Kenangan yang Tersimpan

Hari hari terasa indah sejak aku menemukanmu. Seorang kakak yang tak hanya bisa menjadi kakak. Kadang bisa jadi sahabat, ayah, bahkan adik juga. Kehadirannya membuatku merasa seperti anak kecil, yang selalu butuh dia untuk merasa aman dan terlindungi.

Lama-lama bersamanya membuat perasaan ini berubah. Awalnya hanya perasaan nyaman. Lalu berkembang menjadi sayang. Bahkan... Cinta. Ah, kupikir terlalu cepat untuk itu. Namun memang kenyataannya begitu. Tak bisa kupungkiri bahwa kenyamanan itu berakhir pada perasaan cinta. Ya Tuhan, aku mencintainya!

Status kami masih adek-kakak--orang-orang bilang sih, pacaran yang tertunda. Tapi aku tidak mempermasalahkan itu. Aku hanya menikmati kenyamananku saat bersamanya. Lagipula, dia sudah memiliki seorang kekasih. Jadi aku tidak mungkin mengganggu hubungan mereka.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Tepat setahun lebih dua bulan kita saling mengenal, dia pun menyatakan perasaannya padaku. Awalnya aku ragu, karena belum pernah ada pertemuan nyata diantara kita. Tapi akhirnya kuputuskan untuk menerimanya. Menerimanya berarti memberikan seluruh hati dan perasaanku untuk dijaganya.

Banyak orang bilang bahwa pacaran itu hanya manis di awal saja. Tapi aku tidak setuju. Karena selama 4 bulan lebih pacaran, kami baik-baik saja. Ya hanya perselisihan kecil sih kami pun mengalaminya. Namun menginjak bulan kelima, dia memutuskanku dengan alasan jenuh. Saat itu aku tak mampu berkata-kata. Aku hanya diam. Mendengarkannya bicara. Aku menangis, tertahan. Namun yang aku suka saat itu, dia bisa mendengarkan tangisanku dan berkata, "Udah dong jangan nangis. Kita adek-kakaan lagi aja ya. Kan adek-kakak gak ada putusnya. Jadi bisa sama-sama terus." Mendengarnya mengatakan itu justru membuatku semakin menangis. Aku tak bisa membayangkan jika dia bisa bahagia bersama orang lain, sementara aku masih terus memikirkannya. Kenyataannya, putus itu tak berlangsung lama. Dua hari kemudian kami jadian lagi dengan surprise yang dia berikan. Tentu saja aku senang. Sangat senang!

Mulai sejak itu, masalah semakin banyak datang. Tapi kami selalu bisa mengatasinya walaupun kadang ada ssdikit emosi, sampai akhirnya aku tau dia berkhianat. Perasaanku hancur. Kesetiaan yang sudah kujaga berbulan-bulan ternyata dibalas pengkhianatan. Sakit rasanya. Perih dan sangat sulit aku menerimanya. Kami sempat berdebat hebat hingga akhirnya kuputuskan untuk pergi. Dia berusaha menghubungiku tapi tak kuhiraukan. Sampai akhirnya kuberikan dia kesempatan untuk menjelaskannya. Dia menjelaskan semuanya dari awal hingga akhir. Setelah berusaha meyakinkan dan membujukku, akhirnya aku mau menerimanya kembali.

Berbulan-bulan sudah kami melewati hari-hari kami. Dari mulai hal-hal bahagia sapai hal-hal menyakitkan pernah kami lewati. Entah sudah berapa kali kami mengalami putus-nyambung.

Dia itu orangnya sangat romantis. Selalu memberikan surprise-surprise kecil. Dan aku sangat menyukai setiap surprise yang diberikannya sekecil apapun itu. Mulai dari menelepon berjam-jam hanya untuk mengobrol tengah malam, begadang sama-sama, telepon tengah malam untuk make a wish sama-sama saat anniversary, menjadi orang pertama yang memberi ucapan saat aku menginjak 17 tahun, menelepon tiba-tiba saat aku merasa kesepian, menyempatkan diri untuk menemaniku ditengah kesibukan bisnis dan kuliahnya, mengirimi barang dan makanan kesukaanku, membuat tulisan-tulisan puitis sampai ketika kita sedang bertengkar hebat, beberapa hari selanjutnya melamarku. Tentu saja aku sangat terkejut.

Ternyata kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Hanya beberapa bulan saja. Kini, di umur jadian kami yang ketujuh belas, kami memutuskan untuk berpisah. Mungkin lebih ke pemutusan sepihak. Dia sudah sangat lelah untuk terus bertengkar denganku. Aku pun sama, tapi aku selalu yakin bahwa kita pun akan mengalami kebahagiaan setelah melewati setiap ujian. Kini setelah memutuskan hubungan, entah mengapa aku merasa sangat tersiksa. Aku sakit. Hati ini perih. Aku tak mampu sendirian. Aku butuh dia untuk menjadi obat sembuhnya.

Tapi sudahlah, aku tau dia tak akan kembali. Aku tau dia sudah sangat membenciku. Aku memang orang yang tidak pantas untuk dipertahankan. Dia berhak mendapat orang yang lebih menyayangi dan mengerti dia lebih dari aku. Aku tak apa, sesakit apapun hati dan perasaan ini padanya, namun hato juga akan selalu memaafkannya. Aku benci memang, tapi aku tidak bisa memungkiri bahwa hati ini masih menyayanginya. Sesakit apapun setelah perpisahan itu, aku masih berharap dia mau untuk menjaga dan melindungi. Aku berharap dia bisa menyayangiku lagi. Dia bukan hanya sekedar pacar. Dia bisa jadi ayah yang selalu menasehatiku, kakak yang melindungi dan menjagaku, adik yang jadi tempatku untuk bercanda, sahabat yang jadi tempatku berkeluh kesah, dan pacar juga tentunya.

Salahkah setelah disakiti karena perpisahan ini, aku masih bisa memaafkannya dan menyayanginya?

Untuk seseorang di sana yang tidak mungkin membaca tulisan ini, aku tau, tulisan ini tidak pernah berarti apa-apa untukmu. Tentu saja! Lagipula, kamu tidak mungkin merubah perasaanmu, bukan? Kamu sudah membenciku. Kamu tidak bisa menyayangiku lagi. Tapi jika kamu sempat membaca tulisan ini sedikit, ketahuilah. Aku tidak pernah membencimu. Perasaanku masih sama seperti dulu. Aku masih berharap semuanya kembali membaik seperti dulu. Mungkin kamu pikir aku bodoh. Tolol. Bego. Terserahlah kau mau menilaiku seperti apa. Tapi tolong sadari, mungkin setiap wanita mudah untuk menyukai orang lain. Tapi saat dia sudah mencintai satu orang, sesakit apapun kamu menyakitinya, akan selalu ada maaf untukmu. Dan dialah orang yang patut kamu perjuangkan. Atau kamu akan menyesal karena telah menyia-nyiakan kasih sayang tulus yang diberikan.

Aku menghiasi tulisan ini dengan air mata. Agar kamu tau, bahwa aku merindukan kenangan kita. Kenangan yang tersimpan.

Untuk seseorang yang telah membawaku dalam petualangan baru dan meninggalkanku begitu saja. E♥ namamu masih tersimpan di hati dan pikiranku. Sejauh apapun kamu pergi, tempatmu takkan pernah terganti. Karena kamu sudah memiliki tempat spesial di sini. :")

With love

Dwi Sartikasari

You Might Also Like

0 komentar

Tell me what do you want to tell :)