, makasih Bib. Aamiin, semoga aja ya.

      Delete
  2. Iya kak, kembali lagi pada takdir dan rezeki. Takdir yang mengarahkan kakak ke sana. Alhamdulillah. Wuahh, pasti bahagia banget tuh kak...

    Kalo dulu punya jatah gitu ya kak,kalo sekarang semua siswa berhak ikut SNMPTN. Tapi, diseleksi lagi... wah aku jadi deg-degan nungguin pengumuman SNMPTN nih.

    Iya kak, yang namanya kegagalan itu harusnya jadi semangat. Tapi, yang namanya udah gagal susah membangun semangatnya. Sama saja kayak membangun rumah, terus tiba-tiba roboh. Akhirnya, susah untuk membangun kembalikan? Kembali lagi terkadang kita nggak perlu terpuruk dalam kegagalan, karena itu nggak ada gunanya, justru membuat kita semakin gagal. Semangat! hahaha

    Amin, semoga dilancarkan ya ka. Cepet lulus sesuai waktu yang telah ditentukan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener Fat, jalan hidup kan udah ditentukan ya:)

      Iya, jadi dijatah sekolah RSBI (waktu belum dicabut), sekolah biasa, akreditasi A, B gitu-gitunya dijatah.

      Bener. Kalo udah gagal suka ngerasa terpuruk. Harus punya motivasi yang kuat sih. Atau diem sejenak dulu deh. Karena aku nggak bisa kalo udah gagal langsung semangat lagi. Susah-_-

      Aamiin, iya mudah-mudahan:) kamu juga ya. Semoga lulus SNMPTN-nya.

      Delete
  3. Ternyata lumayan curam dan sulit juga perjalan kamu masuk kuliah, tapi indah banget pas tahu diterima disalah satu kampus yang keren juga, akuntansi lagi.

    Bener banget, kalo ngomongim salah jurusan kayaknya dosa banget sama orang tua, nikmain aja lama lama juga terbiasa. Makanya coba ngambil sastra, mata kuliahnya enak, baca novel, mengkajiap novel, presentasi. Gitu-gitu aja. Pokoknya semua berhubungan sama sastra dan tulis menulis, asik kan? Hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya gitulah Kak, pahit juga iya. Haha. Tapi alhamdulillah mungkin emang takdirnya harus di sini.

      Iya pahit-pahit juga telen aja demi orang tua. Sama jurusannya sih nggak begitu sayang. Tapi sama orang tuanya itu loh...

      Aku juga dikasih tau temen sih gitu Kak. Kamu jurusan sastra ya? Asik banget ih. Jadi punya wawasan luas juga, punya bacaan banyak. Aaaa mau :(

      Delete
  4. Beuhhh beberapa kali gagal tp akhirnya lolos juga... Hebat !!!
    Kadang memang benar jika kita sudah mulai jenuh banyak fikiran kalo kita salah jurusan atau apalah...
    Tp mau gimna lagi kan, berhenti kuliah dan mulai lagi dari awal itu jauh lebih sulit,,, Hadapi aja tetap semangat :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah Kak..

      Iya, lebih pahit lagi kalo ngulang. Biaya yang udah dikeluarin orang tua selama ini jadi sia-sia. Nggak mau deh bikin mereka tambah repot...

      Delete
  5. iyaaa aku udah pernah baca tulisan kamu yg tentang kelulusan Dwi
    tapi ga nyangka kamu harus melewati itu semua
    kalo aku dlu sekali ikut SNMPTN langsung lolos soalnya hehee

    tapi dengan begitu kamu bisa banyak pengalaman ka? emang mengeluh terus gak ada gunanya, kalo rejeki udah di UNPAD insyaallah jalannya jg diperlancar walaupun dg jurusan yg kurang diinginkan tapi bisa jadi penulis handal juga kan hehehe a

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe iya Kak Mei, berat banget. Ya syukur kalo ternyata langsung lulus. Emang jalan kamu lebih beruntung hihi.

      Iya bener sih Kak, jadi punya pengalaman lebih seru dan kompleks. Nggak flat gitu. Semoga aja emang rezekinya di sini dan jadi penulis juga. Aamiin :)

      Delete
  6. bagus cc Dwi, walo pada awalnya gagal danbtersedu sedu, toh akhirnya bisa LULUS!! yeyyy, UNPAD!! hehehe...kalo aku justru akuntansi ato apapun yang berhubungan denga matematika adalah mommok bagiku.

    emang yang penting terus berusaha sih, pada akhirnya bakalan berhasil jugaaa...every single struggle must pay off!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah Kakmey, mungkin memang jodohnya di sana.
      Haha akuntansi emang nggak serumit matematika buat soal hitungannya. Lebih seru lah.

      Of course Kak. Usaha dan doa :)

      Delete
  7. wow perjuangan yang mengesankan....

    proses emang lebih penting dari hasil. tapi dengan proses yang baik maka akan mendapatkan hasil yang bagus juga :D.


    gak kamu ajah kok dwi yang salah jurusan.... saya pernah survei ke temen2 satu jurusan, kebanyakan mereka juga salah jurusan.. ya namany juga idup :D .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener Bang. Hasil nggak akan tiba-tiba dateng tanpa usaha sih.

      Hehe, pasti. Tapi demi orang tua, apa sih yang enggak. Ngeliat mereka seneng anaknya keterima aja udah kebahagiaan tersendiri :D

      Delete
  8. kak mau tanya kalau smup unpad bisa pilih brp prodi?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau aku dulu dua pilihan aja. Terakhir tahu tahun 2015 kemarin juga tetep 2 pilihan.

      Delete
  9. Kak prodi nya cmn akuntansi sama fikom aja? Kalau buat ipanya ada gak?

    ReplyDelete
  10. Trus mau tanya kalau ujiannya itu materi dr mana aja ya kak? Hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Prodi untuk D3 SMUP? Kayaknya kalo untuk tahun ini udah mulai banyak yang hilang. Aku udah gak update nih hehe. Kamu coba aja cek di smup.unpad.ac.id. Kalo soal tes, sekarang SMUP udah nggak pake tes kok. Cuma dari nilai rapor :)

      Delete

Tell me what do you want to tell :)