Kesabaran Berbuah Manis
Berkali-kali aku menoleh jam
tanganku, panik. Lalu beralih pada ponsel Karei yang sedang kugenggam. Panik juga
karena GPS-nya belum berfungsi sementara mobil sudah meninggalkan Jl.
Dipatiukur cukup jauh. Di jok pengemudi, Karei sedang melajukan mobilnya dengan
cepat tapi wajahnya masih tetap cool.
Sudah pukul satu lewat lima menit tapi kami baru sampai seperempat perjalanan.
Tujuan kami siang ini adalah Blitzmegaplex yang ada di Paris Van Java. Kami
berniat untuk menonton Despicable Me 2 sekaligus melanjutkan buka bersama di
daerah Dago Pakar.
Kami berniat ambil jadwal pukul
13.10 karena jadwal lainnya adalah pukul 15.40. Kami takut nggak akan keburu ke
Dago Pakar kalau ambil jadwal sore. Tapi ternyata waktu tidak berpihak pada
kami. Perjalanan dari Dipatiukur ke Paris Van Java sekitar 5 kilometer (data di
GPS). Tapi jalan yang harus kami lewati termasuk titik rawan macet. Belum lagi
kami nggak hapal jalan tanpa GPS sehingga kami nyasar.
Aku sudah pasrah ketika jam sudah
menunjukkan pukul setengah 2 kurang lebih. Aku yakin pasti kami akan mengambil
jadwal sore dan tentu akan telat untuk berbuka. Dugaanku benar. Pukul setengah
2 tepat kami nyaris tiba di PVJ. Tapi entah gangguan apa, jalan yang seharusnya
tinggal lurus dihalangi pembatas sehingga kami harus memutar memasuki perumahan
elit dan malah semakin menjauh.
Kami tiba di PVJ sekitar setengah
2 lebih 15 menit. Dan dugaanku lagi-lagi benar, kami kebagian jadwal sore dan
mau tidak mau kami harus menunggu 2 jam di mall.
Bayangin. Nunggu 2 jam di saat lagi puasa, nggak bisa ngemil, nggak bisa nyari
makanan. Dan yang bikin menyebalkan lagi, baterai ponsel kami dua-duanya lemah.
Padahal kami bener-bener nggak tau daerah Sukajadi (PVJ), nggak tau jalan
pulang, nggak tau jalan menuju Dago Pakar selain bantuan GPS.
Singkat cerita, Despicable Me 2
selesai. Kami berjalan keluar teater dengan tergesa-gesa menuju supermarket di
lantai bawah untuk membeli minum. Kalau nggak salah saat itu waktu udah
menunjukkan pukul setengah 6. Lagi-lagi, kesabaran kami kembali diuji. PVJ ini
termasuk mall yang besar dan rumit.
Berkali-kali aku ke sana tetep aja nggak pernah hapal. Di mall aja kami bisa nyasar. Iya, kami nyasar tiba-tiba lupa jalan menuju
parkiran. Waktu pun terbuang sia-sia untuk beberapa menit sampai akhirnya kami
tiba juga di parkiran dengan napas tersengal-sengal. Cuma aku sih, soalnya
Karei mukanya tetep cool.
Setelah bergabung bersama ratusan
mobil di Jalan Sukajadi, Karei tiba-tiba menyampingkan mobilnya ke lahan yang
sedikit luas.
“Kenapa? Kok berhenti?”
“Kita lewat jalan mana biar cepet
ke Dago?”
Hening. Aku tatap dia beberapa
detik lalu menyeringai. “Enggak tau...”
Karei mengembuskan napas panjang.
Dia lalu melirik ponselnya tapi jaringan memang tidak bersahabat dengan kami
saat itu. Beberapa detik kemudian, bukannya jaringan muncul malah layar ponsel
Karei menjadi hitam tanda bahwa ponselnya mati. Dia menatapku dan menggelengkan
kepala.
