Secangkir Cokelat Panas dan Hujan
![]() |
pict source: tumblr |
Hujan sudah turun dengan deras.
Marilah duduk sejenak dan nikmatilah secangkir cokelat panas.
Rasa pahit yang muncul dari bubuk kakao ini tentu akan membuatmu candu.
Pun rasa manis yang berasal dari susu bisa membuatmu berpikir bahwa cokelat panas itu seperti cinta.
Tidak lupa, aroma kayu manisnya akan menyempurnakan seluruh rasa dalam secangkir cokelat panas yang disajikan.
Di balik rasa pahit yang kuat, akan ada rasa manis yang menyeimbangkan. Juga rasa lain yang membuat cinta terasa begitu sempurna untuk dinikmati.
Mari kita bicarakan cinta sejenak.
Sambil menikmati secangkir cokelat panas ditemani hujan.
***
Langkah gadis
itu dibuka lebar-lebar. Hujan baru saja turun tidak begitu deras. Tapi gadis
itu tidak membawa payung sehingga memaksanya untuk segera tiba di kafe
tujuannya. Rambut panjang gadis itu
sedikit basah karena terkena tetesan rintik hujan. Syal yang melingkar di
lehernya ikut bergoyang seiring langkah kakinya yang masih dibuka lebar-lebar
setengah berlari.
Hap.
Akhirnya dia
berhasil menaiki tangga terakhir dari tiga anak tangga menuju pintu kafe. Sebelum
memasuki kafe, dia mengibaskan rambutnya dengan tangannya. Beruntung syal yang
digunakan tidak terlalu basah sehingga masih berfungsi dengan baik untuk
menghangatkan tubuhnya. Dia membuka pintu kafe dan terdengar gemerincing dari
lonceng di pintu kafe.
“Hai, Rainy.” Gadis
itu mendapat sapaan dari seorang pramusaji yang kebetulan sedang melewati
pintu.
“Eh hai,
Rodeo.” Gadis itu membalas sapaan dengan ramah. Dia lalu mengedarkan
pandangannya ke seluruh ruang. Penuh sekali kafe itu.
Kafe itu
didesain bertema eropa-minimalis. Ada beberapa tiang penyangga di tengah
ruangan yang diukir khas bangunan eropa. Tapi untuk memberikan kesan minimalis,
si pemilik kafe memilih warna cat ruangan dengan warna putih. Sofa-sofanya berwarna
hitam dengan lampu penerangan berwarna kuning cerah—memberikan kesan hangat
bagi pengunjung. Di salah satu tembok dibuat wall waterfall dan kolam ikan kecil berukuran 6 x 1 meter dibatasi
pagar berwarna hitam. Dan pada hari-hari tertentu, di kafe itu diputar
musik-musik ala eropa seharian penuh. Kafe yang menyediakan menu khusus kopi
dan camilan-camilan itu pun pasti selalu penuh pada hari weekend seperti ini.
“Itu ada satu
kursi kosong lagi kok,” pramusaji itu tersenyum menujukkan kursi kosong di
dekat kolam ikan.
“Deo, thank you. Cokelat panas secangkir, ditambah
susu, jangan lupa whipped cream-nya
sedikit.”
“Baik. Tunggu dalam
lima menit saja.” Pramusaji itu berlalu seiring Rainy yang juga berjalan ke
meja kosong.
Tepat saat
Rodeo sedang berjalan membawa secangkir cokelat panas, datang seorang laki-laki
memasuki kafe dengan kondisi tubuh yang cukup basah.
“Maaf Mas
sudah penuh,” ujar Rodeo sopan.
Lelaki itu
mengedarkan pandangannya ke sekeliling kafe. Ternyata sedang ada yang merayakan
ulang tahun di sana sehingga jatah 7 meja habis dibawa oleh mereka. Sisa kursi
lain sudah dipenuhi oleh pengunjung. Matanya langsung terhenti pada seorang
gadis yang sedang menulis sesuatu di sebuah catatan dekat kolam ikan. Dia hanya
duduk sendiri dalam satu meja.
