Cerpen: Cinta Dua Hati

“Aldo...” panggil Sisha manja.
“Eh kamu sayang. Sama siapa?” Aldo melihat ke belakang Sisha. Biasanya Sisha tidak berani jalan-jalan di sekolah sendiri. Dia selalu minta antar temannya atau Aldo.
“Aku sendiri hehe,”
“Lho tumben kamu berani?”
“Iya terpaksa sih hehe, habis temen-temen pada gak mau nganter,” Sisha duduk di samping Aldo.
“Kenapa gak telepon biar aku jemput?”
“Aku gak mau bikin kamu repot Aldo,” Sisha tersenyum manis.
“Kamu gak bikin aku repot kok sayang,” Aldo mengelus kepala Sisha lembut.
“Eh di kelas aku ada murid baru lho Do,”
“Oh ya? Siapa? Cewek atau cowok?”
“Cewek namanya Dita. Kamu gak boleh suka lho sama dia. Dia anaknya cantik banget sih,”
“Haha kamu itu gak percaya sama aku ya,” Aldo mencubit pipi Sisha.
“Aku kan takut Do, kamu kan playboy,”
“Enggak, aku kan udah taubat. Aku udah setia sama kamu,”
“Hehe iya makasih Aldo sayang...” Sisha tersenyum manis.
***
Aldo berjalan menuju kelas XII IPA 1, kelas pacarnya—Sisha. Tapi tanpa sengaja dia melihat gadis cantik berdiri di koridor depan kelas XII IPA 1.
“Hai,” sapa Aldo ramah.
Gadis itu tersenyum manis dan sepertinya Aldo mengenali senyumannya. Entah, siapakah dia yang jelas Aldo mulai tertarik untuk mengetahui gadis itu lebih jauh.
“Murid baru ya?” tanya Aldo berbasa-basi.
“Iya,” gadis itu tersenyum ramah.
“Namanya? Pindahan dari mana?” Aldo mengulurkan lengannya.
“Dita dari SMAN 1 Garut,” membalas uluran lengan Aldo.
“Oh orang Garut ya, kenapa pindah ke sini?” tanya Aldo sok akrab.
“Ikut papa kerja,” Dita tersenyum manis.
Lagi-lagi Aldo teringat akan senyuman itu. Aldo seperti mengenalinya tapi dimana?
“Kok diam? Oh iya, nama kamu siapa?” tanya Dita.
“Eh iya maaf, nama aku Aldo,”
“Aldo? Aldo Rendra itu ya?”
Aldo terkejut karena Dita mengetahui nama lengkapnya. Dari mana dia tau? “Lho, kok tau?”
“Duh aku kan teman kamu yang dari twitter itu lho, dulu kan kita sering mention-an masa kamu lupa sih?”
Oh ya. Kini Aldo baru ingat, senyum Dita pernah ia lihat dari avatar Dita di twitter. Pantas saja Aldo teringat akan sesuatu. Jadi dulu, Aldo itu pernah suka sama Dita sebelum dia jadian dengan Sisha. Tapi berhubung Dita jauh dan sudah punya pacar, mereka tidak pernah lagi berhubungan di twitter. Makanya, Aldo lupa dengan Dita.
“Kok diem Do?”
“Eh maaf Dit. Hehe aku baru ingat. Maaf ya,”
“Iya gak pa-pa kok maklum aja ya berapa bulan kita gak pernah berhubungan. Kabar kamu gimana?” Dita mulai akrab.
“Ya aku baik-baik aja kok, eh gimana sama pacarnya?”
“Hmm.. udah putus Do,”
“Lho kok? Padahal kan kamu jadian udah lama ya sama dia? Tiga tahun kan?”
Dita mengangguk.
“Terus putusnya kenapa?”
“Dia udah gak percaya sama aku, dia ngira aku ini lah, aku itu lah, aku kan jadi males juga,” ungkap Dita jujur.
“Hmm, sabar aja ya Dit,” Aldo mengelus bahu Dita.
Dita tersenyum. “Eh aku duluan ya,” lanjutnya sambil beranjak pergi meninggalkan Aldo.
Aldo melambaikan tangannya.
“Aldo!” teriak Sisha yang berlari menghampiri Aldo.
“Eh kamu Sha,”
“Kamu dari mana sih? Aku cari ke kelas kamu gak ada,” Sisha manyun.
“Lah aku kan ke kelas kamu mau jemput. Kamunya malah gak ada,”
“Ah bohong. Pasti ketemu Dita kan?”
“Hah? Eng... enggak kok Sha enggak,” jawab Aldo gugup.
“Ngaku deh Do, kamu pernah kenal dia kan?”
Aldo terkejut. Dari mana Sisha tau? Atau jangan-jangan dia pernah liat gue dan Dita di twitter dulu?
“Kamu jangan sok tau deh, aku baru tau sejak tadi istirahat kamu bilang di kantin itu,”
“Awas aja kalau kamu bohong!” jawab Sisha kesal sambil pergi meninggalkan Aldo.
Aldo berlari mengejar Sisha untuk mengantarnya pulang.