Kini giliranku yang mengembuskan
napas. Aku mencoba membuka google maps
di ponsel. Tapi tidak ada huruf E kecil di dekat ikon sinyal di pojok kanan
atas, apalagi ikon H. Malah baterai ponselku yang semakin berkurang. Di bawah
10% sedangkan kami sama sekali belum tau jalan menuju Dago Pakar.
Keheningan di dalam mobil membuat
suara adzan terdengar jelas oleh kami. Alhamdulillah. Kami langsung berdoa dan
meneguk minum masing-masing. Rasa haus yang sudah bersarang dari tadi akhirnya hilang
terbawa arus air minum.
“Ya udah kita jalan lurus aja.
Kamu cukup berdoa, aku juga berdoa.” Setelah istirahat berbuka, Karei mulai
tancap gas dan melajukan mobilnya. Kami membelah jalanan Sukajadi dengan
kecepatan sedang karena kendaraan di sana cukup padat. Aku terus menengok
kesana-kemari, berusaha mengingat-ingat jalan di sekitar sana.
“Karei, aku tau jalan ini. Aku
tau!” aku berteriak kegirangan.
“Serius kamu tau?” dia menoleh
sebentar, mencuri waktu sepersekian detik saat tengah mengemudi.
Aku mengangguk bersemangat. “Iya,
di depan kita belok kanan. Kalau belok kiri kita nanti ke Setiabudhi, ke
Lembang.”
Karei nurut dan akhirnya kami
benar-benar selamat. Mungkin efek doa orang yang teraniaya karena kelaparan
kali ya. Akhirnya setelah kami tiba di persimpangan dago, ikon huruf H kecil
muncul di samping ikon sinyal ponselku. Aku segera membuka google maps dan mencari “Lisung Cafe”. Setelah muncul petunjuk ke
sana, aku langsung meng-capture
karena layar ponselku sudah meredup tanda sebentar lagi akan segera mati.
***
Kami tiba di Lisung. Fyi, di
Lisung ini terdapat 3 lantai dengan berbagai macam kursi per mejanya. Di lantai
atas ada meja yang dikelilingi sofa dan yang pakai kursi kayu—langsung
menghadap ke view Kota Bandung—dan
juga meja makan kayak biasa yang terdiri dari 6 kursi lebih. Biasanya itu untuk
keluarga besar dan letaknya di tengah, nggak di pinggir kayak dua meja tadi.
Ternyata semua meja di lantai
satu ini—lantai paling atas—sudah terisi penuh. Ya pasti lah, jelas-jelas jarum
jam pendek sudah menunjuk ke angka 6 dan jarum panjangnya di angka 3. Aku
menghampiri kasir.
“Mbak, maaf masih ada yang kosong
nggak?”
“Oh coba liat di lantai dua.”
Jawab penjaga kasir sambil sibuk tanpa menoleh ke arahku sedikit pun.
Dongkol? Iya. Nyesek? Lumayan.
Sebel? Banget.
Harusnya, pelayan itu melayani
pelanggan sebaik mungkin. Bukan sibuk kayak gitu. But it’s okay. Aku aja yang terlalu berlebihan kali ya. Biasalah,
orang lapar kadang jadi galak mendadak^^
Setibanya kami di lantai 2, ada
beberapa meja kosong tapi yang ukuran besar. Begitu kami mendekat, ternyata itu
udah di-booking. Terpaksa kami turun
lagi ke lantai paling bawah. Di lantai 3 ini ada semacam taman kecil dan gazebo
untuk live music. Ternyata di sini
juga udah penuh. Merasa nggak puas, aku langsung tanya pelayan di lantai ini.
“Mas masih ada meja yang kosong?”
“Di sini penuh, Mbak. Coba tanya
di lantai atas.”