“Di sana
boleh?” mata lelaki itu langsung mengerling ke arah Rainy.
Rodeo terdiam
sesaat. “Tunggu sebentar.”
Lelaki itu
masih terdiam di depan pintu sambil sesekali mengibaskan rambut pendeknya yang
basah. Dia melihat pramusaji tadi sedang berbincang dengan pengunjung. Tiga menit
berikutnya, pramusaji datang sambil membawa nampan kosong.
“Silakan Mas,”
Rodeo mempersilakan lelaki itu untuk menempati salah satu dari tiga sofa di
meja yang sama dengan Rainy.
“Secangkir
cokelat panas dengan sedikit whipped
cream dan perbanyak susu.” Lelaki itu tersenyum lalu berjalan mendekati
Rainy.
“Permisi.”
Rainy menoleh
dan menemukan laki-laki tampan di hadapannya. “Oh iya, silakan.”
Lelaki itu
mengeluarkan sofa dari balik meja dan duduk dengan nyaman di sana. Sementara Rainy
kembali menulis sesuatu di catatannya.
“Terima kasih
sudah mengizinkanku duduk di sini,” lelaki itu memulai pembicaraan.
Rainy menoleh
dan menatap lelaki itu sejenak. “Tak masalah. Kafe ini memang selalu penuh saat
libur. Aku juga beruntung masih mendapat satu meja di sini.”
Lelaki itu
menatap Rainy dengan kagum. “Aku baru bertemu dengan perempuan yang berbicara
banyak pada orang yang baru dikenalnya.”
“Oh ya? Maaf,”
Rainy menyunggingkan senyum.
“Choky,” lelaki
itu menjulurkan tangan di udara, tepatnya di hadapan Rainy.
“Rainy.”
“Apa kau suka
hujan?”
“Hm? Kenapa?”
“Namamu.”
Rainy tersenyum.
Dia mengambil cangkir cokelat panasnya dan menggenggam cangkir itu sejenak. Rasa
hangat menjalar cepat di tubuhnya dan ia langsung menyesapnya perlahan. Wangi khas
cokelat, whipped cream dan kayu manis
bubuk langsung menari-nari di hidung Rainy membuat gadis itu bersemangat untuk
menikmatinya.
“Mama sangat
menyukai hujan. Dia selalu membawaku duduk di dekat jendela saat hujan dan
menikmati susu cokelat panas. Awalnya aku tidak menyukai hujan karena menurutku
hujan itu membawa sial. Karena hujan, aku tidak bisa keluar. Karena hujan,
cucian jadi tidak kering. Karena hujan, jalanan jadi basah dan kotor. Karena hujan,
aku bisa sakit. Dan masih banyak alasan-alasan lainnya. Tapi karena Mama yang
sering mengajakku menikmati hujan, lama-kelamaan aku mulai menyukainya,” Rainy menghela
napas sejenak.
“Sampai sekarang,
aku sangat menyukai hujan. Karena hujan, aku bisa menikmati secangkir cokelat
panas. Aku hanya akan meminum cokelat panas di saat hujan seperti ini. Karena hujan
bisa mendatangkan banyak inspirasi. Karena hujan juga bisa memberikan
kesejukkan.”
Laki-laki itu
menatap Rainy dengan saksama. Bagaimana Rainy bisa membuatnya tertarik hanya
karena cerita yang diutarakan gadis itu?
“Kau menarik
sekali, Rainy...”
“Maksudmu?”
Choky seperti
tersadar sudah mengutarakan perasaannya secara tidak langsung. “Ah, maksudku, ceritamu
menarik sekali.”
Rodeo datang
sambil membawa secangkir cokelat panas pesanan Choky. “Silakan, secangkir
cokelat panas dengan sedikit whipped
cream dan susu yang diperbanyak.”
“Terima kasih,”
Choky menyunggingkan senyum dan Rodeo pun meninggalkan mereka.
Rainy menatap Choky,
lalu pandangannya beralih ke cokelat panas milik Choky yang persis mirip dengan
pesanannya. “Kau suka cokelat panas?”