***
Pagi-pagi sekali Aldo telah datang di sekolah. Entah mengapa hari ini dia ingin sehari saja lebih dekat dengan Dita. Memang, di twitter Dita terlihat sangat seru. Tapi menurut Aldo, bertemu langsung dengan Dita ternyata lebih menyenangkan.
Ya Tuhan perasaan apa ini? Seorang Dita yang pernah gua suka kini hadir di dunia nyata. Hadir di hadapan gua. Orang yang dulu pernah gua suka jauh lebih dulu sebelum gua mengenal Sisha. Perasaan macam apa ini? Apa gua benar-benar jatuh cinta sama Dia? Ah gak! Gua gak mau mengecewakan Sisha. Tapi gua juga masih sayang sama Dita. Apa yang harus gua lakukan? Cinta dua hati.....
“Aldo, kok ngelamun?” tanya Dita ramah dan langsung duduk di kursi sebelah Aldo.
“Eh kamu Dit. Enggak kok, aku gak ngelamun,”
“Ah bohong,”
“Serius. Dua rius malah,” canda Aldo garing.
“Yah susah ah ngomong sama kamu. Eh btw aku gak nyangka lho bisa ketemu langsung sama kamu,” ujar Dita.
“Haha sama lho aku juga, ternyata aslinya kamu lebih cantik ya,” aku Aldo. Ya Tuhan, apa yang gua bilang tadi? Ah sial! Gua gak boleh terlalu dekat sama Dita! Gua gak mau sayang sama dia! Lanjut Aldo dalam hati.
“Dih ngegombalnya bisa aja,” Dita tersenyum manis.
“Hehe, eh Dit aku duluan ya. Masih banyak tugas nih. Bye,” Aldo pergi menuju kelasnya.
“Yah, padahal aku masih pingin ngobrol banyak sama dia,” gerutu Dita.
***
Semakin hari, Aldo dan Dita semakin dekat. Entah, Aldo malah semakin menyayangi Dita. Salahnya Dita juga mendekati Aldo sejauh ini membuat Aldo semakin berharap. Dan semakin hari juga Sisha semakin curiga dengan sikap Aldo. Aldo sekarang jarang mengobrol dengannya saat istirahat, selalu tidak bisa menjemputnya untuk pergi sekolah bersama, tidak bisa pergi jalan-jalan dan lainnya.
“Sha kok gak pulang sama Aldo?” tanya Imel.
“Eh itu katanya dia mau bikin tugas,” jawab Sisha murung.
Imel terkejut, tapi dia hanya ber’oh’ dan segera pergi.
“Kamu gak pulang sama Aldo Sha?” tanya Gisel yang bertemu dengan Sisha di koridor.
Aneh, hari ini orang-orang kok pada nanya yang sama. Kenapa ya? Batin Sisha.
“Hello Sha...” Gisel menggoyangkan telapak tangannya tepat di hadapan wajah Sisha.
“Eh sori Sel. Enggak nih, dia mau buat tugas katanya,”
“Hah? Eng... oh, iya deh,” Gisel langsung beranjak pergi.
Dan di depan kantin Sisha bertemu dengan Panji yang sedang menatapnya.
“Mau nanya juga aku gak pulang sama Aldo?”
“Hah? Enggak kok. Orang Aldo lagi jalan sama murid baru itu di belakang sekolah,” jawab Panji polos.
“Apa?” Sisha terkejut.
“Serius. Gua liat sendiri tadi. Ya udah ah gua duluan ya,” Panji pergi meninggalkan Sisha.
Betapa terkejutnya Sisha mendengar ucapan Panji tadi. Pantas saja Imel dan Gisel bertanya hal yang serupa. Sepertinya mereka telah melihat Aldo dan Dita. Ingin membuktikan ucapan Panji, dengan segera Sisha pergi ke halaman belakang sekolah. Dan lebih terkejut lagi ketika melihat Aldo dan Dita sedang mengobrol berdua. Saat itu juga, hatinya serasa tersambar petir, tersengat listrik dan tertimpa batu gunung. Sangat sakit.
“Aldo!” teriak Sisha menghampiri Aldo dan Dita.
Aldo terkejut mendengar suara yang sangat tak asing baginya. Dia menoleh dan...
PLAK!
“Kamu udah buang kepercayaan aku sama kamu! Puas kamu bikin aku sakit hah!” Sisha mendorong Aldo hingga terjatuh.
“Cewek gatel!” Sisha mendorong bahu Dita hingga ia mundur beberapa langkah.
Sisha pergi dengan air mata mengalir deras di pipinya.
“Sisha tunggu!” Aldo berusaha mengejar Sisha hingga ia memegang lengannya.
“Gak usah pegang tangan aku! Gak pantas tangan aku dipegang sama orang kotor kayak kamu!”
“Sha maaf Sha, aku sama dia tuh gak ada pa-pa,”
“Udah lah Do! Kamu itu udah buang kepercayaan aku sama kamu, jadi tolong pergi aja dari aku. Sekali aku udah dibuat kecewa, selamanya aku gak akan pernah percaya lagi sama kamu!” Sisha kembali meneruskan langkahnya pergi.