Keningku berkerut. Aku tatap
Karei pengin marah tapi ekspresi dia seakan berkata, “Oke kita coba ke atas lagi.” Akhirnya setelah berterima kasih sama
pelayannya, kami langsung kembali ke lantai atas. Di lantai dua, semua meja
masih penuh oleh orang-orang yang lagi cekikikan, ngobrol, bahkan menyantap
makanan dengan nikmatnya. Kecuali meja yang udah dipesan tadi. Sementara aku
hanya bisa menatap mereka dengan sabar. Setibanya di lantai atas, semua meja
masih penuh. Bahkan suasananya nggak berubah. Sama seperti pertama kami datang
ke sini. Ngerasa kesel makin di-php-in sama pelayan, aku menghampiri kasir.
“Mbak, tadi udah ke bawah katanya
ada di lantai atas. Tapi di sini masih penuh. Gimana?”
“Aduh Mbak maaf, yang di bawah
kosong itu ternyata udah dipesan. Maaf ya,”
Jleb. Rasanya dongkol banget.
Kenapa dia nggak bilang dari tadi kalau semuanya udah penuh? Kenapa dia harus
bikin kami naik turun mencari meja kosong yang sebenarnya nggak ada? Sabar, Wi. Kesabaran berbuah manis.
Kami memutuskan untuk langsung
pergi. Begitu sampai di parkiran, si tukang parkirnya sempat bilang kalau
pengunjung bisa pesan makanan di Lisung dan makan di restoran di sebrangnya.
Kami sempat mengabaikan dengan hanya menanggapinya dengan senyuman. Tapi begitu
kami memasang sabuk pengaman, tiba-tiba kepikiran untuk coba saran si tukang
parkir. Kami langsung membuka pintu mobil dan kembali berjalan ke Lisung,
tepatnya meja kasir.
Aku mencoba bertanya pada penjaga
kasir (lagi-lagi yang itu) tentang saran si tukang parkir. Dan jawabannya
kira-kira begini, “Mbak kalau mau makan di sana ya pesannya di sana Mbak,” kali
ini jawabannya agak lembut tapi nusuk.
Aku dan Karei berpandangan
sejenak, lalu langsung bergegas menaiki tangga menuju parkiran dengan ucapan
terima kasih sebelumnya. Fyi, restoran di sebrang Lisung itu menunya (kayaknya)
kebanyakan mie, sementara kami nggak pengin mie. Dengan hasil dongkol kami
langsung tancap gas untuk mencari tempat makan lain yang masih dapat view Kota Bandung-nya di malam hari.
Terlalu bingung mau nyari di
mana, akhirnya kami kebablasan keluar komplek Dago Pakar. Ya ampun, ini otak
kayaknya udah bener-bener nggak connect
deh-_-. Karei putar balik dan dia langsung masuk ke Sierra. Sebenarnya dilihat
dari luar sih ini kafe pasti elit. Aku udah bingung juga mau pesan apa nanti.
Gimana kalau nggak ada makanan yang murah? Gimana kalau aku harus merogok kocek
di atas 100 rb?
![]() |
Penampakan pertamanya gini nih... |
Setelah sholat magrib lebih dulu,
kami langsung masuk ke restoran di lantai atas. Kami disambut sama seorang
pelayan laki-laki. Dia membawa kami ke lokasi outdoor karena tujuan utama kami ingin menikmati suasana Bandung di
malam hari. Fyi aja nih, ternyata pas kami ke sana, suasananya malah sepi. Mungkin karena pemikiran orang lain sama kayak aku kalau kafe ini cukup elit.
![]() |
Suasana indoor-nya hangat |
Udara dingin perbukitan langsung
menerpa kami, menyapu wajah dan kerudungku. Apalagi saat itu aku hanya
mengenakan baju dan kardigan tipis tanpa jaket. Sok tahunya lagi, Karei yang
saat itu bawa jaket malah ditinggal di mobil. Jadi udara dingin itu langsung
menusuk pori-pori kami membuat bulu kuduk berdiri.