“Tentu. Selain
baik untuk kesehatan, wangi dari cokelat bubuk lebih menarik dibanding dari
wangi biji kopi. Menurutku begitu.”
Rainy mengangguk-angguk
menyetujui.
“Lalu kau
sendiri kenapa memesan cokelat panas di dalam kafe kopi?”
Rainy tersenyum
setengah tertawa. “Karena aku tidak begitu suka kopi. Cokelat panas lebih
membuatku candu daripada kopi. Lagipula, menurutku cokelat panas sangat cocok
dipadukan dengan hujan yang turun dengan rintik seperti ini.”
Mereka saling
bertatapan. Rainy seperti terhipnotis oleh pesona Choky sore itu. Wajahnya terbilang
tampan dengan bola mata yang bulat. Alisnya tebal dan nyaris bersentuhan. Ada kumis
tipis di atas bibirnya dengan hidung yang bangir. Tubuhnya tegap dan tinggi dibalut
warna kulit sawo matang. Rainy bisa menebak bahwa Choky bekerja dalam sebuah
perusahaan dengan umur sekitar dua puluh lima ke atas. Terlihat dari tampilan
laki-laki itu yang mengenakan kemeja dan celana berbahan kain. Serta tas
selendang berwarna hitam yang dikenakannya.
“Kenapa Choky?”
Rainy tersadar dari dunianya.
“Kenapa
apanya?”
“Kenapa kau
menatapku seperti itu?” Rainy merasakan pipinya memanas dan mungkin sepertinya
memerah. Warna kulit tubuhnya yang putih membuat perasaannya mudah tertebak.
“Tidak. Justru
aku yang ingin bertanya kenapa kau menatapku seperti itu?”
“Seperti apa?”
“Seperti yang
kulakukan padamu,” Choky tersenyum dan dia bisa melihat pipi Rainy memerah. Mata
gadis itu semakin menyipit saat tersenyum dan semakin membuat Choky tertarik.
Suasana menjadi
hening untuk beberapa saat. Rainy mengambil cangkir cokelat panasnya dan
menyesapnya perlahan. Choky pun melakukan hal yang sama dan mereka menyesap
cokelat hangat itu bersamaan.
“Cinta itu
seperti cokelat panas,” ujar Rainy lebih seperti menggumam.
“Karena menghangatkan?”
Choky mencoba menebak-nebak.
“Iya. Tapi lebih
tepatnya karena cokelat panas memiliki dua rasa yang kuat dalam setiap
cangkirnya. Ada rasa pahit dari dark chocolate,
juga ada rasa manis dari susunya. Dan aroma lain-lain seperti whipped cream dan kayu manis itu akan menyempurnakan
rasanya.” Rainy meletakkan cangkirnya perlahan lalu melanjutkan kalimatnya.
“Sama seperti cinta. Dalam cinta, kita hanya
akan merasakan dua rasa yang sangat kuat. Sedih dan bahagia. Sedangkan rasa
lainnya seperti rindu, emosi, cemburu, itu akan melengkapi keseluruhan rasa dari
cinta itu sendiri.”
“Kalau cokelat
panas bisa menghangatkan tubuh, lantas, menurutku, cinta pun bisa menghangatkan
hati yang dingin bahkan sudah membeku. Tapi jika saatnya ia berubah dingin,
satu-satunya yang perlu kulakukan hanya terus menikmatinya. Sama seperti cinta.
Saat ia sudah tak hangat lagi, aku hanya perlu menikmatinya toh rasanya masih
akan tetap sama.”
Rainy tertawa
renyah mendengar analogi yang diutarakan Choky. “Dari mana kau bisa
menganalogikan cokelat panas seperti itu?”
“Entah. Tapi sepertinya
seseorang sudah bisa memberikanku inspirasi sambil menikmati secangkir cokelat panas
dan hujan di luar sana.”
Lagi-lagi Rainy
merasakan pipinya memanas. Dia memalingkan wajahnya pada waterfall di tembok sebelahnya. Sebenarnya, dia hanya sedang
berusaha menutupi perasaan yang berlonjak-lonjak tidak karuan dalam hatinya.