Aldo terkejut mendengar ucapan Sisha barusan. Sesakit itukah hatinya Sisha?
***
Dua minggu berlalu. Sisha masih tidak mau bicara dengan Aldo. Rasanya Sisha sudah benar-benar membenci Aldo. Dan Aldo pun sudah mulai bingung, cara apa lagi yang harus ia lakukan agar Sisha mau memaafkannya? Hubungan mereka pun sudah tidak tahu lagi kemana arahnya.
“Sha, itu ada penggemar lo katanya mau ketemu lo di kantin,” Imel datang menghampiri Sisha.
“Penggemar? Sejak kapan aku punya penggemar?”
“Yah harusnya lo bangga dong punya penggemar. Udah gih ke sana aja, dia pakai jaket merah katanya,”
Penggemar? Sejak kapan aku punya penggemar ya? Ah ada-ada aja adik kelas sekarang nih. Batin Sisha terus mengoceh hingga ia tiba di kantin. Dia mulai mencari seseorang yang berjaket merah sesuai ciri-ciri yang disebutkan Imel.
“Eh maaf, kamu penggemarku bukan?” tanya Sisha ragu.
“Hah? Geer banget lo,” jawab orang itu cuek.
Sisha malu. Sangat malu, ternyata dia salah orang. Dia mulai menghampiri orang-orang lain yang berjaket merah dan selalu salah. Hingga akhirnya sisa satu orang lagi yang berjaket merah.
“Mudah-mudahan dia deh. Malu banget aku selalu salah orang. Bikin ribet aja sih itu penggemar. Yang mau ketemu dia kok aku yang repot ya?” gerutunya pelan.
“Maaf, kamu penggemarku bukan?” tanya Sisha hati-hati.
Cowok itu tanpa menjawab langsung memeluk Sisha.
“Eh eh lepas. Kamu siapa sih main peluk-peluk aja,”
Cowok itu melepas jaketnya dan membuka samarannya. Dia tersenyum manis pada Sisha.
“Aldo?” Sisha terdiam sesaat. “Mau apa lagi sih kamu? Udah aku bilang gak usah ganggu aku lagi! Aku udah kecewa sama kamu dan kamu sendiri yang bikin aku kecewa berat sama kamu!” bentak Sisha.
“Sha please. Aku enggak ada pa-pa sama Dita. Oke jujur, dulu aku memang suka sama dia dan aku udah kenal dia dari twitter. Tapi perasaan aku ke dia tuh gak sebanding sama sayang aku ke kamu Sha!”
“Tuh kan! Kamu dulu bilang gak kenal sama dia, kamu gak suka sama dia. Tapi buktinya? Kamu bohong lagi kan?”
“Iya aku minta maaf Sha, aku bakal melakukan apapun asal kamu mau maafin aku,”
“Oke, kalau kamu sayang sama aku tolong jauh-jauh dari aku,”
“Sha, itu gak bisa!”
“Kenapa? Bukannya kamu sayang?”
“Sha please Sha, kasih aku satu kali lagi kesempatan. Aku serius sama kamu Sha,”
“Serius mau bohong lagi sama aku? Hah kamu fikir aku cewek bego gitu? Buang-buang waktu aja di sini,” Sisha pergi keluar dari kantin.
Setibanya di pintu, Dita mencegatnya. “Kamu gak bisa bohong sama perasaan kamu sendiri Sha, kenapa sih gak bilang aja kalau kamu masih sayang sama Aldo?”
“Jangan sok tau kamu. Awas aku mau pulang!”
“Kamu mau bohong sama perasaan kamu sendiri? kamu mau sia-siakan kesempatan ini?”
“Maksud kamu apa sih?”
“Bukti kalau kamu masih sayang dia, kamu pergi dari tempat ini karena kamu gak mau kan liat Aldo sama aku? Bukankah itu cemburu? Bukankah cemburu itu tanda sayang?”
“Heh cewek gatel! Asal kamu tau ya, aku pergi dari sini karena aku males liat Aldo!”
“Oke kamu silahkan pergi tapi setelah itu jangan berharap Aldo minta maaf lagi sama kamu,”
Sisha terdiam. Dita yang melihat gelagat Sisha itu segera memberi isyarat pada Aldo agar menghampiri mereka.
“Sha, kamu mau kan maafin aku? Aku tau kok kamu masih sayang sama aku,”
Sisha berbalik dan memeluk Aldo erat. Ia menangis dalam pelukan Aldo. Aldo tersenyum pada Dita. Begitupun sebaliknya. Semua orang di kantin bersuit-suit. Karena baru menyadari banyak orang di kantin, Sisha segera melepaskan pelukannya.
“Iya aku maafin kok Do,” ujar Sisha dalam tangis bahagianya. “Jangan diulang lagi,”
“Makasih ya Sha, ak janji kok bakal terus setia,” Aldo tersenyum pada Sisha.
Sisha mengangguk diikuti suit-suit ricuh. “Terus Dita?”
“Aku udah balikan sama mantan aku kok seminggu lalu,” jawab Dita senang.

You Might Also Like

0 komentar

Tell me what do you want to tell :)