Tapi begitu kami berjalan
mendekati pagar pembatas, bibirku langsung tertarik membentuk sebuah lengkungan
senyum. Hati ini berlonjak-lonjak riang menikmati gemerlap lampu-lampu di bawah
sana. Kami menunggu pelayan yang sibuk menyiapkan kursi dan meja di pojok
halaman. Setelah meja dan kursi siap, pelayan mempersilakan kami untuk duduk. Ia
bergegas pergi dan kembali dalam beberapa detik membawa lilin dalam cangkir kecil
yang cairannya berwarna biru.
Speechless.
Ia lalu memberikan menunya dan
meninggalkan kami.
Speechless part 2.
![]() |
Tiap meja ada lilinnya kan so sweet :3 |
Menunya bisa dibilang murah tapi
juga mahal. Murah kalau dibandingkan kafe-kafe lain di sekitar sana yang
rata-rata main course di atas 50k. Sedangkan
di sana masih ada beberapa menu sekitar 30k. Tapi dibilang mahal kalau
dibanding makanan yang biasa aku pesen. Sebenarnya sayang juga merelakan uang
banyak untuk makan malam saat itu aja. Tapi dipikir-pikir lagi, nggak apalah toh
kami jarang-jarang menghabiskan uang banyak dalam sekali makan. Apalagi bonusnya
dapat view yang bikin kekesalan
seharian tadi melebur gitu aja. Juga candle
light dinner yang romantis banget.
Ah, ternyata kesabaran memang
berbuah manis.
Setelah seharian menguras emosi,
kedongkolan, kekesalan, dan segala macam hal yang bikin sedih, semuanya
terbayar sudah sama dinner romantis
dan view yang amazing! Belum lagi, semua hal itu aku jalani bareng orang spesial. Jadi sekesal apa pun, sedongkol apa pun, seenggaknya tetep terasa baik-baik aja^^
***
"Tulisan ini diikutsertakan dalam Best Article Blogger Energy"
With love,
45 komentar
Tuhkann kesabaran memang bakal dapet yang manis manis mba, makannya yang namanya bonus itu ada di akhir. gitu..
ReplyDeletehaha, ciee kesannya pas banget ya, viewnya bagus, ada lilinya pula, kurang apalagi nih? haha
Iya terimain aja gitu ya.
DeleteKurang lama :(
Cerita awalnya nyesek sih, cuman pas baca akhirannya, keren banget, romantis abis.. :) Selamet yak!!
ReplyDeleteKunjungan ke 2 Pangeran Wortel
Iya selalu ada hikmah di balik setiap cerita :D
Deleteaku udaah baca postingan ini lewat hape, tapi kesulitan ngomen.
ReplyDeletehehehe
skrg lg ol pke leppi, so, bisa ngomen dewh...
ceritanya dwi so sweet...
enak penggambaran alurnya jadi seolah2 ada layar tancep di otak ku hahaha....
mulai dr perjuangan ke bioskop, dan kejebak macet
sampe akhrnya nnton pilem jd mundur.,
terus perjuangan buka bersama :p
dan akhirnya dapet tempat yg keren wlwpun tadinya ga sesuai dgn keinginan.
tapi kok ga ada foto2mu ma karei di postingan ini??? :-(
kalo ditambahin kan jadi tambah keliatan so swit-nya.
Jadi Kak Ina kayak ngerasain juga ya?
DeleteKan hp kami lowbat dua-duanya Kak, jangankan mikirin foto-foto. Bisa dapet makan juga syukur banget. Itu udah kelaperan :(
Ini real story kah? Kalo iya, endingnya so sweet...
ReplyDeleteHaha sabar banget banget yaa kalo gitu sih. Detail banget ceritanya, bikin aku yg gatau apa2 jdi kjdikiran gmna gmnana, trus jdi ijdi terbawa emosinya, ngikutin alurnya, sampe ke so swit2 nya jdi ngerasa juga x))
Iya Kak ini real story hehe. Endingnya emang so sweet banget aku juga nggak nyangka.
