Kehilangan dan Perubahan

Awalnya hanya sederhana. Aku sedang menonton episode akhir dari Stereo season 2. Tapi entah kenapa, jari-jemari ini ingin membuka video yang berelasi dari video yang kutonton. Akhirnya aku sampai pada sebuah video penampilan Stereo dulu saat ulang tahun Net TV, di mana itu masih dalam formasi Tatjana, Dikta, Angel, Vidi, Kila dan Indra Aziz. Penampilan awal dibuka oleh Tatjana dan Dikta. Entah kenapa, dari episode awal Stereo aku langsung tertarik pada kedua tokoh ini karena kemistri yang mereka bangun. Feel-nya langsung dapet. Kemistri Dikta di Stereo season 2 rasanya hilang. Matanya nggak berbicara. Senyumnya nggak berasa. Aku merasa kehilangan sosok Dikta sebagai Vigo yang "slengean".


Gara-gara video penampilan itu, entah kenapa tiba-tiba aku merasa sedih. Sedih kehilangan beberapa pemain yang udah bergabung dari dulu. Tatjana, Vidi dan Angel. Dan gara-gara video itu juga aku jadi sedih lagi. Sedih merasakan jadi Vigo yang kehilangan Dara. Sedih, aku masih berharap Dara, Alex dan Diva kembali.


Kehilangan tak terduga

Seperti energi listrik yang merambat pada sebuah alat penghantar, perasaan sedih karena kehilangan itu kembali merambat. Memoriku melayang pada beberapa momen yang--andai saja bisa--ingin diulang walau hanya sekali.

Masa kuliah adalah salah satu masa hidup terbaik yang aku punya. Aku memiliki kebebasan dan tanggung jawab penuh pada diri sendiri. Saat aku memutuskan sesuatu hal, aku sendiri yang akan langsung merasakannya. Contoh sederhana. Saat aku menghabiskan waktu berjam-jam tengah malam untuk WiFi-an di kosan atau nonton atau baca buku, aku harus siap untuk bangun terlambat atau terkantuk-kantuk keesokan harinya. Namun aku sadar, ternyata aku sedih kehilangan momen seperti itu.

Dulu, aku tak pernah melewatkan waktu kosong untuk tidak menulis. Rasanya aku selalu tersulut semangat untuk terus berkarya dari jerih payah jemariku. Ngeblog, buat cerpen, ngerevisi naskah, atau apa pun yang berhubungan dengan tulis-menulis. Rasanya ideku tak pernah habis. Semangatku tak pernah redup. Sekarang aku sedih karena kehilangan itu semua. Aku kehilangan semangat untuk menulis. Aku kehilangan alasan untuk berkarya. Kecintaanku pada menulis mulai redup, meski tak sepenuhnya padam. Ada sebagian dari diriku yang berharap untuk tetap bertahan menerjang badai. Namun ada sisanya yang nyaris menyerah pada keadaan. Hingga akhirnya aku tak bisa berjalan, diam di tempat.

Mungkin orang menyebutnya "sampai di zona nyaman", tapi aku menyebutnya "terjebak di masa suram". Zona atau masa ini sebenarnya berbahaya. Masa suram atau biasa disebut zona nyaman sebenarnya adalah waktu yang tepat untuk membunuh ide seseorang. Zona ini membuat orang lupa bangkit dan terus terbuai pada kenyamanan. Zona ini kalau terus ditempati bisa membuat orang enggan beranjak, bahkan selamanya akan terjebak untuk tidak mau tumbuh dan berkembang.


"A comfort zone is a beautiful place, but nothing ever grows there." -Unknown

See?

Mungkin iya aku sedang terjebak di sini. Aku terlalu nyaman pada suasana pergi pagi, kerja, pulang lalu istirahat. Mungkin iya, ideku nyaris mati karena aku enggan untuk mencari dan mengembangkannya menjadi sebuah karya. Mungkin memang iya, seharusnya aku melarikan dari zona ini, secepatnya.

Ada di zona ini rasanya sering galau. Sering sedih karena teringat-ingat masa lalu. Sering membanding-bandingkan masa lalu dengan sekarang.

Ya aku tahu, seindah apa pun masa lalu yang pernah aku lewati, pada nyatanya itu tak mungkin bisa aku ulangi. Aku bisa saja menulis setiap malam seperti saat kuliah dulu. Tapi aku tahu bahkan kamar tempat menulis pun sudah berbeda. Antara kosan dan kamar tidur di rumah. Kalaupun aku bisa menulis di kosan dengan suasana ruangan yang sama, tapi bahkan apa yang aku tulis pun akan berbeda. Kalaupun aku menulis sesuatu yang sama dengan suasana ruangan yang sama, ada rasa yang berbeda. Kenangan yang berbeda. Luka yang berbeda.

Jadi sekarang aku sadar.

Semua pasti berubah pada waktunya.

Hidupku berubah. Cerita Stereo berubah. Perasaan berubah. Apa pun pasti berubah. Hanya tinggal menunggu waktu yang tepat dan, cepat atau lambat, rasa kehilangan itu mulai menjalar. Awalnya menyusupi pori-pori, perlahan-lahan, hingga akhirnya terasa sampai sini..., sampai ke hati.


http://thehautemess.com
Hingga akhirnya kau tak perlu lagi takut merasa kehilangan. Kau hanya butuh mempersiapkannya, sejak sekarang.




With love,

You Might Also Like

2 komentar

  1. Baca pertama judulnya aku kira tulisan cerpen cinta ala dwii...

    Ayo bangkit lagi wii, semangat lagi nulis kayak dulu. Bukune udah nungguin karya kamu buat di jadiin buku, dan selanjutnya bukune bakal nyiapin meja editornya buat kamu tuh.

    Emang bener sih kalo semua itu pasti berubah pada waktunya, terlebih kalo kita udah dapet sesuatu yg kita merasa nyaman. Tapi balik ke quote atasnya..
    "a comfort zone is a beautiful place but nothing ever grows there"

    Ciaawwwooo...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu di postingan selanjutnya Ri. Gila ya, berbulan-bulan gak nulis cerpen, pas mau ngepublish rasanya kaku banget hahaha. Aneh cerpennya. Biarlah, pembiasaan.

      Sayangnya Bukune udah nggak bisa nerima karyaku Ri. Sekarang gantian ke GagasMedia. But Im ready for it!

      Yup, satu-satunya jalan biar berkembang ya lepasin zona nyaman. Apalagi zona nyaman buat mengenang mantan.

      Delete

Tell me what do you want to tell :)