“Rainy,”
panggil Choky.
“Ya?” Rainy menoleh.
“Bolehkan kita
bertemu lagi? Suatu hari di saat hujan untuk menikmati secangkir cokelat panas
seperti ini?”
“Oh iya,
tentu. Aku pikir kau menyesal bertemu denganku karena aku terlalu banyak
bercerita,” Rainy tertawa renyah.
“Sama sekali
tidak. Aku bahkan sangat senang bisa bertemu denganmu sekaligus mengenalmu hari
ini,” Choky menggelengkan kepala sambil ikut tertawa.
Setelah Rainy memberikan kartu namanya, mereka langsung menghabiskan sisa cokelat panas dalam cangkir. Sebelum akhirnya pulang dan
berjanji untuk bertemu lagi di tempat yang sama.
With love,
25 komentar
“Saat cokelat panas, ia akan mampu menghangatkan tubuh. Seperti cinta, saat ia hangat akan mampu menghangatkan hati yang dingin bahkan membeku. Namun bila ia dingin, aku hanya bisa menghadapinya”, inti kalimatmu di atas aku suka dengan itu. Cinta, hujan, cokelat, kehangatan dan kedinginan..
ReplyDeleteKalau boleh tahu, ini cerita nyata atau fiktif. Kalau memang fiktif, kalau bisa adakan pertemuan kedua kalianya sehingga ada ketertarikan langsung. Sangat susah menemukan seorang wanita beru pertama kali bertemu langsung tertarik dan berani memandang seperti itu. Tapi keren lah,.. kalau dilihat dari bagaimana ceritanya, kayaknya ceritamu cerita fiktif ya..
Yaudah, kembangkanlah selalu karyamu.. nice post.. aku yakin besok selalu berkarya dengan yang luar biasa..
Iya makasih kak. Itu ceritanya fiktif kok. Iya makasih sarannya ya. Aku pernah baca kalau cowok lebih mudah suka pada pandangan pertama. Sedangkan cewek lebih tertarik saat obrolan pertama. Jadi buat cerita gitu..
DeleteAmiinn. Pasti!
Oh gitu... kirain apa lah...
DeletePandangan pertama, dan obrolan pertama.. aku jadi paham..
Pandangan pertama, berarti cowok lebih suka pada “visual” kecantikan wanita.
Obrolan pertama, berarti cewek merasa diperhatikan. Makanya mudah jatuh hati..
Sip...
aku tunggu cerita inspiratif selanjutnya..
Imajinasimu bagus bgt utk merangkai kisah ini.
ReplyDeleteMengalir.
Dan bisa membuat saya seakan membayangkan situasinya.
Sederhana, tapi riil dan jelas maknanya.
Tapi endingnya, blm jelas.
Mreka pisah setelah minum bersama.
Atau masih ada kisah lanjutannya?
Sayang bgt kalo cuma sampai di sini :-D
Amin, makasih kak:)
DeleteHehe iya ya? Tunggu part selanjutnya yaa. Aku lagi nyambungin sama cerita baru dengan tambahan tema...
Kereeeeeeeeeeen ceritanya kak.
ReplyDeleteRangkaian kalimatnya juga pas banget. Mampu ngebuat pembaca berada di dalam suasana cerita.
Dan yang penting, easy going.
Kasih cerita yang lain lagi dong
Huehehe iya amiinn, makasih ya cil:)
DeleteSip sip, tunggu sambungannya aja yaa
uwuuw cinta seperti cokelat panas, uwuwu semoga mereka bertemu kembali, dari secangkir kopi panas bisa jadi cerpen, ini nih yg saya belum bisa, gak bisa berimajinasi, sepertinya bisa belajar banyak disini.
ReplyDeleteUwuwuu iyaaa. Hehe ayo semangat kak! Terus belajar, membaca, dan berlatih nulis. Lama-kelamaan makin keasah tuh imajinasi dan kemampuan nulisnya.