DeleteWah makasih Kak :))
hahaha emang gitu ya kak kalo kita lagi terlambat jam nonton itu terpaksa harus nungguin jam berikutnya. tapi yaa gitu nungguinnya itu yang gaenak, apalagi pas puasa gitu, tapi masih enak sih Kak Dwi nungguinnya bareng pacar, coba kalo sendirian.
ReplyDeletehaha lucu juga yaa kalo pasangan lagi kesasar. sama-sama gatau jalan, sama-sama bingung. tapi masih tetep, mending kesasar bareng pacar daripada harus kesasar sendirian wkwk.
manis banget yaa endingnya. setelah capek-capek, hati dibikin marah terus sama pelayan, dan akhirnya menemukan tempat yang bagus banget. dimana-mana kalau sabar itu pasti berbuah manis akhirnya.
Iya, mending kalo nggak diburu acara lain. Nah kalo ada acara lagi? Repot kan.
DeleteKesasar sendirian keliatan begonya-___-
Hihi iya dong, cuma perlu sabar aja dan yakin ada hikmahnya.
meh,, baru berangkat aja udah kesel yak kayaknya. ditambah lagi php kasir, jadi makin panas kan :D . tapi keren tuh akhirnya bisa makan ditempat keceeh sperti itu :)
ReplyDeletelagi-lagi pepatah kesabaran berbuah manis itu bener :)
Iya namanya hidup banyak lika-likunya. Seneng-sedih dalam satu paket :D
Deletemantaaf mbak marioo :D
DeleteBelum tahu Lisung Cafe kayak apa. Kasihan kasirnya sudah khilaf dan tukang parkirnya ngasal. Bisa kebayang gimana dongkolnya, tapi itu juga namanya hidup, selalu ada hal ngeselin dari tempat yang terrnyata gak oke dan nantinya akan beroleh tempat lain yang lebih oke.
ReplyDeleteRasanya pernah lewat Sierra Cafe. Bandung lumayan hafal. Jalan Setiabudhi dan Dago itu bagus panoramanya. Pernah lewat malam-malam, tapi di angkot sendirian, hehe.
Cobain Mbak...
DeleteHaha iya nggak papa deh, jadi momen yang berkesan sampe sekarang.
Emang, sekali-kali coba aja makan di sana Mbak. Pasti puas sama view-nya. Sierra boleh tuh :)
Waktu nyasar di PVJ nyari parkiran, kenapa gak pake GPS aja? #okegaring Hehe ceritanya seru dan aku kebingungan sendiri karena tempatnya pindah2. Wah.. Tempat makan kedua itu kayaknya keren dan mahal banget ya. :O sebagai anak kosan, aku menghindari tempat2 kayak gitu.
ReplyDeletebtw, semoga tulisannya menang!
Mana iya pake GPS di basement-___-
DeleteIya emang pusing aku juga. Lumayan mahal sih, tapi sebanding banget sama hasil yang didapetnya :D
Aamiin, makasih.
Tempat yang kamu lewati itu emang rawan macet Wi. Apalagi kalian naik mobil, coba naik motor bisa nyalip-nyalip tu.
ReplyDeleteWah beneran kesel banget itu pasti udah telat dateng ke PVJ eh nunggu 2 jam gak bisa sambil ngemil. Kalo gak puasa kan enak, bisa ngemil sampe berat badan naik 5 kilo :(
Tapi aku salut sama Karei deh. Walaupun banyak masalah kayak gitu tapi dia tetep cool aja. Aku mah kayak gitu udah kejang-kejang.
KEREEEN BANGET tempatnya Wiiii. Wajar sepi, orang pasti ngira itu tempatnya mahal kebangeetan. Tempatnya romantis gitu, kapan-kapan kesana ahh ngajakin ...... temen -_-
good luck buat tulisannya Wi, semoga menaang ;)
Iya malah pake motor aja masih suka macet Ri-___- enak aja. Nggak lima kilo juga kali ya
DeleteYa pacar siapa dulu dong :3
Hahaha emang. Ya lumayan mahal sih, tapi kebayar sama view-nya Ri. Keren banget!
