Kamu, Masa Laluku
Aku adalah
seseorang yang sama denganmu. Persis sama. Aku adalah seseorang di masa
depanmu. Aku adalah orang yang tahu tentang segala masa lalumu. Entah itu baik,
entah itu buruk. Aku tahu saat kau bahagia karena seseorang hadir menemanimu.
Kau tahu? Saat itu, ingin rasanya aku ikut tertawa bahagia bersamamu. Juga
bersamanya. Aku ingin hadir di antara kalian dan merasakan bahagia yang sama.
Tapi apa daya, aku tak mampu. Tuhan tak mengizinkanku untuk hadir di tengah
kebahagiaan kalian. Tapi kau harus tahu, aku di sini ikut bahagia untukmu.
Untuk kalian. Meskipun aku harus merasakannya sendirian, tak apa.
Tapi, aku juga
menyaksikan bagaimana dia yang dulu kau puja-puja, kau bangga-banggakan, kau
agung-agungkan, menyakitimu. Aku tahu persis bagaimana cara dia meninggalkanmu
begitu kejam. Dia berbohong. Dia beralasan sesuatu yang bukan sebenarnya.
Rasanya, ingin saat itu aku mendatangimu untuk memberitahu bahwa dia bukan
laki-laki baik. Dia tidak layak untukmu. Kau berhak untuk mendapatkan orang
yang lebih baik. Tolong, percayalah padaku. Tapi, lagi-lagi Tuhan tidak
mengizinkanku untuk melakukannya. Padahal, aku ingin memelukmu—aku di masa
lalu. Aku tidak ingin membiarkanmu bersedih. Aku tidak ingin melihatmu
menangis. Kau tidak berhak untuk menangisi orang yang sudah membohongimu.
Berbahagialah, tersenyumlah, karena kau berhak atas itu!
![]() |
Pict source |
Aku tahu saat
kau menyerah karena tidak sanggup dengan masalah yang kau hadapi. Rasanya,
ingin saat itu aku hadir di belakangmu dan mendukungmu untuk terus melangkahkan
kaki. Aku ingin kau terus berjalan tanpa pernah lelah untuk menghentikan
langkah. Tapi, apa daya. Lagi-lagi Tuhan membiarkanmu menikmati itu sendiri.
Kau masih tetap melangkah meskipun aku tak bisa mendukungmu secara langsung. Kau
masih mampu melangkah dengan air mata membasahi pipi. Matamu merah, hidungmu
merah, tak ada senyum terlukis di raut wajahmu. Aku mengerti sebab itu. Aku paham.
Tapi, Tuhan tak mengizinkanku untuk mendukungmu secara langsung.
Aku yang kini
adalah cerminanmu dahulu. Cerminan aku di masa lalu. Aku kini adalah seseorang
yang lebih tangguh. Seseorang yang tidak mudah menyerah apalagi menangis. Mungkin,
aku belum menemukan seseorang yang tepat untuk menemani hari-hariku. Tapi, aku
masih sanggup menghadapinya bersama keluarga dan sahabat-sahabat. Mereka masih
setia di sini, menemaniku. Mendekap hangat diriku agar aku tak pernah
sendirian.
Aku ingin
berterima kasih padamu. Karena kekuatanmu melangkah meninggalkan masa-masa
buruk itu, akhirnya kini aku bisa menuai apa yang dulu pernah kau tabur. Kegigihan
dan kekuatanmu dulu membuatku jadi pribadi yang tidak mudah mengeluh. Meskipun dulu
aku tak bisa hadir secara langsung untuk ikut berbahagia, untuk memeluk, atau
sekadar mengucapkan “Semangat” atas keterpurukanmu, tapi hati kita sudah
menyatu cukup kuat. Jiwa kita sudah bersatu secara utuh.
Sekali lagi,
terima kasih. Aku menyayangimu, masa laluku.
With love,
28 komentar
kumat puitisnya......bahasanya ngalir..enak dibaca...sastranya kentel banget
ReplyDeleteKumat? Kayak kejang-kejang aja Bang-_-
DeleteTapi makasih yaaa
Bagus :)
ReplyDeleteSingkat. Padat. Jelas.
DeleteMakasih Kak :D
Iya, Dwi. Aku pikir juga begitu. Singkat, padat, dan jelas. Sama seperti kita kangen sama seseorang. Kadang-kadang kita cuma perlu bilang rindu, nggak pake embel-embel. Itu aja kayaknya udah cukup.
Delete*ini kita lagi ngomongin apa sih?
Ah Ka Tyar kadang-kadang suka nggak nyambung ya...
DeleteTapi bener sih. Cuma keselnya kalo udah bilang "Rindu" suka ditanya "Kenapa". Kan, rindu gak butuh alasan ya Kak...
Haha. Emang tadi aku ngomong apa sih?