DeleteIya semoga ya :)
asiiik, nih cerpen berdasarkan khayalan cenderung ke keinginan niiih..hahaha...so sweet banget dah, pertemuan manis...aku jga udah bbrpa hari ini mengganti kopi jadi coklat panas...lbh enak dan ga sarat marabahayaaa...belinya di indomaret yg sachetan merknya Delfi klo ga salah. kental bgttt!!
ReplyDeleteHaha iya nih kak, sesuai temanya kan hot chocolate...
DeleteIya sama aku juga suka beli itu. Apalagi minumnya anget setengah panas. Yang cadburry udah coba kak? Katanya lebih enak tuh *eh promosi*
Ceritanya macem FTV aja ini, tapi bagus. Bisa banget bikin cerpen..
ReplyDeleteCokelat panas yang dipadukan sama hujan itu sama kayak kopi dan pisang goreng di pagi hari. Jodoh. Jangan coba misahin kebersamaan yang udah disatukan oleh yang namanya jodoh.
Ya, pokonya gitu :))
Haha iya kak alhamdulillah. Cie penggemar FTV ya?
DeleteBener bener, kasian ya kalo udah jodoh terus dipisahin. Apalagi dipisahin sama restu orang tua. *eh gak fokus*
Gue suka! :)
ReplyDeleteBahasanya gak berat, gak terlalu banyak Perumpamaan, banyak ungkapan. hehe..
Menarik juga cara dwi menganalogikan cokelat panas. :)
semoga ada lanjutannya :3
Iya makasih kak hehe. Itu tiba-tiba aja kepikiran pas lagi minum cokelat panas.
DeleteDitunggu aja semoga kelanjutannya lebih menarik dibaca...
Ceritanya bagus, sampai2 kebawa suasana sedang nongkrong di cafe, mimum copy sambil melihat langsung kedua tokoh diatas.
ReplyDeleteIni pasti masih ada lanjutanya kan? ditunggu lanjutanya. *karena mungkin endingnya masih mengganjal. he he he he
Oh iya makasih yaa
DeleteHaha menggantung ya? Sip ditunggu aja part selanjutnya...
langsung jadi pingin secangkir cokelat panas :)))
ReplyDeletebagian yang gue suka kalimat "jika saatnya ia berubah dingin, satu-satunya yang perlu kulakukan hanya terus menikmatinya"
ahhhh kalimat itu buat gue cengar cengir XD
Lah kok pengen jadi secangkir cokelat panas? :|
DeleteCie... lagi nikmatin cinta yang dingin ya kak?
aku yakin kamu punya bakat.. o_o
ReplyDeletecara bercerita, pilihan kata, analoginya.. semua kereen~
udah coba ke penerbit? atau malah udah nebitin? keren sumpah
amiin, makasih..
Deleteiya udah coba kok, lagi nunggu kepastian hehe doain aja ya
cerpennya bagus..
ReplyDeleteceritanya mengalir..
deskriptif, padahal ceritanya cuma ngobrol di dalem kafe
Makasih...
DeleteIya emang sengaja nggak dibuat konflik. Awalnya cuma iseng gambarin setting sama analogi
Waktu awal baca agak janggal menangkap. Langkah gadis itu dibuka lebar lebar=> berasa yang membukanya adalah orang lain bukan dirinya.
ReplyDeletePemaparan ceritanya perlu dikembangkan lagi. Sepertinya ini terlalu terpaku pada penggambaran coklat, sementara untuk percakapan ada yang rancu. Silakan cek nanti.
Oya, EYD nya juga koreksi lagi ya.
Terima kasih sudah memberikan suguhan cerita berbeda. Semangat menulis dan asah terus kemampuannya. Semangat^^
Kak lina teliti banget haha iya aku salah diksi, baru ngeh ternyata ini pake PoV 3 jadi kesannya kayak ada yang bukain langkahnya.
DeleteIya siap, emang tema utamanya tentang cokelat panas kak. Dan iya, aku baru ngeh juga buat EYD tuh hehe
Sip sip kak lina, makasih banyak buat koreksi dan komentarnya. Semangat:)
Tell me what do you want to tell :)