Aamiin, makasih yaaa
Ini ceritanya kencan gitu? Terus muter2 karna gak tau jalan gitu?
ReplyDeleteSihh -_- Aku gak iri kok kak, aku gak iri :3
Ohya, itu pelayannya kampret banget! Kalo jadi aku, udah pasti aku sembur pelayan, belagu banget jadi orang -_- hahahaha
Wkwkwk ohya pas baca bagian karei yng cool itu, itu sebenernya alibi cowok biar gak keliatan panik di hadapan ceweknya, padahal dalam hati sih ikutan panik, separuh hati lain malah bilang "gapapa nyasar, asal nyasarnya sama dia" hahahhaa :D Percayalah kak, percayalah :D
Iya begitulah Fan :D
DeleteSabar, mungkin dianya lagi sibuk. Ya ngertiin aja sih ya selama masih dalam batas wajar.
Iya gitu? Wah jangan-jangan kamu juga pernah ya Fan? Soalnya tiap aku panik, dia always bilang "Tenang aja tenang aja," gitu...
dwi pernah dirajam orang jomblo se indonesia ndak ???
ReplyDeletehm.... pamer kemesraan..... kenap ndak ajak-ajak sih.. hahahahahha.
Nggak Bang, nggak mau juga :D
DeleteHuehe iya maafiiiinnnnnnn sengaja *eh
Bandung sebesar apa sih, sampai bisa nyasar gitu -___- samarinda mah GPS nya gampang, tinggal ngikutin sungai mahakam aja juga udah nemu tujuannya..
ReplyDeleteciyeee yang dinner romantis ciyeee. 30k itu kalo di samarinda nggak terlalu mahal kok. iya, disini apa apa mahal :|
Bandung itu cukup besar dan bikin pusing-____- sayangnya Bandung nggak punya sungai di kota gitu Kuh...
DeleteMenurutku itu mahal loh. 20an udah banyak yang dapet enak. Jadi mikir-mikir lagi buat ke Samarinda haha
Cieeeeee endingnya kencan romantis sama pacar... *kemudian setelah ngetik komentar langsung tutub tab* :p
ReplyDeleteTapi itu asli pemandangan keren abissss....
kapan2 kalau ke Bandung minta diajakin kesitu aaahhh... :D
Hahaha... Iya emang viewnya keren banget!
DeleteBoleh, bener ya jangan shock liat harganya :D
Romantis bangettt sih Karei sama ka Dwi :3
ReplyDeleteWah sama kak, hp aku juga boros bgt kalo udah dinyalain internet. Hp mati saat mau diperlukan itu rasanya nyesekk bangetzzz :(
Cowok itu emang kebanyakan so cool banget ya kak, sebenarnya sih dia pengen mengimbangi. Kalo dua-duanya panik terus nanti nggak dapat jalan keluar dong, mungkin gitu. Mungkin :D
Keren banget ya kak itu view tempatnya, tapi mahal juga sih kalo 30k. Kalo ditempatku masih ada sih yang harga 20k :D
Aishh, aku paling kesel sama pelayan yang kayak gitu. Terkadang memang mereka itu bikin dongkol, kalo jawab itu judes banget -_- Ya sabar ajalah :))
Romantis endingnya kali Fat haha.
DeleteIya mungkin ya, kalo panik dua-duanya nggak ada yang nenangin nanti. Kayaknya sih. Kalo daerah sana emang mahal-mahal. Segitu udah kebilang murah loh kalo dibanding yang lain sekitar 50k
wah biki ngiri kamu wi, buka bersama orang terkasih. nikmatin pemandangan keren khas kota bandung, udara yang sejuk. lengkap banget.. walaupun sempet di php in sama pelayan caffe sblumnya.