DeleteKalau balasannya gitu, kamu bilang aja gini, "Oh, jadi aku butuh alasan buat kangen sama kamu sekarang?!".
Iya. Bener, Dwi. Rindu mungkin nggak butuh alasan. Yang butuh alasan adalah bertahan.
Lah, kok tanya aku?-_-
DeleteGalak amet Ka haha.
Setujuu. Sayang sama orang juga nggak butuh alasan kok~
Hahaha. Tapi eh menurut aku, sayang sama orang itu butuh alasan loh.
Deletemenurut aku, komen-komenan di atas ini jadi sepanjang ini butuh alasan loh.. ciye kak tyar ciye
DeleteAlasan kenapa Hud?-_-
DeleteHahahahahahahahaha.
DeleteHaha .____.
Iya, alasan apa, Hud?
*kak tyar polos*
Ini suasananya kayak lagi buka kotak pandora. Ngeliat diri sendiri di masa lalu dan berharap seandainya aja kita bisa masuk kesana dan memberikan sebuah perubahan. Namun yang namanya waktu gak akan bisa dibeli lagi, apa yang udah lewat yaa jadinya lewat.
ReplyDeleteKaren inimah (y) :D
Kotak pandora itu apa Fan? #seriusnanya
DeleteIya makasih yaaa. Harus bisa bikin yang lebih baik lagi dari ini :D
keren kak Dwi postingannya, emang sih terkadang aku jg pengen melihat aku dimasa lalu dan membuat perubahan, tp ini terlalu mustahil. Emang bener yang penting sekarang kita bisa belajar dari masa lalu, masa lalu kita yg ga begitu bagus bikin kita lebih baik lagi kedepannya, lebih tegar.
ReplyDeleteBener bener. Rasanya pengen memperbaiki masa lalu ya~
Deletebagus kak tulisannya puitis banget hihihi
ReplyDeletemaksudanya "kamu masalaluku" itu apa? kayak dulu kk pernah mengalami masalah kayak yang di alami tokok "kamu" ya?
Apa yang di maksud kk itu menyemangati sahabat?
Maksudnya itu aku-nya seseorang di masa sekarang. Jadi kamu dan aku itu orang yang sama :D
DeleteJadi orang sekarang yang menyesali kenapa dulu dia nggak bisa memperbaiki dia yang dulu. Gitu Lis.
Keren kak, puitis banget :D
ReplyDeleteKak, ini sudut pandang akunya sebagai laki-laki kan ya???
Iya nggak sih kak?
Aku juga menyayangi masa lalu kak, bagiku masa lalu itu adalah kenanagan yang tak perlu di lupakan. Cukup diingat saja ketika kita merindukannya :)
Nggak tau ini siapa tokohnya haha.
DeleteMasa lalunya bukan tentang mantan kok Fatimah :D
gue bingung, ini puisi ato cerpen sih ?? btw diksinya keren.
ReplyDeleteIntinya lo belum move on ya dari yang lama ?? bener gak ? :D nebak aja sih. haha
Ini cuma surat ungkapan aja Wil. Aku yang sekarang adalah cerminan di masa lalu. Nah, cerminannya itu kamu. Jadi aku dan kamu-nya itu orang yang sama sebenernya. Bukan masa lalu susah move on :D
DeleteIni antara elegan ama nyesek beda tipis ya... Aku agak bingung ini sebernernya puisi ato cerpen ? dibilang puisi kepanjangan, dibilang cerpen kayak curhat. Tapi ya udahlah... Ini bikin aku flashback masa - masa kelam dulu. Dan terlalu me-nyesek-an buat diingat... Huhhh..
ReplyDeleteEh, btw setiap kesini, postingan kak Dwi selalu galau ya... Lagi gak galau, eh malah nyesek... Terlalu banyak galau itu nggak baik lho...
Nggak tau aku bingung ini juga apa haha.
DeleteKalo tulisan galau belum berarti akunya juga lagi galau kok..
Ah masa' ? Aku gak percaya...
DeleteBener loh Dali. Kan penulis harus menjiwai cerita~
DeleteAku suka gimana cara kak dwi belajar dari pengalaman, aku suka aja, padahal aku gatau gimana cara kak dwi belajar dari pengalaman. Ah, aku memang keren. *loh
ReplyDeletebtw iya juga, kita yang sekarang punya daya apa untuk merubah masa lalu, untuk hadir hanya untuk bilang semangat, tidak punya daya. Yah, kita hanya kadang bisa menyesal saja, itu pun tetap tidak merubah apa yang udah terjadi. Intinya sih, masa lalu itu tempat di mana kita harus belajar untuk bisa lebih baik kedepannya. Keren ya komentar ku, padahal aku enggak kayak gitu 8_8
Apa deh Hud-_-
DeleteNah, iya tumben kali ini komentar kamu keren? :o
Tell me what do you want to tell :)