ReplyDeleteuntung nontonnya Despicable Me 2 kalo nnton film hantu2 indo mah aku yakin Karei mu itu puasanya makruh hahaha.. :))
Iya Kapik, makanya move on coba :p
DeleteLagian kami nggak suka film hantu Indo. Ya karena akunya nggak suka horor sih hahaha
akh mabk dwi lagi lagi postingan semacam ini. kasihan para tna asmara yang membaca ini :D
ReplyDeletembak mungkin lain kali atasnya dikasih warning. area sakral untuk jejomblo gitu hehe
Ah, maafkan aku ya Latifah hehe.
DeleteOh iya boleh tuh kayaknya :D
mesti dicoba nih restonya, eh tapi makanannya recomended ga?
ReplyDeleteNggak nyoba menu banyak sih, tapi menu yang kami coba recommended kok. Coba dateng aja
Deleteyaaah, baru nonton Despicable Me 2 mbak ? gue udah lama ada softcopynya. wkwkwwk
ReplyDeletebtw, mbak lady galau liatin fotonya si Karei dong, mau liat gantengan gue apa dia. haha
Itu tahun lalu Wil-___- dasar maniak film! Hahaha
DeleteJelas gantengan Karei lah. Kalopun banyak yang lebih ganteng dari dia, aku tetep sayang sama dia :))
Cari pacar sana Wil~
Asik banget. Emang bikin kesel banget kalo pelayannya gak melayani pembelinya bener-bener, kalian diminta ke atas, yang di atas malah suruh ke bawah, terus saran tukang parkirnya juga diturutin eh ternyata malah gak sesuai. Gimana gak emosi.
ReplyDeleteSaya juga kadang emosi kalo ada tempat yang masih kosong tapi katanya udah ada yanh boking. Gondok bangetlah pokoknya.
Lumayan bikin kempis juga harga, tapi setara aja sih sama view yang disajikan, apalagi bareng orang yang spesial. Uhuk
Iya diharkosin kan nggak enak banget Kak Bay :(
DeleteBener. Bikin gondok udah seneng ada tempat kosong taunya malah udah dibookin. Huh.
Haha iya dong Kak. Sama orang spesial, di mana pun jadi deh. Apalagi meskipun nguras dompet, tapi view-nya itu loh...
Adududududuuuh jadi inget ni waktu gua di bandung tiap pulang ke kosan pasti di suguhin view beginian.. aaaaak coba ke daerah bojong koneng deh ka dwi entar ada caffe de twik, gilaaaa di situ lebih kerne view nya haha dan btw dulu gua semept magang di situ ahaha
ReplyDeleteah aduuh uda ah bikin envy ah, so sweet banget sih
Iya dong Do, Bandung emang keren banget view-nya. Apalagi yang dari atas atas itu.
DeleteAku belum pernah ke sana, enak ya? Makanannya apa aja? nanti deh aku coba dateng ke sana. Makasih rekomendasinya ya Do...
Kakak, maaf ya baru main ke sini, maaf bangeeett.. Maklum orang jomblo yang sibuk stalking #Eh
ReplyDeleteSebenernya ya kak, Karei itu siapa???
Hehe, Ini kisahnya jadi berasa nyata gitu ya. Ng... gini, maksudnya aku juga seolah ada di situ, :D
Berbuah manis ya :)
Semanis aku. #Whoops
Stalking mantan ya :p
DeleteDia pacar aku Zak. Aku sayang banget sama dia:))
Uwoooo endingnya nggak enak dibaca hahah
Itu mukanya karei cool mulu ya? Jangan-jangan dia coolkas.. #eeaa
ReplyDeleteHaha anggap aja cobaan di bulan ramadhan, tapi kesel juga sih ya kalo pelayan restorannya ketus gitu. Terus si tukang parkirnya sotoy pula, ya kali pesan makanan di restoran lain, makannya di restoran lain. Ahahaha... Kasihan restoran yg cuma jadi tempat makan-zone :3
Iya cool tapi bukan coolkas-___-
DeleteCobaan tapi gak segitunya juga kali ya Bang. Ngenes banget cobaannya banyak. Tapi untung momen penutupnya manis banget hihi^^
Tell me what do you want to tell :)